Lihat ke Halaman Asli

Ira Oemar

TERVERIFIKASI

Kisah "Traveling" Nyonya Sosialita Dalam Kawalan Eks Marinir AS

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, terbukti sudah ucapan mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas yang pernah mengatakan Nunun selama menjadi buron dilindungi kekuatan besar yang non-institusional. Meski pernyataan itu sempat membuat Adang Daradjatun meradang dan mati-matian membantah, kegigihan wartawan Majalah Tempo melakukan penelusuran membuahkan hasil yang justru membenarkan sinyalemen Pak Busyro. Berikut kisah dan kronologisnya saya bagikan disini, yang saya kutip dan saya rangkum dari beberapa berita di situs www.tempo.co.

PENGAWALAN EKSTRA KETAT & SULITNYA PENANGKAPAN

Selama pelarian, hampir dua tahun lamanya, Nunun Nurbaetie menikmati kenyamanan, juga sejumlah fasilitas yang diduga dari jaringan bisnis tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan DGS BI yang dimenangkan Miranda Swaray Goeltom. Penelusuran Tempo, menemukan jaringan bisnis pelindung Nunun itu berkewarganegaraan Amerika Serikat dan seorang warga negara Thailand. Sosok misterius dari Amerika itu adalah Philip B. Christensen, seorang veteran marinir Amerika Serikat. Philip juga tercatat sebagai penyewa rumah yang ditinggali Nunun di Jalan Nantawan 5, Komplek Aqua Divina Urbano, Bangkok. Philip membawa Nunun ke rumah itu sebulan sebelum Nunun dijemput polisi Thailand.

Philip – pria plontos berkulit putih dan berbadan kekar – itu terdeteksi dari data manifes sejumlah penerbangan yang dipantau aparat internasional. Namanya selalu ada di sejumlah pesawat yang diduga menerbangkan Nunun dan selalu duduk tepat di samping kursi Nunun. Pada suatu ketika, Philip memperoleh kursi terpisah dari Nunun. Ia pun segera meminta awak pesawat memindahkan kursinya agar bisa duduk berdampingan dengan “klien”-nya. Pertengahan November lalu, Philip tertangkap kamera Bandar Udara Suvarnabhumi, Bangkok. Ia mengenakan celana jins, kemeja putih, dan jaket hitam, berjalan tepat di belakang Nunun. Matanya terkesan sedang mengawasi sekeliling. Sedangkan Nunun menutup rambutnya dengan kerudung yang diikat di bagian atas.

Sulitnya KPK mengendus persembunyian Nunun di luar negeri karena berkat kepintaran pengawal Nunun. Itu sebabnya kendati Nunun sering wira-wiri dari Singapura, Thailand, Kamboja, Hong Kong dan Laos, jejak Nunun tetap sulit terlacak. Meski Nunun masuk dalam daftar buruan Interpol sejak Mei lalu, dia tetap tak terlacak. Aparat Kepolisian Thailand harus melakukan pengintaian beberapa saat sebelum mulai merangsek ke rumah sewaan Philip. Mereka menunggu hingga Philip meninggalkan rumah itu. Saat disergap, Philip sedang tidak mengawalnya. Ketika polisi masuk, Nunun hanya ditemani pengawal berkewarganegaraan Thailand dan seorang kerabatanya.

Penangkapan Nunun ternyata tidak mudah. Beberapa jam setelah dibekuk polisi Bangkok, ada upaya dari pihak tertentu meminta Nunun dibebaskan. “Ada yang menawarkan uang dengan kompensasi Nunun dilepaskan,” kata sumberTempo yang dekat dengan pejabat kepolisian Thailand. “Tawaran pertama satu juta baht, lalu naik menjadi lima juta baht.”  Menurut sumber itu, tawaran tersebut datang dari seseorang yang berpengaruh di negeri Gajah Putih. “Dia seorang pejabat tinggi,” katanya tanpa mau menjelaskan secara detail orang yang menawarkan suap tersebut.

Sebenarnya bagi Adang Philip bukan orang asing. Ia tercatat dua kali masuk Indonesia. Pada satu kali kunjungannya, ia diketahui bertemu mantan Wakapolri itu di Restoran Batavia, Jakarta Pusat. Ditanyai soal ini, Adang menolak memberi penjelasan. “Anda kejar sampai kapan pun, saya tidak akan menjawab,” ujarnya. Sedangkan Troy Pederson, Atase Pers Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, menolak memberikan informasi tentang Philip. “Maaf, undang-undang kami melarangnya,” kata Pederson. Sebenarnya, KPK cukup layak mengadukan Adang atas tuduhan memberikan keterangan palsu dan melakukan kebohongan publik. Bukankah Adang selalu bersumpah tak ada yang melindungi Nunun selain dirinya? Bukankah kata Adang pula, saat ditangkap Nunun sendirian?

RUMAH MEWAH DAN WISATA FAVORIT

Selama pelarian di Thailand, Nunun tinggal di perumahan mewah di Komplek pemukiman Aqua Divina Urbano. Di rumah 316 meter persegi dengan sewa 35 ribu baht – setara Rp 11 – 12 juta sebulan atau Rp 120 Juta setahun – itulah Nunun akhirnya ditangkap. Komplek yang terletak di timur pusat kota Bangkok di Distrik Saphan Sung itu dikenal sebagai hunian ekslusif atau semacam kawasan Menteng bagi Bangkok. Letaknya tak jauh dari Bandara Internasional Suvarnabhumi, +/- 12 kilometer atau sekitar 20 menit naik taksi. Penjagaan komplek cukup ketat dan ada 2 lapis. Seluruh tamu yang masuk komplek, wajib lapor. Petugas penjaga di pos utama selalu memelototi setiap kendaraan yang masuk. Lolos di pos pertama, belum tentu lolos di pos kedua. Pos kedua, hanya seratus meter dari pos pertama. Disitu, sudah ada portal untuk mencegat kendaraan. Yang bukan penghuni – termasuk supir taksi yang ditumpangi Tempo – mesti meninggalkan kartu identitas untuk ditukar dengan kartu tamu. Dari pos itu, rumah Nunun tinggal sekitar 300 meter. Sepeninggal Nunun, rumah tersebut dibiarkan melompong. Penelusuran dilakukan Majalah Tempo, pada Kamis 15 Desember 2011.

Menjadi buronan KPK ternyata tak membuat Nunun selamanya bersembunyi di tempat yang tidak mudah terlacak Interpol. Ternyata, Nunun sering berwisata ke 2 tempat wisata di Thailand dan Kamboja kerap didatanginya bersama para pengawal. “Nunun beberapa kali datang ke Pattaya (Thailand) dan Angkor Wat (Kamboja),” kata sumber Tempo pekan lalu. Menurut dia, dalam beberapa kali kunjungan itu, Nunun selalu dikawal 4 – 5 orang pengawalnya. Istri mantan Wakapolri ini berganti gaya dengan memakai kerudung dan kacamata hitam. Sumber yang beberapa kali mengikuti Nunun sebelum ditangkap mengatakan Nunun terlihat tidak bisa bersembunyi di tempat yang sepi. “Terlihat sekali, dia ingin selalu berada di pusat keramaian. Yah, maklumlah, terbiasa dengan pergaulan ala sosialita metropolitan Jakarta.

GAYA HIDUP ALA SOCIALITE METROPOLITAN

Selain menyuguhkan berita seputar kehidupan Nunun selama dalam pelarian, Tempo.co juga menyajikan berita seputar gaya hidup sosialita Nunun ketika masih di Jakarta. Berita tersebut dikutip Yaoo.news.com seperti berikut :

Di kalangan sosialita Jakarta, gaya dan penampilan Nunun sangat fashionable.”Dia seorang yang sempurna dalam menghadiri acara selalu menerapkan prinsip padu pada elegan,” kata seorang fotografer ternama ibukota yang enggan menyebutkan namanya. Fotografer ini mengaku beberapa kali mendapat tugas memotret Nunun di sejumlah acara pesta dan jamuan makan malam di kalangan jet set. Ketika Adang Daradjatun mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI, Nunun membuat pesta besar. Ia mengundang para sosialita dan selebritas ibukota. Acara ini menurutnya tak hanya jamuan teh sore dan makan malam. Nunun mendatangkan semua kolega dan sahabatnya dalam acara privat dan sangat terbatas . Nunun sangat memanjakan para tamunya dengan berbagai koleksi miliknya seperti peralatan rumah tangga berbahan kristal, kain-kain kuno, tas mahal dan perhiasan. Semua benda kesayangan milik Nunun dipamerkan dalam bentuk peragaan mini. Beberapa model mengenakan barang dan pernik mode kesayangan Nunun mulai baju, sepatu, tas dan kain.” Ibu Nunun tampak menikmati acara tersebut yang menjadi kebanggaan bisa menampilkan semua koleksi miliknya,” kata si fotografer.

Ia juga menyebutkan Birkin dan Kely dua model paling populer Hermes, tas yang menjadi simbol kebanggaan Nunun. Ia pernah juga ditugasi untuk memotret koleksi tas Hermes dan perhiasan Nunun. Salah satu wartawan mode pada tahun 80-an dan pengamat gaya hidup ibukota membenarkan Nunun tipe orang yang selalu tampil sempurna untuk setiap acara yang dihadirinya. Si pengamat gaya hidup ini pernah dimintai tolong Nunun untuk menjadi editor pembuatan buku ekslusif yang memuat semua koleksi Nunun dari pernik perhiasan, tas, sepatu dan baju. “Ibu Nunun tak hanya melakukan pemotretan semua koleksinya di rumah, tetapi juga ke Bali, Singapura, Hongkong dan Italia yang menyewa sebuah rumah dan ruangan khusus yang dipakai menjadi tempat pemotretan,” ujarnya.

-------------------------------------------------------------------

Itulah sekelumit kisah pelarian yang lebih mirip traveling. Jika dibandingkan dengan pelarian Nazaruddin, kisah pelarian Nunun memang lebih dramatis. Karena selama dalam pelarian Nunun tetap tak mau menanggalkan gaya hidup dan hobbynya berwisata dan berbelanja. Kini, setelah sempat semalam merasakan dinginnya tembok rutan, Nunun harus terbaring di rumah sakit. Entah sampai kapan ia akan menjalani pembantaran. Mengingat usianya yang belum terlalu tua dan kondisi kesehatan yang sebenarnya tak separah yang diakui suaminya, bisa jadi Nunun harus bertahun-tahun lagi berpura-pura sakit lupa. Jika modus yang dilakukan Nunun mencontek pendahulunya : Soeharto, saat beralasan sakit Eyang Soeharto sudah berusia 78 tahun dan baru meninggal 9 tahun kemudian. Seandainya usia Nunun sekarang masih 50-an tahun, berapa lama lagi dia betah terlentang di rumah sakit tanpa berkesempatan mengenakan tas Hermes, kacamata bermerk, dan mengusap koleksi berlian dan kristalnya? Semoga saja Ibu Nunun tidak berganti sakit stress berat karena harus mengubah gaya hidup.

Sumber-sumber berita :

1.http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/063372402/Selama-Buron-Nunun-Dikawal-Eks-Marinir-AS

2.http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/063372385/Kisah-Si-Plontos-Marinir-Penjaga-Nunun

3.http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/063372412/Beking-Nunun-di-Thailand-Sempat-Tawarkan-Sogokan

4.http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/063372401/Rumah-Nunun-di-Bangkok-dengan-Dua-Lapis-Penjagaan

5.http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/063372400/Seperti-Apa-Rumah-Mewah-Nunun-di-Bangkok

6.http://www.tempo.co/read/news/2011/12/19/063372403/Selama-Buron-Ini-Dua-Tempat-Wisata-Pilihan-Nunun

7.http://id.berita.yahoo.com/kisah-gaya-hidup-nunun-di-mata-sosialita-114746786.html

ilustrasi gambar diambil dari www.tempo.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline