Lihat ke Halaman Asli

Virus Purba Ternyata Masih Aktif Setelah 30 Ribu Tahun Terkubur!

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13956363271797379107

Kejadian ini mirip cerita-cerita di film fiksi. Baru-baru ini sebuah virus purba berumur sekitar 30.000 (tiga puluh ribu) tahun yang ditemukan jauh di kedalaman tanah es yang membeku di padang tundra Siberia, ternyata masih aktif!

Dalam sebuah riset bertajuk "Thirty Thousand Year old Distant Relative of Giant Icosahedral DNA Viruses With A Pandoravirus Morphology" yang dimuat di situs Proceeding of The National Academy of Sciences (PNAS) of USA, dilaporkan penemuan suatu Giant Virus (Virus Raksasa) -karena besarnya ukuran tubuhnya - dan dinamakan Phitovirus Cybericum.

Giant Virus Phitovirus Cybericum. Picture : PNAS.org

Virus raksasa ini, walau tidak bisa dilihat oleh mata, masih dapat terdeteksi oleh mikroskopbiasa, dan merupakan virus terbesar di dunia - bahkan lebih besar daripada beberapa bakteri dan sel-sel biasa - dan mungkin merupakan sebuah cabang baru dari pohon keluarga virus raksasa. Saat ini sudah dua jenis virus raksasa yang telah teridentifikasi, yaitu Megaviridae dan Pandoravirus.

Sukurlah virus raksasa ini tidak berbahaya bagi manusisa. Penelitian menunjukkan bahwa sang virus hanya menginfeksi makhluk bersel satu yang disebut amuba. Tetapi tim riset yang mengidentifikasi virus mengatakan pekerjaan mereka menunjukkan bahwa manusia yang mengganggu permafrost, atau tanah beku, mungkin akan banyak menghadapi virus yang tidak berbahaya ini, sebuah kemungkinan yang semakin membesar ketika perubahan iklim dapat menghangatkan daerah utara.

Bagaimana jika yang ditemukan, atau terbebaskan dari lapisan es, ternyata adalah virus purba yang berbahaya?

Permafrost itu sendiri mungkin saja menyimpan virus yang berbahaya bagi manusia atau hewan, dan pada saat ini, tidak ada alasan untuk tidak percaya bahwa mereka juga tahan untuk waktu yang lama di bawah kondisi yang sama. Hilangnya es laut telah membuat daerah utara seperti Siberia yang kaya mineral lebih mudah diakses, dan akan ada manusia di daerah yang tidak ada manusia sebelumnya, dan mereka jelas akan mengganggu lapisan tanah yang belum pernah terjamah selama jutaan tahun.

Sumber yang mungkin dari mikroba baru adalah lapisan permafrost sejauh 100 kaki di bawah padang tundra di daerah timur laut Rusia. Tanah tersebut telah membeku selama ribuan tahun, terlindung dari oksigen dan cahaya yang menurunkan tingkat kehidupan makhluk hidup.

Dengan demikian menjadi penting untuk memeriksa virus-virus yang ada tidak hanya dekat permukaan saja, tetapi juga dalam lapisan permafrostMencoba untuk mengisolasi dan menghidupkan kembali virus-virus tersebut dari permafrost adalah cara yang murah dan aman untuk secara realistis menilai ancaman yang ditimbulkan oleh virus yang berpotensi sebagai "pathogenic animal DNA viruses".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline