Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Enigma Akhir Mei

Diperbarui: 31 Mei 2022   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enigma akhir Mei, dokpri

Jika aku boleh memilih, lupakan semuanya saja. Kita bisa pergi berdua, sejauh mungkin. Lembar baru, kota baru dan lingkungan baru. Itulah namanya lembar baru.

Tapi kegilaan apa yang menghinggapi. Itu jelas tak mungkin. Sangat bodoh. Dan lari dari tanggung jawab. Hidup memang tak sesimple 1 + 1 pasti 2. Ini bisa 7 bisa juga 9. Enigma akhir Mei harus dijawab. 

Waktu memang terus mengalir. Menua pasti. Sebenarnya menunggu apa. Yang jelas keputusan itu tak semudah iya dan tidak. Belum dicampur ujian ujian asing yang mungkin datang. Yang menghujam hati cemburu. Karena ini sudah jadi cinta. Dan aku tak rela kehilanganmu.

Kegagalan lalu, ditukar kesepakatan sekarang. Pesan itu nyata, dan itu kuperjuangkan untukmu. Pinginnya sih baik baik saja. Aku sudah jenuh ujian. Cobaan. Dan apalah itu bahasanya.

Dan kulihat mereka itu, mulai mengganggu ritme kita berdua. Hubungan ini sudah jadi rahasia publik. Semakin ditutupi, semakin banyak yang colek. Dan aku cemburu. Masak aku diam saja dirampok masa depanku?

Mungkin ini soal kebebasan. Soal merdeka. Soal hidup nyaman tanpa dilarang larang. Semua ingin bebas tanpa dikekang. Iya, kalau kita hanya sekedar teman. Tak masalah. Tapi ini.

Enigma akhir Mei. Dialog sendiri. Bukan gila. Tapi satu pintaku. Jangan pisahkan cinta ini. Mungkin aku terlalu sensitif. Gitu aja dipikir. Terlalu khawatir. Terlalu over protecting. Pertarungan melawan diri sendiri.

Yang pasti, ini komitmen kita berdua. Aku menjagamu, dan kaupun tak akan melepaskan diriku untuk diambil bidadari yang lain. Kita harus waras menjaga egoisme masing masing. Hidup ini pilihan dan apa yang sewajarnya harus ada, itu terus kuperjuangkan.

Enigma akhir Mei. Antara sedih dan bahagia. Masih banyak yang harus kulakukan. Aku tak mau hanya ditonton. Aku butuh didukung. Dikuatkan. Karena sedari awal, ini perjuangan berdua. Apapun nanti, itu jerih payah kita. Mutlak.

Kuingin baik baik saja. Ku yakin itu. Karena ini amanah. Ada alasannya. Aku juga punya kekurangan. Tapi akui juga kelebihan yang bisa kuberikan padamu. Kurasa kaupun tak akan melepaskan kupergi. Kita punya alasan untuk bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline