Berkah tak terhingga di awal minggu itu bisa berjumpa dan mendapat inspirasi luar biasa dari Kyai Gus Mus , salah satu tokoh ulama panutan yg selama ini cuma bisa memantaunya via internet. Senin pagi kemarin saya menyimak kajian dari Gus Mus yang disampaikan secara reflektif dan penuh nuansa humor.
Dari uraian Gus Mus, saya belajar banyak hal tentang pemahaman yang benar tenang definisi Ustadz, Ulama, Kesalehan dll yg selama ini sering dipahami secara salah kaprah di masyarakat. Contohnya definisi Ustadz yang asalnya dari bahasa Arab berarti Guru yg biasanya juga seorang Profesor. Jadi ga sembarangan orang bisa disebut Ustadz. Namun disini label Ustadz seringkali diberikan kepada siapa saja yg bisa ceramah /pidato, tanpa punya pengetahuan mumpuni tentang ilmu agama.
Begitupun definisi Ulama yang disini seringkali dikaitkan hanya dengan umat Islam. Padahal definisi Ulama dalam bhs Arab adlh orang yg berilmu tinggi. Jadi bahkan seorang Galileo Galilei dan tokoh tokoh penemu dalam catatan sejarah juga bs disebut Ulama..Gus Mus juga mengkritik fenomena kekinian di masyarakat yang dengan mudah melabeli seseorang sbg Ustadz, padalah org tersebut tidak punya akhlak baik dan keshalehan. Dalam ceramah dan kesehariannya sering menghasut dan mengajak utk membenci org lain. Padahal menurut Gus Mus, inti dari Islam adalah Akhlak . Nabi Muhammad juga diutus tidak lain hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Jadi kalau ingin mengetahui keshalehan seorang lihat saja dari Akhlak nya, bukan dari sekadar simbol simbol dan tampilan luar seperti dari jubah, sorban, hijab dll . Gus Mus berpendapat, kalau ingin mengetahui seseorang itu Muslim yg baik atau tidak, lihat saja bagaimana Akhlaknya, bagaimana relasinya dengan orang lain. Kalau pikiran, lisan dan tulisannya selalu mengajak untuk menghasut dan membenci orang lain, sudah jelas ia bukan seorang muslim yang mengikuti Akhlakul Karimah yg dicontohkan Kanjeng Nabi...
Menurut Gus Mus , jangan juga menilai keshalehan seseorang hanya berdasarkan ibadah ritual. Keshalehan seorang Guru Ngaji ya tentu beda dengan keshalehan seorang CEO atau pimpinan di perusahaan. Keshalehan Guru Ngaji ya wajar jika dilihat dari menghabiskan hari harinya dengan mengaji. Tapi bagi seorang pimpinan perusahan atau pemimpin daerah ya nggak wajar menghabiskan waktunya hanya untuk terus terusan bershalawat dan berzikir di Mesjid. Bentuk keshalehan seorang pemimpin ditunjukkan dengan bagaimana ia mau bekerja keras setiap hari utk memajukan dan menghidupi orang orang yang dipimpinnya..Bahkan seorang tukang ojek yg bekerja ikhlas sepenuh hati pun bs dilihat sbg bentuk keshalehan..
Gus Mus pun tak setuju dengan fenomena Ulama dan Anggota DPR yang ikut demo ke jalan utk "Bela Agama" dan menilai aksi tsb sbg tindakan berlebihan dan tdk sesuai pada harkat dan peran masing2. "Nabi pun membenci sesuatu yang berlebihan" , jelas Gus Mus. .Bagian paling menggugah dari uraian Gus Mus adalah bagaimana ia ingin masyarakat punya akal sehat dalam "memanusiakan" ustadz/ulama . Gus Mus mengkritisi fenomena pengkultusan Ustadz /Ulama bahkan sampai ada wacana UU Perlindungan Ulama dari suatu partai politik. Gus Mus berpendapa tak perlu memperlakukan Ulama /Ustadz seakan akan golongan ini adalah warga negara Istimewa yg tanpa cela. Kalo ada UU Perlindungan Ulama ya harus ada jg UU Perlindungan Tukang Ojek dsb.. Ustad atau Ulama adalah manusia biasa juga bukan malaikat. Kalau ada seorang yamg mengaku Ustad /Ulama tp tak berakhlak baik dan seorang buruh pabrik yang punya akhlakul karimah, maka buruh tsb lebih layak dipanggil sbg Ustadz dan Ulama. ...
Sungguh mencerahkan ilmu yang saya dpt dari Sang Kyai. Masih banyak pelajaran lain yang saya dpt dari Gus Mus dalam waktu kajian 2 jam namun terasa begitu cepat waktu berlalu...terima kasih atas ilmunya yg begitu berharga Gus !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H