Lihat ke Halaman Asli

Iradah haris

We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Siaga Petani, Pagi-pagi "Serbu" Jatah Pupuk Subsidi

Diperbarui: 13 November 2020   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi ini "para sederek tani" tetangga saya kompak mengumpulkan kartu jatah pupuk dan uangnya di tetangga sebelah rumah. Bukannya turun subuhan dari mushollah saja mereka biasanya sudah mengayunkan langkah menuju sawah. Rupanya kabar perihal kedatangan 3 ton pupuk subsidi  pagi inilah yang membuat petani "bersiap siaga" menebusnya.

Tiga ton itu jatah untuk sekecamatan ya. Wajar bila para petani ini merasa wajib dulu-duluan datang ke kios terdekat. Rupanya rumus siapa cepat dia dapat, masih dipakai dalam strategi mendapatkan pupuk bersubsidi ini.

Mengenai alokasi pupuk bersubsidi sendiri memang sudah ada aturan bakunya. Namun bila kenyataan di lapangan jumlah pupuk yang datang makin berkurang, "perebutan" tak terelakkan. Konflik rawan terjadi di tingkat petani. Atau bahkan pemilik kios pupuk bersubsidi dengan petani.

Sujono (60) Ketua Kelompok Tani wilayah Perbon. Kecamatan kota yang saya temui pagi ini pun mengkhawatirkan kekurangan jatah pupuk subsidi akan dialami anggotanya. Sedang musim tanam sudah di depan mata.

"Pokoknya kelompok tani saya yang belum pernah nebus pupuk harus dapat. Jangan yang sudah pernah nebus dikasih terus yang belum pernah nebus gak dapat apa-apa. Gak bisa seperti ini," protesnya.

Pasalnya saat turun alokasi kedua bulan lalu, petani di daerahnya belum masuk masa panen sehingga belum perlu pupuk. Pun saat itu belum siap finansial untuk membeli pupuk subsidi di kios distributor terdekat.

Saat itu Sujono sudah mengimbau pemilik kios untuk lebih bijak dalam distribusi jatah pupuk yang turun supaya pembagiannya merata di wilayahnya. Ia juga mengingatkan untuk jangan bermain harga, toh sudah ada aturan baku dari pemerintah.

Rupanya sekarang stok pupuk makin tipis sehingga makin besar kekhawatiran petani tak kebagian. Apalagi bagi pata pemilik lahan seluas ribuan meter, yang sekarang tak boleh membeli karungan. Hanya bisa membeli kiloan, sesuai jatah.

"Ini bisa gegeran (terjadi keributan masalah pupuk subsidi) lagi nanti," kata Sujono.

Cegat Truk Pupuk

Kamis 12 November 2020 lalu, petani Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak "ngelurug" ke Dinas Pertanian Kota Tuban. Mereka merasa kesulitan pupuk sejak Agustus lalu. Mereka juga menduga ada permainan harga di tingkat distributor sebab kelangkaan pupuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline