Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Pertigaan Terakhir (Puisi hari ini #13)

Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri puisi hari ini #13

Hidup itu memilih. Karena berapa langkah lagi, pertigaan terakhir. Harus putuskan, tanpa debat lagi.

Pilihan pertama, mundur. Kembali ketitik awal. Apa masih bisa? Mulut bisa bilang mau. Tapi hati yang paling dalam, pasti jawab tidak. Karena sakit hati ini, sudah meradang.

Bertahan demi apa? Jika hanya saling menyakiti. Rugi jika hidup hanya pura pura. Seolah bahagia, tapi memendam derita. Manusia waras pasti tak mau menderita. Kecuali sudah gila.

Pertigaan terakhir. Saatnya memilih. Karena hidup berjalan maju, bukan mundur. Jika harus mundur, itu buang waktu. Buang umur. Dan sangat egois, karena semua butuh kejelasan, tanpa drama.

Pilihan selanjutnya, berpisah untuk lebih baik. Jalan takdir ini, konsekuensi logis. Karma menghunjam. Hukum langit sudah diinjak injak. Demi nafsu binatang.

Aku bisa lupa. Bisa pikun. Tapi tidak dengan malaikat. Langit bumi jadi saksi. Diteruskan, hanya mempersulit diri. Sudah jelas, dikaburkan. Sungguh manusia bodoh yang merugi. 

Takdir indah ada dijalan masing masing. Terima kasih untuk yang telah berlalu. Mari menua dalam jalan keindahan. Tak harus bersama. Tak harus berdua. Karena cinta itu rasa suci, bukan rekayasa ditaburi dendam dan benci.

Malang, 5 Agustus 2022

Ditulis oleh Eko Irawan 

Untuk Seri Puisi Hari ini #13




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline