TUBAN. Salah satu manfaat tinggal di lingkungan "rumah newah" seperti saya saat ini adalah bisa menghirup udara segar tiap pagi, gratis. Berolah raga sambil menikmati matahari menampakkan diri. Berjalan di pematang sawah sambil Menyapa para petani tetangga dekat kami yang turun pagi-pagi. Karena "rumah mewah" yang dimaksud adalah "rumah mepet sawah", rumah dekat areal persawahan. Aktifitas Ramadhan kami pagi ini, jalan santai di sepanjang pematang sawah.
Seperti biasa, usai sahur kami berjamaah subuh di mushollah tersekat. Usai sholat, jadwalnya sambung tadarrus bersama jamaah perempuan. Anak-anak, tua, muda. Saya pun termasuk. Sekitar pukul 6 pagi, suami menyusul dengan si bungsu yang rewel. Terpaksa tadarusan bersama saya akhiri.
Turun dari mushollah, kami memutuskan jalan-jalan ke persawahan. Sawah adalah destinasi yang paling menyenangkan bagi kami sekeluarga. Dekat rumah dan murah. Anak-anak biasa bermain dan berlarian di pematang. Mengejar layang-layang atau hanya sekedar melihat hamparan padi. Demikian pun anak saya.
Dari mushollah, saya dengan suami dan anak langsung berjalan santai menyusuri pematang. Bagi kami aktifitas ini sudah terhitung olah raga ringan. Membuang racun melalui keringat yang mengucur. Menggerakkan badan juga mengeluarkan energi.
Walau menurut Dahlan Iskan, Raja koran Jawa Pos yang mantan menteri BUMN itu, olahraga tidak sekedar ada unsur geraknya saja. Tapi, jantung harus dipacu bergerak 115 kali per menit dan konstan selama 10 menit. Barulah bisa disebut olahraga.
Berdasar teori Dahlan ini, berarti jalan santai saya hari ini tidak masuk kategori berolah raga. Baginya jalan-jalan saya hari ini hanya tergolong hiburan. Tidak lebih.
Kalau pun hanya memenuhi syarat sebagai hiburan, saya cukup puas. Berjalan santai hampir selama sejam di sepanjang pematang sawah. Melintasi jalan tanah liat. Tak jarang jalanan basah oleh embun atau irigasi sawah. Membuat sebagian jalan licin. Sehati-hati mungkin melatih fokus kami agar tidak tergelincir. Dan yang jelas kebutuhan kami akan sinar matahari pagi tercukupi untuk hari ini.
Sesekali menyapa para tetangga yang tengah sibuk di sawah masing-masing. Ada yang sibuk menyiapkan benih, ada yang baru tanam. Yang sudah tanam pun sibuk mengairi sawahnya. Suka duka saya dengar dari beberapa diantaranya. Tentang banyak hal. Ihwalnya petani dan pertanian.
Sawah-sawah yang saya lalui ini tepat berada di belakang rumah Bupati termuda, jomblo dan konon tertampan se-Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu, netizen suka membandingkannya dengan aktor sinetron Arya Saloka, pemeran Aldebaran dalam Ikatan Cinta di teve.
Namanya Halindra Ahmad Farizky, panggilannya Lindra. Simpatisan pendukungnya kerab memanggilnya Mas Bupati. Tembok tinggi membatasi antara rumah gedong milik Lindra (demikian panggilan sehari-harinya) dengan sawah-sawah warga.