Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Balada Mesin Cuci (Seri Puisi Asmaraloka #16)

Diperbarui: 8 September 2022   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri seri puisi Asmaraloka #16

Aku menunggumu. Aku menantimu. Sekedar say hello darimu, di gadget smartphoneku. Tapi aku harus sabar menunggu.

Romantis itu penting. Bukan sok meniru ABG. Hidup sekali, kenapa tak dinikmati. Sekali waktu, mekarkan bunga bunga. Kau harus tahu, aku kangen padamu.

Sedari pagi, handphone tak tersentuh lagi. Menunggu hingga makan siang, itupun kadang whatsappku sepi. Terus bergerak sepanjang hari. Hingga malam harus setrika dan cuci cuci.

Maklum sibuknya Kekasihku. Bersabar walau responmu hanya gambar jempol melulu. Tak ada romantis nan syahdu. Sungguh habis waktu, pekerjaan rutin membelenggu.

Balada Mesin cuci. Bukan sombong, tapi saatnya dibantu tehnologi. Itu bukan barang mewah. Itu kebutuhan. Demi hemat waktu. Agar aku tak terlalu lama menunggu.

Malang, 8 September 2022

ditulis oleh Eko Irawan 

untuk Seri Puisi Asmaraloka 16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline