Lihat ke Halaman Asli

Ira Lathief

TERVERIFIKASI

A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Makan Nasi Kebuli Berjamaah Hingga Bertemu Pengungsi Muslim dari Afrika

Diperbarui: 10 Januari 2017   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ini adalah pengalamanku menghabiskan Tahun baruan sekaligus Maulidan di Mesjid Luar Batang , dari mulai Makan Nasi Kebuli berjamaah hingga bertemu pengungsi muslim dari Afrika

Mengakhiri tahun 2016 kemarin, saya berencana menghabiskannya di Mesjid, maksudnya buat berkontemplasi akhir tahun. Lalu terpikir untuk mencari mesjid bersejarah yang belum pernah saya kunjungi.  Entah kenapa di senja Sabtu sore itu, langkah kaki saya menuntun saya ke Mesjid Luar Batang, yang terletak di Pasar Ikan, Jakut. Walaupun saya seorang Tour Guide , saya belum prnh berkunjung ke mesjid ini padahal letaknya cukup dekat dg pelabuhan Sunda Kelapa tempat saya sering membawa Tur. 

Saya tiba di Mesjid yang telah berdiri sejak abad 17 itu saat  bakda maghrib, dan saya sungguh kaget mendapati area Mesjid itu begitu dijejali orang . Saya pikir itu karena malam tahun baruan. Tapi setelah bertanya ke seorang tukang parkir, itu karena peringatan malam Maulidan Nabi yg jatuh hari Minggu. Jadi malam Maulidan Nabi saat itu cukup spesial, karena bertepatan dg malam tahun baruan Masehi. 

Saya sebenernya ga tahu kalau peringatan Maulidan Nabi di Mesjid itu seperti apa acaranya , tapi saya tertarik untuk mengikuti prosesinya. Setelah sholat Isya berjemaah dan bersholawat, para jemaah dipersilahkan makan malam bersama dg menu Nasi Kebuli yg telah disediakan pihak mesjid (wah...makan gratis..bener bener di luar dugaan saya).   Maka berbondong bondong lah para jemaah mengantri Nasi Kebuli

Saya melihat, santapan nasi Kebuli disediakan dengan piring piring besar, dan disantap beramai ramai. Kelihatan seru sekali, tapi antrian begitu panjang sempat bikin jiper. Eh ternyata ada satu keluarga yang menawarkan saya makan bareng bersama mereka. Alhamdulilah, mungkin ini rejeki tante tante cantik...hihihi

Ternyata makan nasi Kebuli berjemaah seperti ini adalah prosesi rutin di Mesjid Luar Batang setiap ada peringatan Maulidan. Nasi Kebuli yg disediakan  banyak banget daging kambingnya, dan bener bener kuat aroma kambingnya. 

dokpri

dokpri

Setelah makan Nasi Kebuli berjamaah, acara dilanjutkan dengan menikmati hiburan musik marawis. Karena saya suka mendengarkan aneka jenis musik, jadi saya pun merasa sangat terhibur dengan dendang musik marawis yg bikin suasana hati gembira. 

dokpri

Lalu, saya sempat berkenalan dengan orang orang disana. Ternyata setiap kali Peringatan Maulid Nabi, banyak orang berbondong bondong bela belain datang dari luar kota, dari ke Mesjid Luar Batang. Sebegitu terkenalnya kah Mesjid Luar Batang ini. Duh, saya jadi malu sendiri, saya aja yang orang Jakarta asli, baru pertama kali menginjakkan kaki di Mesjid bersejarah itu. 

Ada hal yang paling menarik mata saya saat berada disana, yaitu keberadaan seorang keluarga berkulit hitam seperti orang Afrika. Karena saya kepoan orangnya, jadilah saya mengajak berkenalan. Ternyata mereka hanya bisa bicara dg portugis, dan sedikit sekali bahasa inggris. Dengan mencoba komunikasi dg berbagai cara, saya mengetahui kalau mereka ternyata adalah pengungsi dari Angola, yang melarikan diri dari negaranya karena konflik saudara yang tak berkesudahan.

Mereka bercerita, di negaranya umat muslim sebagai minoritas tidak punya kebebasan beribadah, dan mendapatkan banyak teror. Karena itu mereka melarikan diri dan sampai ke Indonesia, dan sudah satu tahun tinggal di Jakarta, di daerah Kembangan, Jakarta Barat.

dokpri

dokpri

Lalu kok mereka bisa sampai ke Mesjid Luar Batang ? Padahal Kembangan dan Pasar Ikan itu jauh banget. Ternyata itu karena mereka juga ingin mengikuti Maulidan di Mesjid Luar Batang, yang informasinya diketahui sang suami dari internet. Ya ampuun...beneran sebegini terkenalnya yah acara Maulidan di Mesjid Luar Batang, sampe pengungsi Afrika aja tertarik datang kesana. Yang lebih mengharukan, ternyata mereka datang ke Mesjid Luar Batang dengan berjalan kaki, padahal mereka punya empat anak dan ada yang masih bayi pula. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline