Baru sebulan lebih memegang amanah, KPK sudah digoyang issu perpecahan. Bermula dari BBM berantai yang tak jelas siapa pengirim awalnya, dikabarkan Senin 23 Januari lalu, Ketua KPK Abraham Samad marah besar sampai membanting meja hingga kaki meja patah-patah. Marahnya Bung Abras karena dia sudah hendak menetapkan Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng jadi tersangka kasus suap Wisma Atlit, tapi Pak Busyro Muqoddas dan Mas Bambang Widjojanto tak setuju. Itu kata BBM.
Pak Busyro sudah berkali-kali membantah dengan alasan yang kuat : Senin 23 Januari itu libur Imlek dan seluruh Pimpinan maupun staf KPK libur. Lagipula tanggal tersebut Bung Abras masih dalam perjalanan dari Riyadh ke Jakarta, usai menunaikan ibadah umroh. Jubir KPK, Johan Budi juga membantah, bahkan dengan menyindir meja di KPK kuat-kuat, sebab bukan hasil mark up. Tapi meski ramai-ramai membantah, yang ngotot bahwa berita via BBM itu benar juga ada.
Bisa jadi rumor via BBM itu memang tidak benar, tapi pengirimnya punya maksud baik : menantang KPK supaya berani bersegera menetapkan Anas dan Andi jadi tersangka. Bung Abras sudah lama menjanjikan bakal akan segera ada tersangka baru untuk kasus suap Wisma Atlit. Publik sudah jengkel terlalu lama menunggu. Sementara di internal Partai Demokrat sendiri sudah panas-dingin tak karuan menunggu penetapan KPK. Sebenarnya ada 4-A yang saat ini namanya makin santer disebut para saksi dalam persidangan Nazaruddin. Ada AU, AS, AM dan MA. Tak apalah yang terakhir A-nya di belakang.
A yang pertama : AU, Anas Urbaningrum, sang nakhoda partai, masih muda, berpenampilan kalem dan cool, mantan aktivis dan pemimpin sebuah organisasi mahasiswa berlabel Islam. Karirnya melesat pesat setelah lompat pagar dari KPU ke PD. DI KPU dulu AU menolak pemberian mobil dinas Innova. Tapi sejak di Demokrat, berteman dengan Nazar dan ikut berbisnis dengannya, Anas justru mendapatkan Alphard. Namanya sudah santer disebut sejak awal, tapi goyangannya baru terasa kencang saat Yulianis ikut menguatkan kesaksian Rosa dan sekaligus membenarkan ocehan Nazar selama soal aroma duit puluhan milyar dan ribuan dollar yang bertebaran di arena Kongres PD yang memenangkan AU.
A yang kedua : AS alias “ibu artis”, Angelina Sondakh, posisinya di PD sebagai Wakil Sekjen, di DPR ia Koordinator Anggaran Komisi X sekaligus anggota Banggar. Mantan Putri Indonesia 2001 yang sekarang ngetop karena rumornya jadi distributor apel Malang dan apel Washington juga semangka di DPR. Bukan hanya Nazar, Rosa dan Yulianis yang menyebut namanya, kini Gerhana Sianipar, Direktur Utama PT Exatech Technology Utama, anak usaha Grup Permai, perusahaan yang dimiliki Nazaruddin, ikut menguatkan keterlibatan Angie menerima “3 kilo semangka”. Rilis KPK tentang laporan harta kekayaan Angie per Juli 2010, juga menunjukkan lonjakan 10x lipat dari LHKPN yang dibuatnya sebelum jadi anggota DPR. Yang semula hanya 600 jutaan saja, kini jadi lebih dari 6 milyar rupiah.
A yang ketiga : AM, Andi Mallarangeng, si abang kumis yang jadi Menegpora, dulu pernah jadi orangterdekat SBY di periode pertama pemerintahan SBY. Kabarnya, saat Kongres PD di Bandung, si AM ini lebih didukung SBY. Itu sebabnya AU perlu banyak pelumas untuk memenangkan pertarungan. Lucunya, si AM yang ngebet ingin menggusur AU ini tegas menyatakan “Saya tidak percaya Yulianis!”. Sebab Yulianis lah yang mengatakan ada aliran dana ke tim sukses AM saat Kongres PD lalu. Lucu, jika ia tak percaya kesaksian Yulianis tentang keterlibatan dirinya dan adiknya Choel Mallarangeng, berarti AM juga harus tak percaya keterlibatan Anas. Sebab bukankah keduanya sama-sama menerima uang untuk pemenangan dirinya? Dan bukankah kedua keterangan itu sama-sama disampaikan oleh Yulianis? Rupanya si AM ini tak sadar kalau ia sudah membuat blunder.
A yang ke empat adalah MA, Mirwan Amir, dialah sang Boss Besar, salah satu dari 4 pimpinan Banggar, masih muda dan juga berpenampilan tenang. Sejak awal kasus ini mencuat, Nazar sudah menyebut namanya dan Angie via BBM yang dikirim ke sejumlah redaksi media massa. Tapi seperti A-A yang lain, A yang ini juga tak tersentuh. Bahkan sama sekali belum pernah ada rumor dirinya bakal dijadikan tersangka. Beda dengan AU, AS dan AM yang sudah santer issunya bakal dijadikan tersangka. Mungkin karena “A”-nya ada di belakang, jadi KPK sedikit melupakannya. (yang ini sama sekali gak nyambung, jangan dipikir pake logika)
Sebenarnya ada satu lagi A yang juga bermasalah di Demokrat. Tapi A yang ini urusannya dengan polisi, bukan KPK. Sama-sama jebolan KPU yang lompat pagar ke Demokrat : AN alias Andi Nurpati. Sama dengan lainnya, ibu yang satu ini juga berpenampilan kalem dan tenang, meski DPR Komisi II dengan garang dan sadis membantainya, ia tetap bisa tersenyum dan berkelit. Meski semua bukti-bukti mengarah pada keterlibatannya pada pembuatan Surat Keputusan palsu MK, toh polisi tak berani menjamahnya. Padahal Mahfud MD sudah melaporkan kasus ini ke Kepolisian sejak Pebruari 2010, 2 tahun yang lalu. Faktanya polisi tak berkutit berhadpan dengan senyum manis AN.
Dulu, ada juga yang suka salah ngomong dan asal bikin pernyataan. Namanya Ahmad Mubarok, AM juga kalau disingkat. AM yang ini orangnya sudah tua, tapi entah kenapa masih suka bikin sensasi aneh. Rekannya di DPR ada juga yang suka mengeluarkan pernyataan kontroversial, namanya Marzuki Alie, MA juga singkatannya. Kalau MA yang satu ini tahan banting. Entah sudah berapa kali pernyataan kontroversialnya menyulut amarah publik dan dia menuai caci maki, tapi Pak MA yang satu ini tahan banting! Kabarnya, MA yang ini termasuk yang ingin mendepak AU dari kursi Ketua Umum PD.
Entah kenapa si “A” di Demokrat selalu bikin masalah. Atau sebaliknya : masalah di tubuh Demokrat selalu berkaitan dengan si “A”. Mungkin itu sebabnya Bung Ramadhan Pohan menjalankan jurus dewa mabok : “ada mister A yang ingin mengobok-obok partai kami”. Tudingan itu diarahkan kepada politisi senior dari partai lain. Akibatnya tersinggunglah Akbar Tanjung. Untung saja Amien Rais cuma tersenyum dan tak ikutan marah.
Rupanya, Ramadhan Pohan tidak 100% salah. Memang ada mister A yang mengobok-obok Demokrat. Sayangnya tudingan itu tak seharusnya diarahkan ke luar, tapi lebih tepat lagi kalau ke dalam. Sebab 1 jari telunjuk Ramadhan Pohan menuding mister “A” yang konon katanya orang partai lain, ternyata 4 jari lainnya menuding ke dalam tubuh Partai Demokrat sendiri. Bung Ramadhan sekarang tinggal pilih, mau AU, AS, AM atau MA. Malah kalau perlu AM dan MA masing-masing ada 2. Kalau di tambah lagi dengan ibu AN, maka lengkaplah sudah ada 7-A bermasalah di tubuh Demokrat. Kalau sudah 7 A begini, bukan hanya KPK dan polisi yang puyeng, Pak SBY pun pasti pusing 7 keliling!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H