Lihat ke Halaman Asli

Ira Oemar

TERVERIFIKASI

[WPC-29] Gion Corner Show: Pertunjukan Teater yang Mengandalkan Gestur

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1355438019564324948

Dalam ilmu komunikasi verbal yang pernah saya baca, katanya kemampuan berkata-kata dan menyusun kalimat ternyata bukanlah faktor utama penentu keberhasilan berkomunikasi. Ternyata komunikasi lisan itu hanya berkontribusi 10% saja dalam memberikan pemahaman kepada lawan bicara atau pendengar/pemirsa. Selebihnya, lawan bicara/pendengar/pemirsa lebih bisa memahami maksud sebenarnya dari apa yang disampaikan dengan memperhatikan mimik muka (ekspresi raut wajah) yang memberikan kontribusi 30%  dan ditunjang oleh bahasa tubuh (body language) yang justru menjadi penyampai pesan paling efektif, kontribusinya 60%.

Bahasa tubuh inilah yang disebut gestur. Sifatnya lebih universal, tidak dibatasi perbedaan bahasa. Itu sebabnya ada istilah "bahasa Tarzan" untuk menggambarkan upaya 2 orang atau lebih berkomunikasi yang terkendala oleh kemampuan berbahasa. Ini sering dilakukan oleh turis asing yang terpaksa berkomunikasi dengan warga lokal di daerah tujuan wisata atau yang ditemui dalam perjalanan. Dalam seni pertunjukan, kita mengenal PANTOMIM. Pelakon pantomim hanya mengandalkan gerak-gerik tubuhnya dan perubahan raut muka yang sudah dicat tebal bak badut, tapi penonton paham apa yang disampaikannya.

------------------------------------------------------------

1355438114491583723

TEA CEREMONY atau upacara perjamuan teh bagi tamu ala Jepang

Sekali waktu, setelah melewati ujian yang cukup berat bagi kami yang baru 2 bulan belajar di Jepang, awal Juli kami mendapat kesempatan liburan musim panas ke beberapa kota yang jauh dari Tokyo. Sayangnya, liburan itu sangat singkat, hanya 3 hari, jadi tiap kota hanya disinggahi sehari atau semalam saja. Salah satu tujuan adalah Kyoto, kota tua yang pernah jadi ibukota Jepang. Banyak yang menyebut Kyoto adalah Jogja-nya Jepang,

Kami  tiba di Kyoto sore hari disambut dengan hujan deras. Setiap perubahan musim di Jepang memang disertai dengan hari-hari berhujan. Padahal, agenda di Kyoto hanya sampai besok paginya. Karena Kyoto tak kurang obyek yang bisa dikunjungi dengan berjalan kaki, maka malam itu memang tak ada agenda khusus yang harus kami lewatkan bersama. Setiap orang bebas saja mau kemana. Hujan yang turun sejak sore, tentu sangat tak bersahabat. Bagaimana mungkin jalan-jalan dalam kondisi seperti itu.

Akhirnya salah satu staf NICC - lembaga yang memberi kami beasiswa - yang menemani kami di acara liburan itu mengusulkan untuk nonton satu pertunjukan budaya terkenal yang memang direkomendasikan bagi pelancong asing. Katanya lokasinya tak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap, cukup berjalan kaki. Lagi pula kami tak perlu kemana-mana lagi, sudah bisa menikmati beberapa sajian pertunjukan. Hanya saja, tiketnya cukup mahal, 3.150 Yen untuk sejam saja. Wow! Sebagian dari kami setuju, dari pada bete di kamar hotel.

1355438206434230100

FLOWER ARRANGEMENT atau adat merangkai bunga khas Jepang. Penghormatan dilakukan wanita yang akan merangkai bunga

135543830319210644

Mulai merangkai hingga bunga dibawa oleh asisten perangkai bunga untuk dipersembahkan

Pertunjukan itu namanya Gion Corner Show. Gion Corner terletak di dalam Yasaka Hall pada sisi utara Gion Kaburenjo Hall, adalah sebuah teater  unik yang menyajikan satu jam pertunjukan terdiri dari tujuh macam seni budaya asli Jepang. Disana juga ada etalase tempat memajang aneka pernak pernik dan assesories yang biasa dikenakan oleh para Maiko dan Geiko. Pernah melihat boneka Jepang dengan ramburt disasak menyerupai sanggul dan bedak putih tebal menutupi seluruh wajah? Simbol gadis muda itu berjuluk Maiko san. Maiko adalah sebutan bagi gadis Jepang yang sedang "magang" menjadi Geisha. Sedangkan Geiko sebutan bagi Geisha.

13554384431497861681

KOTO ZITHER alat music kecapi tradisional dengan 6 senar yang dipetik menggunakan gading yang ada di kuku pemetiknya

Kebetulan sekali pertunjukan itu diadakan setiap malam week end (Jumat, Sabtu, Minggu) hanya 2x show, jam 7 pm dan jam 8 pm. Saat itu hari Jumat dan kami berencana nonton pertunjukan pertama. Kalaupun tak kebagian tiket, masih bisa berharap pertunjukan kedua. Untunglah kami masih kebagian tiket, meski pertunjukan dimulai 5 menit lagi. Pengunjung memang hampir semuanya wisatawan manca negara.

Jepang memiliki sejarah panjang masa-masa kekaisaran dan dikenal dengan ragam budayanya yang sebagian masih tetap dilestarikan meski terbatas di kuil-kuil. Gion Corner sendiri menyajikan 7 ragam budaya yaitu upacara minum teh, seni merangkai bunga khas Jepang, permainan Koto kecapi (zither), komedi klasik Kyogen, pertunjukan musik istana yang disebut Gagaku disertai tarian Maigaku, tarian Kyomai yang dibawakan oleh Maiko san, serta teater boneka Bunraku.

Karena kebanyakan penontonnya turis asing yang hanya berpesiar saja ke Jepang, tentu banyak diantaranya yang tak paham bahasa Jepang. Karenanya, semua seni budaya dan adat istiadat itu mengandalkan kekuatan bahasa tubuh pelakonnya. Seperti kita tahu, Jepang sangat dikenal dengan aisatsu (regards) yang disertai dengan gerakan tubuh membungkuk dan sebagainya. Jangan salah, meski hanya membungkuk, tapi ada aturannya lho seberapa dalam membungkuknya, seberapa derajat punggung kita ditekuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline