Lihat ke Halaman Asli

JK Rowling Semakin Menunjukkan Kelasnya Dalam "The Silkworm"

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14158034991038814792

[caption id="attachment_374813" align="aligncenter" width="362" caption="Sampul Buku The Silkworm. Foto: Dok. Pribadi"][/caption]

Detective Cormoran Strike “strike” back!

Ya, dan ini adalah kedua kalinya dia sukses mengalahkan kepolisian London (Scotland Yard).

Buku ke-2 Serial Detektif Cormoran Strike ini, The Silkworm (Ulat Sutra) menceritakan petualangan Strike bersama asistennya Robin Ellacot, dalam menyelidiki kasus hilangnya seorang novelis, yang kemudian berkembang menjadi kasus pembunuhan yang rumit. Pengarangnya, Robert Galbraith alias JK Rowling, dalam seri lanjutan ini menuturkan kisahnya dengan sangat baik dan sangat menghibur, dengan banyak kejutan dan fakta-fakta menarik. Terasa lain dengan buku pertamanya (The Cuckoo’s Calling) yang kurang greget. Bila belum tahu, JK Rowling adalah penulis buku populer Harry Potter.

Penyelidikan tersebut dimulai ketika pagi itu seorang ibu rumah tangga bernama Leonora Quine datang tanpa diundang ke Kantor Detektif Strike, bersamaan dengan klien Strike lainnya yang sudah punya janji. Penampilan Leonora, seorang perempuan kurus setengah baya berpakaian lusuh, tentu sudah menampakkan bakal jadi klien seperti apa dia itu, dibanding klien Strike yang sudah ada janji, yang seorang direktur perusahaan besar (berpakaian necis pula, tetapi sayangnya angkuh dan sombong). Toh, menilik karakter Strike, sudah bisa diduga apa yang bakal terjadi. Si klien kaya pun ditendangnya, sementara si nyonya lusuh Leonora diterimanya sebagai klien baru. Leonora kemudian meminta Strike mencari suaminya, Owen Quine, seorang novelis, yang telah menghilang 10 hari tanpa kabar apapun. Sang istri mencurigai suaminya itu bersembunyi di tempat tetirahan khusus para penulis, yang tidak diketahui tempatnya.

Apa yang awalnya dikira Strike sebagai penyelidikan sederhana paruh waktu mencari seorang suami yang hilang, ternyata berubah menjadi suatu kasus berat yang membutuhkan banyak waktu, energi dan menggerogoti keuangan Kantor Detektif Strike. Bom tersebut akhirnya meledak ketika Strike kemudian menemukan sang suami, Owen Quine, telah menjadi mayat dalam posisi yang sangat teaterikal. Kepolisian (Scotland Yard) pun akhirnya terlibat dan mengambil alih penyelidikan. Sayangnya semua bukti yang diperoleh Scotland Yard kemudian mengarah pada sang istri, Leonora, sebagai tersangka utama. Leonora pun akhirnya ditangkap dan dituduh sebagai pembunuh suaminya.

Biang keladi kematian Owen adalah naskah novel yang telah diselesaikannya sebelum dia menghilang, yaitu Bombyx Mori, yang dalam bahasa Inggrisnya berarti Silkmoth atau ngengat sutra, dan larvanya adalah Silkworm atau ulat sutra.

Naskah novel tersebut entah bagaimana ternyata telah beredar di kalangan editor, karyawan perusahaan penerbit buku, agen Owen, dan penulis terkenal lainnya. Bombyx Mori ternyata merupakan sebuah novel cabul, yang penggambaran tokoh-tokoh di dalamnya merupakan sindiran dari pelaku-pelaku nyata di lingkungan kerja dan pergaulan Owen, yang telah menyebabkan banyak pihak tersinggung, sakit hati, dan terluka. Strike kemudian terpaksa masuk ke dalam dunia Owen tersebut untuk menyelidiki siapa sesungguhnya pembunuh sadis itu, karena berlainan dengan polisi, Strike sangat yakin bahwa kliennya Leonora, tidak bersalah.

Yang juga semakin memberikan nyawa dalam buku ini adalah latar belakang karakter utama Detektif Cormoran Strike dan asistennya Robin Ellacot yang dikisahkan secara detail, merupakan pengembangan dari seri sebelumnya. Sisi lain hubungan Strike dan asistennya digambarkan begitu rumit. Antara lain masalah ketertarikan Strike (yang berusaha disembunyikan dengan keras) terhadap Robin, gonjang-ganjing rencana pernikahan Robin dengan tunangannya Matthew, dan menderitanya Strike karena hubungan putus-sambungnya bersama Charlotte. Juga perjuangan Strike mengatasi rasa sakit pada kakinya yang buntung sebelah, serta bagaimana kerasnya usaha Strike menjaga hubungan kekeluargaan dengan saudara-saudara kandung dan tirinya. Akan ada kejutan juga mengenai bagaimana proses peningkatan karir Robin.

Mungkin yang akan terasa mengganggu adalah banyaknya pengulangan-pengulangan fakta pada materi wawancara Strike dengan para calon tersangka. Demikian juga penggambaran lokasi yang sangat detail sehingga terasa seperti sebuah travel guide saja. Dan tentunya beda dengan Harry Potter, JK Rowling tidak meletakkan suatu gagasan dunia baru dalam novel detektif ini, dan terkadang secara samar bisa dirasakan persamaannya dengan karya penulis novel kriminal lainnya seperti Agatha Christie, misalnya.

Lalu mengingat kontennya yang memuat banyak materi dewasa, sudah tentu buku ini tidak cocok untuk remaja ABG.

Secara keseluruhan, buku ke-2 The Silkworm ini menarik dan layak menjadi bahan bacaan di kala senggang, menghabiskan waktu ketika sedang menunggu, atau mengisi kekosongan saat naik kendaraan umum. Dan sama seperti Harry Potter, JK Rowling juga merencanakan penerbitan serial Detektif Cormoran Strike ini akan mencapai 7 seri.

Sumber: Buku The Silkworm (Ulat Sutra) oleh Robert Galbraith, Penerbit Gramedia, cetakan ke-1 tahun 2014

Tulisan sebelumnya: The Cuckoo’s Calling (JK Rowling); Sebuah Novel Detektif Non Remaja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline