Lihat ke Halaman Asli

The Blood of Olympus, Akhir Petualangan Demigod Percy Jackson DKK

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14180579472001700364

[caption id="attachment_381496" align="aligncenter" width="374" caption="Sampul Buku The Blood of Olympus. Foto: Dok. pribadi"][/caption]

Rick Riordan dengan sukses telah membangun suatu dunia baru dengan serial Percy Jackson & Olympians, dan lanjutannya The Heroes of Olympus.Kedua serial ini telah berhasil membawa kita ke suatu realita fiksi bahwa dewa-dewa dalam mitologi Yunani Kuno ternyata masih eksis bahkan sampai saat ini, seperti Zeus, Pseudon, Hades, Hera, Aphrodite, Ares, Cupid, dengan segala kekuatan dan kekuasaan mereka yang mempengaruhi kehidupan nyata. Pun demikian dengan mahluk-mahluk mitologi seperti Pegassus (kuda terbang), hydra, minotaur, dan Medusa. Para dewa-dewi tersebut ternyata suka berkelana di antara manusia dan kadang jatuh cinta dengan manusia biasa sehingga menghasilkan keturunan, yang disebut sebagai demigod (blasteran).

Para demigod ini mewarisi satu atau lebih kemampuan dan kekuatan dari restu orangtua dewa-dewinya (contoh: mendatangkan petir, fisik super, kemampuan sihir/ilusi, terbang, mengendalikan air, berubah bentuk, mengendalikan hantu). Demigod paling terkenal sepanjang masa adalah Hercules, selain itu ada pula Achilles, Andromeda, Perseus, dll. Namun sayangnya hidup para demigod tidaklah se-glamour yang dikira, ada banyak tragedi dan mereka jarang yang mencapai kedewasaan karena menjadi demigod juga berarti menjadi sasaran serangan para monster dan berpotensi terseret sebagai korban intrik-intrik politik kekuasaan di kalangan para dewa-dewi.

Dalam The Heroes of Olympus, selain keberadaan dewa-dewi Olympus yang bersifat Yunani, ternyata ada juga bentuk Romawi dari para dewa-dewi tersebut. Ini dikarenakan para dewa-dewi selalu mengikuti perkembangan peradaban manusia, maka ketika Yunani ditaklukkan dan Romawi berkuasa di dunia, mereka pun bertransformasi sesuai sifat Romawi, seperti Zeus yang menjadi Jupiter, Hades menjadi Pluto, Ares menjadi Mars, dst. Kedua kepribadian Yunani/Romawi masih mempengaruhi para dewa-dewi sampai sekarang. Karena itu selain demigod Yunani (seperti Percy Jackson dan teman-temannya di Perkemahan Blasteran), ada pula demigod Romawi, dengan budaya dan pola hidup yang sangat berlainan. Dalam sejarah, setiap pertemuan antara kedua jenis demigod tersebut pasti akan berakhir dengan pertumpahan darah. Perang saudara Amerika Serikat, adalah salah satu contohnya.Untuk menghindari hal tersebut, kedua jenis demigod dipisahkan dengan sihir kabut yang sangat kuat sehingga satu sama lain tidak menyadari keberadaan lawannya.

Namun misi maha berat kali ini menyebabkan para demigod Yunani maupun Romawi haruslah bersatu, paling tidak dalam tim yang dibentuk dengan utusan yang mewakili. Dan ini sulit diwujudkan, karena sementara para utusannya yang tergabung dalam tim tujuh orang demigod berusaha menuntaskan misi mereka, kedua jenis demigod sudah siap untuk berperang saling menghancurkan.

Selanjutnya unsur ramalan juga merupakan unsur dasar cerita dalam The Heroes of Olympus. Ramalan tersebut, yang disebut sebagai Ramalan Besar Kedua (setelah Ramalan Besar Pertama dipenuhi kondisinya dalam serial Percy Jackson & Olympians), menubuatkan bangunnya musuh besar para dewa-dewi Olympus, yaitu Gaea sang dewi bumi.

Peran utama disandang oleh tujuh orang demigod. Misi mereka adalah membasmi para Raksasa dan bala tentara monster yang dibangkitkan oleh Gaea, serta mencegah kebangkitan Gaea sendiri dari tidur panjangnya. Para dewa-dewi Olympus tak bisa diharapkan bantuannya, karena mereka sendiri sedang dalam krisis besar terombang-ambing di antara dua kepribadian Yunani dan Romawi yang saling tarik-menarik, walau sesekali mereka bisa mewujud dan memberi petunjuk-petunjuk di hadapan anak-anak demigodnya.

Tujuh orang demigod ini berasal dari masa kini, dan masih remaja pula. Mereka adalah Percy Jackson (anak Pseudon), Annabeth (Athena), Leo (Hephaestus), Piper (Aphrodite), Jason (Jupiter/Zeus), Frank (Mars/Ares), dan Hazel (Pluto/Hades). Dalam 5 buah bukunya dari awal sampai akhir, selama petualangannya dalam menggenapi ramalan, mereka mengalami perkembangan kepribadian dan kekuatan yang sangat menakjubkan. Selain tujuh pemeran utama ini, ada pula demigod Nico (anak Hades) dan Reyna (Anak Bellona), serta Satir Hedge (Satir adalah mahluk gaib separuh manusia separuh kambing), dan peran ketiganya itu tidak kalah penting dibanding para pembawa misi utama.

Selepas dari gerbang Hades (The House of Hades, buku ke-4), para pahlawan ini berpisah. 7 anggota tim utama meneruskan perjalanan ke jantung budaya Yunani Kuno di reruntuhan kuil Akropolis di kota Athena untuk mencegah kebangkitan Gaea, sementara Nico dan Reyna disertai Hedge harus menempuh perjalanan ber-mil-mil jauhnya melalui perjalanan bayangan dengan memakai kekuatan Nico (melompat melalui bayangan) untuk membawa patung raksasa Parthenos ke markas demigod Yunani sebagai upeti damai dari demigod Romawi.

Percy dan teman-temannya mengalami perjalanan yang sangat berbahaya. Antara lain mereka harus mencari informasi dari sekumpulan hantu, mengalahkan Kymopoleia (dewi badai) di dasar laut (bagian percy dan Jason tentunya) yang ditemani raksasa Polybotes, berusaha menangkap dan mengurung Nike (dewi kemenangan), bernegosiasi dengan dewa Apollo dan dewi Artemis, meminta resep bangkit dari kematian pada Asclepius (dewa tabib), dan akhirnya bertempur dengan para raksasa di Akropolis. Sementara itu, sepanjang perjalanan Leo sibuk dengan pekerjaan rahasianya, menghidupkan kembali Festus sang naga logam, yang akhirnya akan digunakannya sekaligus untuk dua tujuan, yaitu menghabisi Gaea, dan menemukan jalan ke pulau Ogygia, tempat tinggal sang putri Titan pujaan Leo, Calypso.

Sementara Nico dan Reyna serta Hedges yang harus mengarungi jarak ribuan mil dengan menggendong patung raksasa Partheon melalui perjalanan bayangan, mengalami petualangan yang juga tidak mudah. Mereka terkendala waktu, sementara perjalanan bayangan setiap harinya makin menguras tenaga dan daya hidup Nico, menyebabkan mereka terhenti setiap hari dan terdampar di tempat-tempat yang tidak disangka-sangka. Mereka dikejar-kejar oleh sang pemburu raksasa Orion dan kaki tangannya Lycaon (manusia srigala). Dengan bantuan para pemburu Artemis dan kaum Amazon, mereka berhasil lolos dari kejaran Orion. Nico kemudian mengalami peningkatan kekuatan yang menakjubkan sekaligus mengerikan, ketika ia mengubah salah satu demigod Romawi yang mengejar mereka, menjadi hantu, yang sangat menakutkan bagi kedua temannya. Setelah mengalahkan Orion dengan bantuan dewi Athena dan dewi Bellona, Reyna akhirnya berhasil menghantarkan patung Parthenon ke markas demigod Yunani.

Walau perang antar demigod akhirnya dapat dicegah, namun Gaea tak bisa dibendung lagi, akhirnya terbangkitkan, berkat darah dua demigod yang tertumpah di Akropolis. Butuh pengorbanan kehidupan seorang demigod anggota misi yaitu Leo untuk dapat mengakhiri keberadaan Gaea, yang rencananya disusun secara cemerlang berdasarkan inspirasi dari cara bangsa Titan (musuh abadi dewa-dewi Olympus ) menghabisi Ouranus jaman dahulu kala (yang memulai masa kekuasaan bangsa Titan di dunia, sebelum kemudian dijatuhkan oleh dewa-dewi Olympus).

Seperti dipesankan oleh sang penulis Rick Riordan di awal narasi, dapat dikatakan, bagian akhir dari The Heroes of Olympus tidak menggantung sebagaimana sebelumnya. Hampir semua dituntaskan, kecuali bagian-bagian kecil saja.

Rick Riordan sangat piawai dalam menyusun ceritanya. Dialog-dialog yang hidup, pendetailan lokasi dan hikayat, serta lengkapnya kisah latar belakang para tokoh utama sangat membantu untuk mengimajinasikan dunia para dewa-dewi dan demigod ini. Berita terakhir, dia sedang menyusun cerita lanjutan petualangan Percy dan Annabeth yang diambil dari mitologi Norwegia. Kita lihat saja nanti apakah akan sesukses ceritanya yang berdasakan mitologi Yunani ini.

Sumber:  Buku The Blood of Olympus (Buku Lima), serial The Heroes of Olympus, penerbit Mizan Fantasi, 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline