Lihat ke Halaman Asli

Kesenian Sinden yang Lestari

Diperbarui: 14 April 2019   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ida Widawati. Sumber gambar: Pinterest

Saat ini,  kesenian daerah dan kebudayaan sudah semakin sulit ditemui.  Namun bukan berarti kesenian tersebut hilang, hanya saja dikarenakan faktor perkembangan jaman dan teknologi membuat masyarakat kurang peduli dengan kesenian daerahnya. Namun di jawa barat  kesenian nyinden / sinden masih sering ditemui di acara-acara pegelaran seni sunda dan di acara pernikahan adat sunda yaitu prosesi nyaweran.

Sinden adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi sebagai pengiring acara-acara kedaerahan seperti pegelaran wayang, seni calung, dan acara pernikahan adat sunda. Pesinden harus mempunyai keahlian vokal dan menyanyikan tembang. Tembang yang biasa dibawakan saat nyinden adalah pepatet, mupu kembang jemplang titi, liwung, asmaradana Degung.

Ibu Entin supriyatin (57)  asal Desa Cigadog, Nagreg, Bandung, merupakan sinden yang terkenal di daerahnya.  Ia sudah banyak mengisi acara sebagai sinden hingga sekarang dan sudah mempunyai pengalaman sejak kecil.  Karena berasal dari keluarga yang mencintai seni sunda, menjadi faktor mengapa ibu entin tertarik di dunia sinden.

"Sejak kecil ibu dan bapak memang sudah mengajarkan kesenian sunda kepada anak-anaknya.  Karena itu,  saya mulai tertarik belajar nyinden dan melanjutkan bakat ibu di dunia seni" ujarnya.

Ibu entin mulai belajar sinden di umur 19 tahun, namun mulai tampil di panggung di umur 37 tahun.  Ini dikarenakan ia belum merasa menguasai teknik sinden dengan baik, seperti diketahui melakukan kegiatan sinden tidak mudah dan membutuhkan keahlian orangnya.

Kesenian sinden tidak terlepas dari istilah sekar,  yaitu lantunan nada yang biasa orang dulu lakukan untuk menimang anaknya,  sebagai pengantar tidur, dan sebagainya.  Karena kebiasaan ini,  mengapa orang sunda identik dengan cara berbicaranya seperti bernyanyi karena terdapat nada di setiap pengucapannya.

Di jawa barat (Sunda)  Sinden biasa tampil saat acara pagelaran wayang golek yaitu  menjadi pendamping dalang saat melakukan pewayangan.  Sinden bertugas menyanyikan tembang (lirik atau sajak yang mempunyai irama). Sedangkan di acara pernikahan,  sinden tampil saat prosesi saweran,  yaitu budaya menaburkan benda-benda kecil yang dilakukan oleh orang tua kedua mempelai.

Dokpri

Saweran biasanya menaburkan benda-benda seperti kunyit, beras, permen, uang logam. Masing-masing benda tersebut memiliki arti bagi mempelai tersebut. Proses saweran dipercaya membuat orang yang mendapatkan benda-benda itu akan enteng jodoh dan murah rejeki. Saweran juga dipercaya dapat memberikan petunjuk kepada kedua mempelai agar menjadi keluarga yang bahagia dan tidak lupa untuk selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan.  Sinden melantunkan pantun macapat dalam tembang Asmaradana atau Kinanti.

Sebagai salah satu kebudayaan dan kesenian indonesia,  keberadaan sinden yang selalu menjadi daya tarik karena pesona dan ciri khasnya tersendiri di setiap pagelaran seni sunda menjadi kunci eksistensi sinden yang masih ada hingga sekarang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline