Tertarikah Anda Menjadi Reenactor? inilah hobby Reka ulang sejarah, sebuah metode Pembelajaran sejarah kekinian, agar belajar sejarah menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Berikut ulasan tentang Panduan sederhana bagi yang tertarik hobby reenactor.
Kenapa Harus Reenactor?
Paradigma Pembelajaran sejarah dewasa ini adalah teksbook dan hafalan, sehingga sangat kurang diminati. Padahal Sejarah sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa tahu sejarah, ibarat bepergian tanpa arah, tanpa peta dan kompas. Sejarah adalah pengalaman masa lalu suatu bangsa yang bisa dijadikan pedoman masa kini. Dengan belajar sejarah diharapkan tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama.
Dengan sejarah kita bisa mempelajari bahwa bangsa ini pernah dijadikan inlander. Warga kelas bawah yang patut ditindas, diperas dan hasil buminya dirampok bangsa lain. Padahal Dimasa lalu Bangsa Nusantara pernah mengalami jaman keemasan dan peradaban yang tinggi. Di Masa Perjuangan Kemerdekaan, Bangsa Ini bertarung hidup dan mati melawan kolonialisme, untuk Kemerdekaan.
Dengan belajar sejarah akan muncul semangat Bangga menjadi Bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Di Masa lalu kita dibodohi penjajah dan di adu domba dengan politik de vide at ampera, setelah merdeka jangan mau diadu domba lagi dengan sesama Bangsa sendiri. Semangat Persatuan Untuk Kemajuan Bangsa akan tumbuh. inilah pengalaman yang bisa dipetik dari sejarah.
Reenactor sebenarnya metode pembelajaran sejarah yang sangat tepat untuk menarik minat peserta didik agar menyenangi pelajaran sejarah. Jika Pelajaran IPA punya laboratorium, maka kegiatan reenactor dengan reka ulang adalah laboratoriumnya sejarah. Reka ulang atau reenactment adalah metode alternatif belajar sejarah agar lebih menyenangkan.
Amati Foto diatas. Ada yang Jawab karnaval. ada yang jawab cosplay. Ditanya Reenactor, pasti tidak ada yang tahu dan balik bertanya apakah reenactor? Kegiatan diatas adalah metode pembelajaran sejarah agar pemain, dalam hal ini reenactor, dan penonton di dalam acara ini, dalam tanda petik "dipaksa" belajar sejarah.
Apa yang dilakukan didalamnya, tidak ngawur atau tidak asal pakai. semua disesuaikan dengan catatan sejarah otentik. misal pemakaian janur kuning. sesuai sejarahnya, janur kuning untuk code saat serangan umum di Jogjakarta Tahun 1949, sehingga direka ulang dalam peringatan serangan umum. Tanda Pangkat, dalam serangan umum tanda pangkat wajib dikenakan karena dalam sejarahnya, Belanda menganggap TNI sudah Tamat, dan moment serangan Umum Jogjakarta adalah wujud eksistensi jika TNI masih ada dan kuat.
Dalam reka ulang 10 November, beda pula. Tanda pangkat tidak dipakai. Jika ada yang pakai tanda pangkat dalam reka ulang 10 november, artinya ngawur. seperti inilah belajar sejarah ala reenactor. dengan cara seperti ini, reenactor selaku pemain dan penontonnya, akan banyak belajar sejarah.
Kegiatan ini beda dengan karnaval biasa, Jika karnaval agustusan bisa asal pakai alat dan seragam yang dimiliki, yang penting meriah,sehingga tidak mempermasalahkan sesuai apa tidak dengan catatan sejarah otentik, namun reenactor tidak bisa demikian. Jadi belajar sejarah tidak dibuat main main, tapi dilakukan dengan ketelitian akan sejarah aslinya.
Penasarankah dengan Reenactor? Selamat menunggu seri tulisan selanjutnya.