Masih adakah bahagia itu. Apakah sudah tak ada hak. saat Dituntut kewajiban, tapi dibalas penghinaan. Balas dendam mu, biar aku kapok. Tapi kau jual gratis kehormatanmu. Puas bukan?
Dia ngakak puas. Menipumu. Menghinamu. Menodaimu. Surgamu sudah dirampok. Hasilnya, bukan aku yang kapok. Tapi berhadiah siksa hidupmu sendiri. Karena langit bumi jijik pada polahmu. Puas bukan?
Diteruskan, sama saja bunuh diri. Jadi makhluk egois penuh sandiwara. Pura pura baik baik saja. Tapi simpan tai dalam kotak permata. Hidup akan jauh dari berkah. Hidup menderita, mati masuk neraka. Sia sialah hidup ini. Puas bukan?
Pandora spes Nova. Telah terbuka segala azab. Terbang menghukum pilihan bangsatmu. Dulu bangga melakukannya. Menempuh segala cara. Apakah dia tanggung jawab? Katanya ahli amal? Katanya orang baik dengan amal sundul langit? Tapi mana dia? Mana? Puas bukan?
Sebelum berakhir, masih ada satu Harapan. Untuk menata sisa hidup. Disatukan sengsara, maka berpisah untuk bahagia. Agar esok ada semangat. Menyambut pagi menyembuhkan luka. Songsong takdir lain, agar hidup lebih bermakna. Ini lebih baik, dari pada pura pura, tapi sandiwara. Hidup main drama. Tak bisa ibadah cari pahala. Mati diadili neraka. Puas bukan?
Malang, 8 Juli 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H