Lihat ke Halaman Asli

Ira Lathief

TERVERIFIKASI

A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Yang Lebih Penting dari Meminta Maaf adalah Memaafkan

Diperbarui: 6 Juni 2019   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Vital Smarts

Setiap Idul Fitri tiba, kalimat yang biasanya kita sering dengar adalah permintaan maaf ke banyak orang. 

Padahal ada yang jauh lebih penting dari meminta maaf, yaitu memaafkan. Hikmah ini saya dapatkan saat menyimak khutbah Sholat Ied di Mesjid Istiqlal yang disampaikan Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, Guru Besar Ilmu Fikih pada UIN Syarif Hidayatullah dan mantan Menteri Agama zaman pemerintahan Gus Dur.

"Yang lebih penting dari meminta maaf, adalah memberikan maaf."

Prof. Said memaparkan tentang mengapa kita perlu banyak menebar maaf dan punya sikap pemaaf. Sikap pemaaf adalah bentuk dari ketakwaan seorang Muslim, seperti teladan yang ditunjukkan oleh Rasullulllah SAW semasa hidupnya.

Namun lebih jauh dari itu, Prof. Said juga memaparkan sikap pemaaf juga bermanfaat untuk diri kita sendiri. Hal ini yang sering luput untuk dibahas.

Presiden Joko Widodo menunaikan ibadah shalat Idul Fitro 1440 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (5/6/2019). (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

"MAAF" adalah kata yang terdiri dari 4 huruf, namun memiliki makna yang luar biasa dalam kehidupan. Empat huruf inilah yang bisa menghapus dendam, sakit hati, pertengkaran, kekecewaan dan semua hal yang berhubungan dengan hati. Orang yang sulit memaafkan , bisa dipastikan akan sulit menemukan kedamaian hati.

Dalam perjalanan hidup ini, mungkin kita pernah mengalami dikecewakan, dikhianati, bahkan dizholimi oleh anggota keluarga/saudara, teman/sahabat, teman kerja, pemimpin/atasan dan sebagainya. Banyak orang yang terus memendam rasa kecewa tersebut menjadi sakit hati atau dendam berkepanjangan.

Atau mungkin kita juga pernah menyimpan kebencian terhadap suatu tindak kejahatan yang kita alami. Tapi jika setiap tindak kejahatan dibalas dengan kejahatan yang lain, maka itu akan terus melahirkan dendam.

Jika dendam dan kebencian dibiarkan tumbuh di hati kita, bersiaplah menerima risiko buruk dalam hidup kita. Hidup kita menjadi terbebani karena rasa benci atau sakit hati yang terus membayangi. Kita menjadi menderita sendiri karena sulit utk memaafkan.

Prof. Said menyarankan, jika kita pernah mengalami disakiti, dikecewakan, atau dijahati orang lain, kita tidak perlu membalas apalagi mendoakan hal buruk kepada orang tersebut. Jika ingin memperoleh kedamaian hati, kita harus belajar untuk sungguh sungguh ikhlas memaafkan dan serahkan saja semuanya kepada Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline