Dibalik hiruk pikuknya pro-kontra pelengeseran Anas di internal Partai Demokrat, muncullah pernyataan mengejutkan dari Ruhut Sitompul. Ruhut yang selama ini dikenal sebagai loyalis Anas, tiba-tiba ikut menyuarakan himbauan agar Anas legowo untuk mundur. Sikap Ruhut ini sudah dikabarkan media online sejak Selasa lalu. Tapi hari ini Ruhut berani blak-blakan bicara di depan wartawan televisi.
Ruhut memang figur kontroversial dan bagi publik pada umumnya, Ruhut termasuk yang tidak disukai karena pernyataan-pernyataannya yang suka asal bunyi dan cenderung meremehkan pihak lain yang berseberangan dengannya. Bagi banyak orang, Ruhut dinilai plin-plan, tidak konsisten dan suka menjilat serta ABS. Dibalik semua karakter negatif Ruhut seperti penilaian publik itu, saya merasa ada yang menarik dalam fenomena sikap Ruhut sejak awal kasus suapWisma Atlit mencuat dan menyeret nama Nazaruddin.
Ketika pertama kali nama Nazar disebut oleh pengacara Rosa saat itu, Ruhut termasuk dalam “Tim Investigasi” yang konon dibentuk oleh Fraksi Demokrat untuk menilai adakah keterlibatan Nazar dalam kasus itu. Seperti kita ketahui, saat itu Tim Investigasi menyatakan Nazar sama sekali tak terlibat. Dalam jumpa pers Fraksi Demokrat, Nazar bahkan diapit oleh Ruhut dan Benny K. Harman. Ketika kemudian Nazar di-nonaktif-kan dari partai, Ruhut masih membelanya.
Tapi ketika kemudian Nazar mulai berkicau dan menyebut nama Anas, Ruhut geram dan berusaha mengingatkan Nazar agar berhati-hati dengan ucapannya. Kian lama ocehan Nazar makin tajam menyerang Anas, membuat Anas merasa perlu melaporkan Nazar ke Polda Metro dengan tuduhan pencemaran nama baiknya. Saat Anas melapor, Ruhut lah kader Demokrat yang menemani Anas ke Polda. Sikapnya kini berbalik menyerang Nazar dan membela Anas mati-matian.
Seperti kita tahu, Nazar wataknya sangat emosional. Ia menyerang siapa saja yang dianggap tidak membelanya. Nama Angelina, Mirwan Amir dan Anas berkali-kali disebutnya. Tapi anehnya, tak sekali pun Nazar menyebut nama Ruhut. Jika Ruhut ikut terlibat dalam arus permainan “apel” pastilah Nazar tak akan membiarkannya terlepas dari bidikan. Nah, karena Nazar sama sekali tak pernah menyebut nama Ruhut, bisa jadi memang Ruhut tak terlibat sama sekali.
Kini, ketika nama Anas makin santer disebut di persidangan Nazar, bahkan sudah diissukan bakal ditetapkan jadi tersangka oleh KPK, orang-orang dekat Anas sibuk bersilat lidah membela eksistensi Anas sebagai Ketua Umum. Anehnya, Ruhut yang dikenal loyalis Anas, kini justru berbalik meminta Anas mundur. Jika gerbong pendukung Anas mati-matian mempertahankan posisi Anas sebagai Ketum, itu wajar saja. Sebab jika posisi Anas lepas, KPK akan makin mudah menetapkan Anas jadi tersangka. Jika Anas sudah terkena, maka semua yang terkait pasti akan terseret jadi pesakitan di pengadilan tipikor.
Saya yang selama ini tak pernah bersimpati pada pernyataan Ruhut, kali ini mulai berpikir : “hmm..., bisa jadi Ruhut ini sebenarnya ‘bersih’ dan tak terlibat dalam pusaran korupsi sistematis dan berjamaah yang dilakukan rekan-rekannya separtai”. Itu sebabnya Ruhut tak ada ganjalan untuk meminta Anas mundur. Ruhut tak merasa terancam dengan lengsernya Anas.
Dalam pernyataannya di acara AKI Malam TV One beberapa saat lalu, Ruhut beralasan dia ingin Anas “melawan” Nazaruddin. Jika Nazar berkoar-koar, maka Anas pun harus berani lantang mengatakan “Saya tidak terlibat kasus Hambalang dan Wisma Atlit. Jika saya terlibat, saya berani digorok leher saya”. Dan bukannya hanya retorika berputar-putar yang hanya berkilah bahwa itu hanya dinamika partai, hanya arus minoritas, ocehan Nazar hanya fiksi belaka, tapi Anas sendiri tak kunjung membuktikan dirinya tak terlibat. Diamnya Anas inilah yang kemudian membuat opini publik makin menguat bahwa Anas memang salah, dan itu merugikan partai.
Alasan lain Ruhut kenapa ia meminta Anas mundur, dia tak ingin jika kasus ini dibiarkan mengambang berlarut-larut maka partai yang tersandera di mata masyarakat. Apalagi kini sudah mulai ada demo kelompok masyarakat yang meminta Anas segera ditangkap dan diadili. Kekhawatiran Ruhut, jika nanti menjelang 2014 Anas justru ditetapkan jadi tersangka, tentu ini akan menjadi kartu mati bagi Partai Demokrat. Jadi, kalau Anas legowo untuk segera non aktif sementara, kemudian fokus membuktikan bahwa ia benar-benar “bersih”, tentu akan jadi titik balik yang baik bagi Demokrat.
[caption id="attachment_159892" align="aligncenter" width="300" caption="Demo yang jadi keprihatinan Ruhut"]
[/caption] Tampaknya kali ini pemikiran dan pernyataan Ruhut tidak ngawur, bahkan logis. Sebab Anas selama ini hanya menangkis serangan Nazar dengan retorika semu belaka, hanya dengan kata-kata diplomatis. Tapi tak pernah tegas-tegas membantah dan membuktikan ketidakterlibatan dirinya. Satu contoh, ketika Nazar menuduh mobil Alphard milik Anas adalah hasil suap dari keuntungan proyek dan Nazar menunjukkan bukti fotocopy BPKB mobil itu, Anas hanya membantah dengan mengatakan Alphard itu milik temannya yang dipinjamkan padanya. Anehnya, Anas tak menyebut siapa temannya pemilik Alphard dan tak menunjukkan STNK atau BPKB-nya. Bukankah ini justru membuat publik lebih percaya pada Nazar ketimbang pada Anas?
Bisa jadi, watak Ruhut yang suka “bocor mulut” itu justru menyelamatkannya. Karena rekan-rekannya di partai tak melibatkan Ruhut dalam permainan mafia proyek-proyek Pemerintah. Bisa jadi pula kengototan Ruhut meminta Anas mundur memang demi menyelamatkan Partai karena ia sudah tahu bakal seperti apa endingnya, mengingat kini elit-elit Demokrat tampak mulai panik mendengar issu Anas bakal ditetapkan jadi tersangka. Let’s wait ‘n see, sebab Bang Abraham Samad sudah melontarkan janji sekali lagi bahwa bakal ada tersangka baru kasus Wisma Atlit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H