Seperti apa kehidupan para pengungsi Sinabung saat ini?
Beruntung sekali minggu lalu saya diajak oleh Bank Mandiri untuk berkunjung ke Siosar, Tanah Karo, yang menjadi tempat pemukiman baru para pengungsi Sinabung dan melihat kondisi terkini mereka.
Jadi Siosar dahulunya adalah area hutan luas yang "disulap" menjadi kawasan pemukiman baru bagi para pengungsi dari Gunung Sinabung. Para pengungsi dari gunung Sinabung yang mengalami erupsi di tahun 2013, selama dua tahun lebih hidup di kawasan pengungsian di sekitar kota Kabanjahe, tapi tinggal di tenda-tenda dalam kondisi yang memprihatinkan.
Dan para pengungsi Sinabung ini mendapatkan perhatian khusus oleh Presiden Jokowi. Hanya satu hari setelah dilantik menjadi Presiden, Jokowi langsung terbang ke tempat pengungsian untuk menemui para korban erupsi Sinabung, bahkan blusukan hingga ke kaki kaki gunung. Menurut rekan wartawan asal Medan, sebelum Jokowi datang, para pejabat termasuk Presiden SBY yang datang untuk melihat masyarakat korban Sinabung hanya mau berkunjung ke pusat pengungsian yang berada di sekitar kota Kabanjahe.
Dari hasil blusukan menjumpai langsung para pengungsi Sinabung tersebut, Jokowi memerintahkan untuk dibuatkan suatu kawasan pemukiman permanen khusus bagi para pengungsi Sinabung dengan membuka area hutan Siosar.
Dalam waktu sekitar satu tahun saja, puluhan hektar area hutan Siosar kini telah disulap menjadi kawasan pemukiman baru dengan infrastruktur yang memadai untuk dihuni warga. Kawasan Relokasi Siosar dengan luas puluhan hektar berjarak kurang lebih 30 KM dari kota Kabanjahe, jalannya sudah diaspal dan masih baru, disertai dengan pemandangan yang serba hijau dan udaranya yang masih segar menjadikannya layak untuk dijadikan tempat pemukiman baru.
Setibanya di kawasan Relokasi Siosar, saya terpana melihat ratusan rumah rumah mungil permanen dalam kondisi sangat bagus. Di sana juga terdapat gedung aula sangat luas yang sering digunakan oleh warga, juga terdapat dua buah gereja dan dua buah Mesjid. Warga di pemukiman relokasi Siosar adalah mayoritas beragama Kristen, tapi mengapa sampai perlu dibangun dua buah Mesjid di kawasan itu? Menurut informasi yang saya dapat dari warga pengurus RW disana, ternyata itu diperuntukkan untuk rombongan para pejabat negara dan juga pejabat setempat yang kerap datang ke kawasan tersebut.
Ketika saya datang ke Siosar hari itu, bersamaan dengan diadakannya acara Kementrian Sosial yang dihadiri langsung oleh Ibu Khofifah Indar Parawansa untuk menyalurkan Kartu Keluarga Sejahtera yang menjadi program pemerintah pusat. Bank Mandiri juga hadir disana bersama puluhan karyawan yang terpilih dalam program Relawan Mandiri yang siap untuk diterjunkan ke berbagai pelosok sebagai bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility).
Keesokan harinya, kawasan Siosar rencanya juga akan dikunjungi oleh Panglima ABRI Gatot Nurmantyo. Sepertinya memang banyak pihak menaruh perhatian khusus bagi para pengungsi Sinabung yang kini tinggal di kawasan Relokasi Siosar.
Lalu bagaimanakah dengan kondisi kehidupan warga di sana? Saya membayangkan, mungkin berat bagi para warga pengungsi Sinabung untuk meninggalkan kehidupan lamanya yang sebelumnya terbiasa tinggal di kaki Gunung untuk memulai hidup yang sama sekali baru di kawasan relokasi Siosar. Saya sempat berbincang dengan beberapa warga di sana, bagaimana mereka menata kehidupan baru di Siosar.
Mayoritas warga di Siosar sehari harinya masih mengandalkan hidup mereka dengan cara bertani atau berladang (aneka sayur dan buah-buahan) karena itulah keahian satu satunya yang mereka tahu selama ini. Tapi cuaca yang tak stabil karena efek hawa panas dari erupsi Gunung Sinabung yang masih terjadi hingga kini, membuat hasil panen mereka tidak terlalu baik. Tapi di tengah pergumulan dengan mata pencaharian, banyak juga kabar gembira dari mereka yang merasa kehidupannya saat ini jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu saat masih tinggal di pengungsian sementara.