Drama merupakan salah satu karya sastra yang dipentaskan atau disaksikan oleh orang-orang baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media seperti televisi, handphone dan media digital lainnya. Drama menggambarkan kehidupan melalui dialog dan aksi tokohnya, biasanya dmainkan lebih dari satu orang. Drama sudah dikenalkan pada jenjang sekolah dasar, namun banyak sekolah dasar yang masih belum menerapkan pembelajaran drama dengan mengajak peserta didiknya secara langsung bermain drama, hal tersebut dikarenakan para pendidik atau guru masih banyak yang belum mengajarkan drama atau hanya mengajarkan peserta didik mengenai teori drama tanpa praktik langsung. Padahal salah satu hal yang terpenting dalam drama yaitu praktik terutama untuk anak yang sedang menempuh pendidikan sekolah dasar, secara tidak langsung drama memiliki peranan penting untuk membangun kepercayaan diri anak.
Kurikulum di Indonesia mengalami perkembangan secara terus menerus yang berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan, sehingga pada saat ini Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka menggunakan penunjang pembelajaran pembelajaran yaitu kegiatan proyek, melalui kegiatan tersebut peserta didik dapat mengembangkan keterampilan salah satunya drama. Pada Kurikulum Merdeka sudah banyak sekolah dasar yang mengajarkan drama karena drama dapat digunakan sebagai model pembelajaran peserta didik.
Peserta didik sekolah dasar tentunya mendapatkan teori mengenai drama dan dapat mempraktikkan secara langsung bagaimana bermain drama yang baik, terkadang kemampuan peserta didik masih kurang untuk memahami cerita pada drama dan hal yang paling sering dijumpai peserta didik kurang minat untuk bermain drama karena masalah kepercayaan diri. Peserta didik yang kurang percaya diri dapat disebabkan oleh berbagai faktor tidak hanya diri sendiri tetapi faktor dari lingkungan.
Bermain drama untuk peserta didik di sekolah dasar memiliki berbagai manfaat yaitu dengan bermain drama secara rutin membentuk kepribadian seperti mengelola emosi, memahami konflik dan nilai Kerjasama (Hudha, 2018). Peserta didik yang terbiasa bermain drama secara langsung dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, mereka dapat menyampaikan ide, ekspresi dan berbagai kosakata yang disampaikan melalui drama. Peserta didik yang terbiasa bermain drama dapat dilihat melalui sikap dan keterampilan berbahasa atau berkomunikasi, mereka lebih percaya diri dan selalu memiliki ide-ide yang akan disampaikan. Bermain drama juga meningkatkan rasa toleransi, melalui bermain peran mereka dapat mengetahui bebagai keberagaman sehingga peserta didik lebih bisa menghargai berbagai keberagaman bahkan dapat mereka dapat menghargai pendapat orang lain. Dari berbagai manfaat tersebut mucul karakter peserta didik yang baik dan yang paling utama ketika peserta didik terbiasa bermain drama maka muncul rasa percaya diri yang besar. Kurangnya percaya diri pada peserta didik memiliki dampak yang besar dalam proses pembelajaran bahkan pencapaian pembelajaran, oleh karena itu drama dapat menjadi salah satu kegiatan untuk membangun rasa percaya diri pada peserta didik.
Kurangnya rasa percaya diri pada peserta didik dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri individu tersebut, peserta didik mungkin pernah mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan seperti mengalami kegagalan dalam drama sebelumnya sehingga merasa cemas untuk tampil kembali. Sering kali peserta didik merasa ketakutan mendapat menilaian negatif dari teman sebaya atau penonton sehingga muncul adanya ketakutan untuk bermain drama atau bisa disebut juga overthinking terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi, peserta didik akan selalu mengingat kegagalan dan keberhasilan yang telah dilalui. Peserta didik sering meragukan kemampuan diri sendiri, mereka membandingkan diri sendiri dengan teman-temannya merasa dirinya tidak lebih baik dari teman-temannya, bahkan mereka merasa kemampuannya jauh tertinggal. Bisa juga peserta didik mengalami masalah kecemasan atau stress dalam kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap kepercayaan diri saat bermain drama.
Faktor eksternal yang menyebabkan peserta didik kurang percaya diri yaitu kurangnya dukungan orang tua, orang tua berperan penting dalam keberhasilan anak. Peran orang tua terhadap anak sebagai pemberi dukungan emosional, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak sehingga anak dapat mengembangkan potensi dirinya dengan rasa penuh percaya diri apabila mendapatkan dukungan penuh dari orang tua, beberapa orang tua juga sering membandingkan anak mereka dengan anak lainnya yang memiliki prestasi lebih baik, mungkin tujuan orang tua membandingkan dengan orang lain agar anaknya memiliki motivasi untuk mengembangkan dirinya namun kenyataannya anak-anak justru tidak termotivasi sama sekali yang mereka terima dan pahami hanyalah pemikiran bahwa diri sendiri tidak lebih baik dari orang lain. Orang tua yang kurang dalam memberikan dorongan dapat membuat anak merasa kurang dihargai dan tidak termotivasi untuk berani maju mencoba berbagai hal sehingga anak merasa tidak percaya diri. Selain itu peserta didik yang tidak percaya diri mungkin pernah mendapatkan penilaian dari orang tua dan guru fokus pada hasil akademis atau hasil penampilan tanpa melihat proses yang dilakukan oleh anak, sehingga saat di panggung anak meraasa tertekan dan menrurunkan rasa percaya diri. Oleh karena itu peran orang tua dan guru sangat perlu untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka.
Meningkatkan kepercayaan diri pada anak dalam bermain drama memiliki tantangan tersendiri, namun ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan yaitu memberikan dukungan emosional dari guru dan orang tua dengan cara memberikan pujian atas usaha pencapaian anak dan menciptakan lingukngan yang nyaman sehingga anak bebas untuk mengekspresikan diri. Ajak anak untuk sharing atau berbagi cerita mengenai drama. Selain itu ajarkan anak teknik dasar drama mulai dari suara, intonasi, ekspresi dan gerakan tubuh, hal tersebut membantu anak lebih percaya diri untuk tampil. Setelah anak memahami teknik dasar drama, arahkan anak untuk menampilkan drama pendek atau bermain peran di depan keluarga atau teman dekatnya, Ketika anak sudah mulai terbiasa arahkan anak untuk tampil di depan audiens yang lebih banyak, dengan cara ini rasa percaya diri anak muncul secara bertahap. Anak yang sudah mulai memiliki rasa percaya diri dalam bermain drama dapat diajak untuk mendiskusikan dan merefleksikan pengalaman yang mereka rasakan saat bermain drama, bisa dengan menanyakan perasaan dan kendala apa yang dialami saat tampil dan yang terakhir yaitu selalu berikan kebebasan ekspresi anak. Anak yang memiliki kebebasan berkespresi akan lebih percaya diri, mereka bebas untuk mengekspresikan ide sehingga merasa memiliki kontrol dan tanggungjawab atas penampilan mereka.
Drama dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi anak sekolah selain itu juga memiliki berbagai manfaat seperti membentuk kepribadian dan komunikasi yang baik. Tentunya perlu diimbangi dengan dukungan orang tua, karena dukungan merupakan hal terpenting yang dibutuhkan anak sekolah dasar. Pada dasarnya anak yang kurang percaya diri memiliki faktor penyebab yaitu faktor internal atau dari diri sendiri dan faktor eksternal dari orang lain bahkan lingkungan. Namun itu semua dapat diatasi dengan berbagai pendekatan kepada anak, bisa dilakukan oleh guru dan orang tua. Sekolah dasar menjadi tempat yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya salah satunya drama yang didampingi oleh guru yang inovatif dan kreatif.
Sumber :
Anggraeni, S. D., Mutiah, A., Ardiningrum, D. I., & Wijayanti, O. (2024). Role Playing dalam pembelajaran drama untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Siswa Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 788-798.
Cahyani, A. M., Putri, R. A., Noviadini, S., & Wijayanti, O. (2024). Pentingnya Pembelajaran Apresiasi Drama terhadap Penguatan Pendidikan Karakter. Jurnal Basicedu, 277-285.