Bayangkan kalau suatu hari kamu bertemu Joker, lalu dia teriak "Awas, ada kotoran kucing!". Kira-kira bagaimana reaksimu selanjutnya?
Mereka yang polos pasti akan langsung lompat menghindar, yang berpikiran jernih mungkin akan berhenti sejenak dan memeriksa apa benar ada kotoran kucing. Sayangnya, kebanyakan dari kita bereaksi seperti Batman kesiangan, langsung menghajar si Joker sampai lipstiknya belepotan. Ya, Joker memang penjahat kambuhan, tapi bagaimana jika saat itu ia sedang tulus dan ikhlas memperingatkan kita agar tidak menginjak kotoran kucing?
Situasi inilah yang sering saya temui akhir-akhir ini di riuhnya dunia maya. Saking bencinya kita terhadap seorang figur, maka seolah-olah apapun yang ia sampaikan adalah salah. Begitu pula sebaliknya, jika kita sudah cinta mati sama seseorang, maka yakinlah bahwa setiap gerak-gerik dan perkataannya adalah 100% benar. Jeleknya lagi, dalam media sosial nampaknya tidak cukup hanya satu orang saja yang punya pendapat, akhirnya semua orang berubah menjadi Andik Vermansyah yang jago menggiring, hanya saja bolanya diganti dengan opini.
Yang terjadi berikutnya sudah bisa ditebak, adu jotos pun terjadi dimana-mana, korbannya banyak berjatuhan, bukan hanya dari keluarga Joker, tapi juga dari para pendukung Batman.
Sebenarnya semua ini tidak perlu terjadi jika kita semua lebih bijak dalam bersikap. Atau mungkin jika kata 'bijak' terlalu berat, coba kata 'santai'. Saat kita mendengar atau melihat sebuah pernyataan dari seseorang yang kita benci, maka coba resapi sekali lagi, atau mungkin dua kali lagi, kalau perlu lakukan sambil menutup mata. Lupakan betapa buruknya orang yang menyampaikan pesan tersebut, abaikan juga jika orang tersebut punya perangai yang (mungkin) lebih buruk daripada setan. Cobalah fokus pada konten yang disampaikan, bukan pada siapa yang menyampaikan.
Contoh kasus:
Misalkan (misalkan loh ya) seorang Ryan Jombang yang terbukti menghabisi nyawa 11 orang dengan sadis, tiba-tiba muncul di breaking news pagi dan berpesan, "Jangan buang sampah sembarangan". Lantas apa yang ada dipikiran seluruh rakyat Indonesia? pasti pikiran-pikiran negatif seperti "Pasti yang dimaksud sampah itu korban-korbannya deh, dasar pembunuh!" atau "Pantesan korbannya susah ditemuin! dibuangnya nggak sembarangan! pasti disembunyiin!".
Tapi coba pejamkan mata, lalu dengarkan pesan itu sekali lagi. "Jangan buang sampah sembarangan". Nggak perlu bijak, cukup dengan rasa santai, maka kamu akan mendapatkan sebuah nasihat umum yang mungkin sudah pernah kalian dengar sejak kelas satu SD, ajakan sederhana yang bahkan jarang dipatuhi oleh mereka yang belum pernah bunuh orang.
Sama halnya dengan postingan seorang ustad yang belum lama ini ramai di facebook, khususnya di kalangan ibu-ibu dan wanita karier. Pernyataan kontroversial mengenai apa sebutan bagi wanita karir yang menghabiskan waktu lebih lama di kantor, daripada bersama buah hatinya (tahu kan ya?). Saya berusaha untuk netral dan tidak membela siapapun. Bahwa bahasa postingan tersebut disampaikan dengan terlalu kejam hingga menyakiti para wanita di luar sana, saya setuju. Tapi bukankah intisari dari pernyataan kejam tersebut adalah supaya para ibu menghabiskan lebih banyak waktu bersama sang anak?
Sekali lagi, cobalah untuk lebih santai dan melihat sesuatu dari sisi yang lain. Pada sepiring nasi yang disajikan restoran Padang terkenal pun kadang masih ada kulit gabah yang ikutan nongol. Jangan dibuang sepiring-piringnya, sisihkan saja, lalu lanjutkan acara makanmu dengan tenang.
Happy weekend semuanya! :)