Lihat ke Halaman Asli

Ira Oemar

TERVERIFIKASI

Akankah Sang Drupadi Tersingkap Kainnya? (Jelang Sidang Konfrontir Rosa vs Angie)

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1330436229656307263

[caption id="attachment_165637" align="aligncenter" width="800" caption="Dewi Drupadi ketika dipermalukan di depan umum (sumber : id.wikipedia.org)"][/caption]

Besok insya Allah bakal digelar sidang yang menarik perhatian masyarakat. Sebab akan ada 2 bidadari bertarung mempertahankan kesaksiannya di persidangan. Yang satu sudah jadi terpidana dan sudah mendapat penetapan hukuman kurungan yang berkekuatan tetap, yang lainnya masih berstatus Tersangka. Yang satu sudah kehilangan kebebasannya dan mendekam di balik tembok tahanan sejak 21 April 2011, yang lain masih bebas menikmati nyamannya rumah mewahnya. Yang satu mantan Direktur sebuah perusahaan, yang lain seorang pesohor, mantan Putri Indonesia dan politisi partai berkuasa.

Rosalina dan Angelina, besok pagi akan bertarung di Pengadilan Tipikor sebagai saksi dalam kasus terdakwa Muhammad Nazaruddin. Keduanya akan dikonfrontir head to head terkait keterangan yang berlawanan dengan BAP. Layaknya sebuah pertandingan tinju antar 2 petarung, untuk memprediksi hasil akhir, perlu dilakukan analisa kekuatan masing-masing kubu. Perlu juga memperhitungkan faktor "wasit", juri dan penonton.

Dalam sidang konfrontir Rosalina vs Angelina, ada beberapa pihak yang berperan :

1.Rosalina

2.Angelina

3.Hakim dan Jaksa

4.Nazaruddin dan para pengacaranya

5. Pers/media massa dan publik

Rosalina :

Posisinya saat ini sudah tidak bisa lagi naik atau turun. Rosa memilih tidak mengajukan banding saat vonis terhadapnya diputuskan. Ia menerima saja hukuman 2,5 tahun pejara kendati lebih berat daripada vonis Muhammad El Idris yang hanya 2 tahun. Rosa juga tak berniat mengajukan Peninjauan Kembali (PK). Mungkin dia pikir hanya akan menghabiskan energi, waktu dan biaya saja. Sebab Rosalina adalah terdakwa yang "sendiri", tak ada backing kekuatan politik maupun mafia hukum yang melindunginya. Ini terbukti dari seringnya Rosa berganti penasehat hokum – yang kesemuanya bukan penasehat hukum kelas "bintang 5" – ini menunjukkan Rosa dalam posisi yang terjepit.

Selama ini Rosa sudah banyak memberikan keterangan di berbagai persidangan, baik persidangannya sendiri, maupun persidangan El Idris, Wafid Muharram, Nazaruddin. Dari sekian banyak kesaksian, ada yang konsisten disuarakan Rosa, yaitu menyangkut percakapan BBM antara dirinya dengan Angelina Sondakh. Istilah apel Malang, apel Washington, Ketua Besar, Boss Besar, Ketua, itu semua sejak lama sudah disebutnya. Tak akan ada untungnya bagi Rosa untuk mengubah kesaksiannya, sebab Rosa sudah tak melakukan upaya hukum apapun. Jadi, bagi Rosa mengingkari kesaksiannya sendiri sama saja dengan bunuh diri. Yang perlu dilakukan Rosa sekarang hanyalah bersikap kooperatif dan berkelakuan baik, agar nanti bisa mendapatkan keringanan hukuman atau pembebasan bersyarat setelah menjalani 2/3 masa hukuman.

Angelina :

1330436353772339714

Sampai saat ini posisinya masih sebagai anggota DPR RI yang terhormat. Meski secara formal sudah diberhentikan dari jabatannya sebagai Wakil Sekjen di Partai Demokrat, tidak berarti posisi Angie menjadi tersingkir seperti Nazaruddin. Ini terbukti dari upaya "penyelamatan" Fraksi Demokrat yang sempat memindahkan Angie ke Komisi III, meski kemudian ditarik kembali ke Komisi X, setelah ada pernyataan dari Abraham Samad yang bertekad tidak akan menghadiri RDP dengan Komisi III jika ada Angie disitu, yang kemudian menyulut amarah SBY.

Melihat dari gigihnya para politisi Partai Demokrat membela kesaksian Angie yang dianggap bohong, ini menunjukkan bahwa ikatan politis antar Angie dan koleganya di partai masih sangat kuat. Bagi Angie, kesaksiannya sangat membuka peluang bagi penentuan nasibnya sebagai tersangka. Beda dengan Rosa yang sudah mendapat putusan tetap, proses hukum terhadap Angie justru belum dimulai. Jadi sangat penting bagi Angie untuk memberikan kesaksian yang dirasa akan membebaskannya dari tuduhan terlibat kasus suap Wisma Atlit.

Menolak semua kesaksian yang menyebutkan keterlibatan dirinya, adalah langkah tepat bagi Angie untuk menyelamatkan dirinya dan siapa saja yang mungkin tersangkut. Dengan menyatakan dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal Wisma Atlit, Angie sudah memutus mata rantai kasus ini hanya sampai pada Nazaruddin seorang. Seolah ini hanya organ tunggal yang dimainkan Nazar, bukan orkestrasi penggalangan dana oleh sebuah faksi di tubuh partai berkuasa.

Hakim dan Jaksa :

Pada sidang kesaksian Angie 2 minggu lalu, tampak bahwa Hakim Ketua yang memimpin persidangan bersikap sangat lunak kepada Angie. Meski ada indikasi kuat Angie berbohong, ibu Hakim justru terkesan tak mau mengejar Angie dengan pertanyaan yang menyudutkan atau memperingatkan Angie akan ancaman hukumnya jika memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah. Justru yang ditegur Hakim adalah Jaksa. Hakim juga sempat menolak permintaan pengacara Nazar untuk meminta keterangan langsung dari RIM terkait komunikasi BBM Angie dengan Rosa yang tidak diakui Angie.

Adnan Buyung Nasution bahkan mengusulkan agar Hakim segera diganti dengan Albertina Ho yang memegang kendali atas persidangan kasus mafia pajak dan mafia kasus dengan terdakwa Gayus Tambunan dan Jaksa Cirrus Sinaga. Tayangan TV menunjukkan bagaimana Hakim Albertina Ho dengan performa tegas dan berwibawa dapat memaksa terdakwa untuk tidak berbelit-belit dan menjawab apa adanya.

Mengingat kasus suap Wisma Atlit ini adalah kasus besar dan sangat kental aroma politiknya, sudah seharusnya Hakim yang memimpin persidangan adalah Hakim yang mumpuni, punya kapabilitas dan berintegritas moral tinggi serta tidak mudah diintervensi. Namun logika sebaliknya bisa pula berlaku : justru karena kasus ini sangat pekat  nuansa politiknya, maka Hakim yang ditunjuk sengaja dipilih Hakim yang bisa menguntungkan salah satu pihak, setidaknya dalam pencitraannya dapat sedikit menolong. Sikap Hakim Ketua dalam sidang 2 minggu yang lalu sudah cukup menyelamatkan Angie dalam posisinya yang sesungguhnya terjepit.

Soal Jaksa, tak banyak yang bisa saya komentari. Saya rasa performa Jaksa pun kurang "greget" dalam menggali keterangan Angie yang diduga bohong. Jaksa justru hanya menanyakan soal latar belakang pendidikan akademis saksi.

Nazaruddin dan Pengacaranya :

[caption id="attachment_165639" align="alignleft" width="300" caption="Upaya menelanjangi Drupadi (sumber : id.wikipedia.org)"]

13304364311409790347

[/caption] Saya pribadi menilai Nazar seorang yang licik tapi cerdik. Dan kecerdikannya ni di back up dengan kecanggihan para pengacaranya yang memang kelas bintang “5”. Hotman Paris pada sidang 2 minggu lalu telah menunjukkan kepiawaiannya mendesak Angie dengan pertanyaan- pertanyaan yang sama sekali tak mengarah pada isi komunikasi BBM, namun hanya seputar fakta-fakta dalam kehidupan Angie yang kesemuanya diakui dan dibenarkan Angie. Barulah setelah mendapatkan kata “iya” dari Angie, Hotman mencocokkan jawaban itu dengan fakta-fakta yang melatarbelakangi komunikasi BBM dan jelas ada dalam hasil kloningan BBM Rosa yang ada di BAP. Tapi ternyata kepiawaian Hotman ini masih kalah dengan kelihaian Angie untuk keukeuh berbohong.

Hanya saja ada sedikit catatan negative untuk pengacara Nazar yang memilih melakukan penyerangan karakter pada Angie di luar persidangan, dengan membuka rahasia rumah tangganya. Langkah Elza Syarif ini justru bisa menjadi blunder, mengingat masyarakat kita mudah jatuh kasihan dan bersimpati pada orang yang tampak “didzholimi”. Jangan sampai publik kemudian justru menilai Angie sedang di-diskreditkan. Seharusnya para pengacara Nazar sebagai lawyer professional bisa mencari cara-cara lain yang lebih elegant untuk mengungkap kebohongan Angie.

Pers dan Publik :

Bagi pers, apapun yang terjadi di persidangan kasus suap Wisma Atlit adalah dagangan yang laris manis untuk dijual. Kesaksian Angie pada siding 2 minggu lalu sesungguhnya sudah sangat dinanti-natikan publik. Jadi ketika Angie tampil dengan dandanan yang berbeda, sikap tubuh yang tak biasa, raut wajah yang berusaha disembunyikan dan jawaban-jawaban yang terkesan naïf, di mata publik semua itu sudah cukup menjadi tanda-tanda kebohongan.

Dengan opini publik yang seperti itu, pers “menggoreng”nya dengan mengundang para pakar dari berbagai disiplin ilmu untuk menganalisis tanda-tanda kebohongan itu. Maka sesungguhnya di mata pers dan publik, Angie sudah divonis pembohong, 100% kesaksiannya diragukan. Bahkan pers-lah yang kemudian menyajikan arsip foto-foto Angie memengang BB sejak tahun 2009., yang makin melemahkan keterangan Angie.

------------------------------------------

Pada acara ILC di TV One Selasa lalu, budayawan Sudjiwo Tedjo mengibaratkan Angie bak Dewi Drupadi yang oleh Yudhistira, suaminya, dijadikan taruhan dalam permainan judi dadu. Sehingga ketika Yudhistira kalah, Drupadi kemudian diseret rambutnya oleh Dursasana dan dibawa ke arena judi untuk ditelanjangi. Sudjiwo Tedjo menyalahkan Resi Bisma yang seharusnya bisa menyelamatkan Drupadi, tapi sayangnya Bisma tak melakukan itu dan membiarkan Drupadi ditelanjangi di depan banyak orang.

Seperti juga Dewi Drupadi, maka sang “Drupadi” jaman modern ini tak pernah menyalahkan Yudhistira yang menjadikannya sebagai bahan taruhan di arena judi. Karena sesungguhnya dijaman modern dimana wanita bebas memilih – apalagi wanita yang memiliki kapabilitas intelektual tinggi dan mengenyam pendidikan tinggi di bidang politik – kehadiran Drupadi ke arena judi dadu adalah atas inisiatif sang “Drupadi” sendiri. Bahkan bisa jadi sang “Drupadi” turut menikmati perjudian itu.

13304366221020712216

Dalam hikayat pewayangan, meski Dursasana berkali-kali menarik kain Dewi Drupadi, tapi selalu saja ada kain lain yang membalut tubuhnya. Sehingga upaya Dursasana menelanjanginya tak pernah berhasil. Munculnya kain baru itu berkat perlindungan Sri Kreshna yang pernah ditolong oleh Drupadi, ketika dalam perjamuan di Upacara Rajasuya, tangan Sri Kreshna sempat terluka dan mengeluarkan darah saat menarik Cakra Sudarsana yang akan digunakannya untuk membunuh Sisupala. Dewi Drupadi kemudian segera menyobek kain sarinya untuk membalut luka Sri Kreshna. Pertolongan itulah yang tak bisa dilupakan Sri Kreshna, yang kemudian diwujudkannya dalan bentuk perlindungan pada Dewi Drupadi saat ditelanjangi Dursasana.

Dalam kasus Angie, akankah “kain”nya segera tersingkap dalam sekali tarik? Ataukah akan ada kain lagi dan lagi yang akan terus menyelimutinya? Jika demikian, tentu sang “Drupadi” modern ini telah berjasa membalutkan kain sarinya kepada banyak “Sri Kreshna”, sehingga banyak yang kemudian merasa berhutang budi padanya dan perlu melindunginya. Melihat solidnya faksi tertentu di tubuh Partai Demokrat yang berusaha melindungi Angie, tampaknya kain di tubuh “Drupadi” modern ini akan tetap menyelimutinya dan belum berhasil ditarik. Dan “Yudhistira” masih tetap aman bermain dadu, tak seorang pun yang menyalahkannya telah mempertaruhkan “istri”nya.

Ibarat pertandingan tinju antar 2 pemegang sabuk juara dunia, atau pertandingan catur antar grand master, pertandingan esok pagi masih sulit ditebak, siapa yang akan unggul. Kubu Angelina pasti sudah menyusun strategi baru untuk mempertahankan kesaksiannya meski dikonfrontir dengan Rosalina. Jangan lupa, banyak “Sri Kreshna” yang berhutang budi dengan balutan kain sari Sang “Drupadi”. Jadi…, let’s wait n see what will be happen tomorrow. Boleh saja kita berharap kebenaran segera terungkap dengan siding konfrontir ini. Tapi saran saya jangan terlalu banyak berharap. Sebab “judi dadu” ini sudah berlangsung lama dan banyak yang menikmatinya. Dan…, “Yudhistira”belum lagi kalah, ia hanya mencoba bertahan agar tak makin bangkrut.

(Referensi kisah dan ilustrasi gambar tentang Dewi Drupadi diambil dari id.wikipedia.org)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline