Lihat ke Halaman Asli

ira guslina

Project Manager Duniabiza

Wimcycle, Sepeda Terbaik untuk Keluargaku

Diperbarui: 26 Maret 2016   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Wimcycle Sepeda Terbaikku"][/caption]Lama tak menggowes ternyata tak membuat semangat saya untuk bersepeda pupus. Buktinya, ketika menemukan momen, kaki saya langsung gatal untuk mengayuh kereta angin itu. Setidaknya itulah yang saya alami ketika liburan di Padang awal Maret lalu.

Ceritanya, hari itu saya dan keluarga menginap semalam di rumah kakak. Kebetulan rumah mereka berada tak jauh dari Bandara Internasional Minangkabau.  Saat tiba di sana, hal pertama yang menyita perhatian saya adalah tiga sepeda yang berdiri gagah di teras. 

“Amboi keren sekali,” batin saya.

Satu sepeda berwarna putih. Dari model dan desain yang ‘laki’, itu pasti punya abang ipar saya –satu-satunya lelaki di rumah itu--. Satu sepeda perempuan, berkelir ungu dengan keranjang di depannya. Sedang satu lagi, sepeda untuk anak perempuan dengan dominasi warna pink. Saya menebak itu milik Fidela, keponakan saya yang paling kecil.

Setelah meletakkan barang bawaan, tanpa ba bi bu, saya langsung melangkah ke tempat sepeda itu parkir. Begitu mendekat, rasa kagum saya segera terjawab. Tiga sepeda yang mencuri perhatian itu ternyata memang idaman saya, sepeda Wimcycle. Idaman saya sejak kecil. Wimcycle idolaku. :-).

Sedang asyik mematut-matut sepeda Wimcycle itu, tiba-tiba pundak saya ditepuk dari belakang. 

“Ami lagi pengen naik sepeda ya?” Itu suara papanya anak-anak. Upss. Saya ketahuan sedang mencuri pandang.

“Tahu aja si daddy,” balas saya sambil tersenyum.

Harus saya akui, tampilan Wimcycle yang eye catching membuat saya tak tahan untuk tak tergoda. Kepalang tanggung, mending langsung saja saya coba. Saya lalu menyambar sepeda ungu dan menungganginya. Dan wusss...

Begitu kaki mengayuh pedal, langsung berasa enteng. Meski tampilan sepeda itu berotot, setelah dikayuh sama sekali tak terasa berat. Saya pun melesat mengitari komplek perumahan dengan perasaan melayang.

Selama berkeliling, saya benar-benar merasa santai. Sadelnya empuk dengan bentuk yang nyaman diduduki. Ukuran pedalnya juga pas di kaki. Meski sudah lebih lima tahun tak bersepeda, hari itu saya tak merasa canggung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline