Lihat ke Halaman Asli

Ira Lathief

TERVERIFIKASI

A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Di 5 Lokasi di Jakarta ini, Rumah Ibadah Berbeda Agama Damai Berdampingan

Diperbarui: 23 Juni 2017   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto : Detik.com)

Sejak berdirinya NKRI,  Indonesia telah dihuni oleh penganut agama dan kepercayaan yang beragam. Begitu pula Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia, dibentuk oleh bercampurnya pengaruh berbagai budaya, termasuk keberagaman beragama yang hidup berdampingan sebagai wujud toleransi.

Di Jakarta, cukup banyak didapati rumah rumah ibadah antar agama yang letaknya berhadapan, berdekatan atau bahkan berbagi tembok dan dinding yang sama, sebagai bukti kerukunan antar penganut agama sejak dahulu di kawasan tersebut.  Ada Mesjid berdampingan dengan Gereja, Wihara/Klenteng bersebelahan dengan Kuil Hindu India, atau bahkan ada Klenteng / Wihara  dan Mesjid yang disebut sebagai "saudara" karena punya hubungan yang begitu erat.

Berikut ini 5 Lokasi di Jakarta yang memilki rumah ibadah berbeda agama, yang paling menarik versi Creative Traveler, dimana sajakah itu ?

 1.    Mesjid Istiqlal -- Gereja Katedral , Gambir

Mesjid Istiqlal resmi berdiri sejak tahun 1978, sementara Gereja Katedral sudah ada sejak abad 19 di zaman penjajahan Belanda. Saat Mesjid Istiqlal akan dibangun, awalnya diusulkan lokasinya di kawasan Thamrin yang saat itu masih banyak lahan kosong yang luas. Tapi akhirnya panitia pembangunan Mesjid Istiqlal memutuskan lokasi Mesjid Istiqlal yang akan menjadi Mesjid Nasional, dibangun di Taman Wilhelmina Park   yang berhadapan dengan Gereja Katedral, salah satu alasannya sebagai simbol keharmonisan umat beragama di Indonesia.

Jadi sejak awal, pemilihan lokasi Mesjid Istiqlal yang berhadapan dengan Gereja Katedral memang direncanakan sebagai simbol toleransi beragama. Dan bukan sekedar simbol belaka, tapi juga diwujudkan  dalam praktek keseharian. Contoh kecilnya adalah saling membantu dalam penggunaan lahan parkir atau penyesuaian waktu perayaan ibadah.  

Saat perayaan Natal di tahun 2015 yang jatuh di hari Jumat, pihak Mesjid Istiqlal menyediakan lahan parkir khusus untuk umat Katolik yang akan merayakan misa natal, walaupun di hari Jumat biasanya lahan parkir  Istiqlal penuh dengan pengunjung yang akan beribadah Sholat Jumat. Begitupun saat perayaan Hari Idul Fitri tahun ini yang jatuh di hari Minggu, pihak Katedral akan merubah waktu misa hari Mingu menjadi jam 12 siang.                       

Sejarah pembangunan Istiqlal dan Katedral juga menunjukkan wujud toleransi. Istiqlal dirancang oleh Fredreich Silaban, seorang Arsitek beragama Kristen Protestan yang memenangkan lomba desain Istiqlal. Sedangkan Katedral dirancang oleh tiga bangsa. Arsiteknya adalah orang Belanda (Pastor Antonius Dijkman),  sedangkan mandor dan kepala proyeknya adalah orang orang keturunan Tionghoa, dan para kuli bangunannya adalah para pribumi.

Setiap kali membawa Tur untuk wisatawan mancanegara ke Mesjid Istiqlal/ Gereja Katedral,saya selalu bercerita tentang wujud toleransi dari kedua rumah ibadah ini, dari mulai para arsiteknya, hingga juga latar belakang lokasi keduanya yang berdekatan.  Dan cerita tentang wujudu toleransi pada Istiqlal dan Katedral ini sering membuat tamu tamu saya berdecak kagum.  Jika kita berada di  Katedral, di waktu waktu tertentu, kita bisa mendengar suara panggilan azan di kejauhan berbarengan dengan bunyi suara lonceng dari gereja. Sungguh denting harmoni yang terdengar sangat indah.

  2.    Mesjid Al Muqarrabien-- Gereja Manahaim, Tanjung Priok

044050-161818gerejamasjid-594be7e19f4fe40ea23b43a3.jpg


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline