MENGIKAT BIBIT RUMPUT LAUT DENGAN TALI RAFIA UNTUK PRODUKSI YANG MAKSIMAL DAN PASTI Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto Praktek budidaya rumput laut Eucheuma cottoni oleh para petani rumput laut terbilang masih belum maksimal produksinya. Para petani rumput laut di Kabupaten Nunukan biasanya sudah sangat gelisah, cemas dan tidak tenang, penuh kekhawatiran, manakala usia penanaman sudah memasuki hari ke 45. Apalagi jika kondisi laut tempat penanaman terjadi gelombang yang agak besar atau arus gelombang yang kuat, para petani sering mengalami kegagalan. Kegagalan panen terjadi karena rumput laut yang hampir dipanen ini terputus dan jatuh ke dasar laut serta terbawa arus gelombang. Yang lebih parah lagi kalau tali fondasi juga ikut tercabut dan tergulung sehingga bisa menarik tali-tali milik tetangga pembudidaya. Hal ini sering terjadi pada saat awal-awal budidaya rumput laut tahun 2008-2009. Dari banyak pengalaman akhirnya para petani semakin memperkokoh pancangan fondasi sehingga lebih kuat dan tidak terbawa oleh arus dan gelombang laut selama masa budidaya. Putus atau rontoknya rumput laut sebelum dipanen ini setelah diamati disebabkan karena tali yang digunakan untuk mengikat bibit ini rata-rata berukuran kecil dan berpotensi menggigit, mencekik, menggerek dan memotong batang rumput laut. Karena gelombang dan arus yang terus menerus maka rumput laut yang semakin besar ini juga ikut terombang-ambing, terhentak-hentak, tertarik-tarik. Semakin kuat gelombang dan arus, semakin sering frekuensinya, maka semakin riskan memutus rumput laut. Semakin bertambah umur maka rumput laut juga semakin besar dan berat sehingga semakin riskan mengalami rontok atau putus Rumput laut sebenarnya punya daya lentur dan elastisitas yang semakin baik dari waktu ke waktu pertumbuhannya. Namun juga daya lentur dan elastisitas ini akan mencapai puncaknya pada umur tertentu dan setelah itu berangsur kurang pada umur budidaya selanjutnya. Daya lentur elastisitas ini sering disebut sebagai gel strength. Maksimalnya gel strength ini rata-rata tercapai pada umur antara 45-55 hari. Maka pada saat inilah biasanya rumput laut itu lazimnya dipanen, setelah umur itu rumput laut sangat riskan mengalami patah atau terputus sehingga gagal panen. Penyebab putusnya rumput laut menjelang panen ini dapat diidentifikasi sebabagi berikut : 1. Bebannya semakin berat 2. Menurunnya kelenturan dan kekenyalan (gel strength) 3. Tali pengikat bibit yang kecil dan tajam sehingga menggigit, mencekik dan memotong 4. Tali yang rapuh sehingga terputus 5. Gelombang dan arus laut yang besar, kuat dan sering Namun dari beberapa penyebab di atas yang paling dominan adalah sebab ketiga, yaitu tali pengikat bibit yang kecil dan tajam sehingga berpotensi menggigit, mencekik dan memotong. Penyebab lainnya memang sudah menjadi fitrah semua budidaya di laut dan ini akan bisa diabaikan jika tali pengikat bibit rumput laut itu tidak memutus rumput laut yang menjelang dipanen. Bahkan seandainya rumput laut itu tumbuh semakin besar, semakin berat dan berkembang dengan cepat dan maksimal. Dari hal-hal di atas akhirnya para petani rumput laut di Nunukan (bahkan di seluruh Indonesia) memilih menanam rumput laut dengan bibit yang kecil-kecil namun ditanam lebih rapat. Hal ini agar jika nanti sudah semakin besar, tidak terlalu besar dan berat sehingga mudah putus. Dengan jumlah titik penanaman (jarak tanam) yang rapat juga akan diperoleh hasil yang banyak pula. Disamping itu jumlah bibit yang diperlukan bisa dihemat. Begitulah rata-rata alasan para petani rumput laut Nunukan. Namun hal di atas tidak disadari bahwa dengan penanaman yang sangat rapat dan bibit yang kecil-kecil menyebabkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Biaya pembelian tali pengikat bibit semakin besar 2. Tenaga yang diperlukan untuk mengikat semakin banyak. 3. Jumlah produksi pertitik kecil karena bibitnya kecil 4. Waktu yang diperlukan untuk mengikat seluruh bibit dalam setiap bentangan tali semakin lama 5. Dll. Mengikat bibit dengan tali rafia Mengikat bibit dari tali rafia ini sudah dilakukan oleh para petani dan pengusaha rumput laut di wilayah Samporna, Sabah Malaysia. Salah satunya adalah perusahaan investasi budidaya rumput laut yang bernama Dynasty Marine Farm (DMF). Perusahaan ini merupakan pembudidaya rumput laut yang dikelola sangat rapih dan baik dengan hamparan budidaya yang sangat luas. Dengan areal yang sangat ideal pola budidaya yang cukup modern ditunjang sarana prasarana serta modal dari para investornya yang cukup, sehingga mampu menjanjikan keuntungan yang cukup menggiurkan. Besarnya bibit yang ditanam cukup besar dengan berat sekitar 200 gram atau 2 ons atau 0,2 kg. Biasanya dari bibit tersebut yang dipelihara selama sekitar 45 hari s/d 55 hari akan dicapai perkembangan dan pertumbuhan sebesar sekitar 6 kali lipat berat bibit semula, yaitu mencapai berat panen 1,2 kg per titik. Berbeda dengan kebiasaan para petani kita yang biasa menggunakan bibit dengan berat kurang dari 1 ons, bahkan hanya sekitar 50 gram atau 0,5 ons. Makanya pada saat panen dengan umur 45 petani kita hanya memetik sekitar 200 – 600 gram per titik. Di wilayah Sedadap Nunukan penulis mencatat hasil panen rata-rata para petani rumput laut hanya sekitar 200 gram saja per titik. Padahal kalau rumput laut seberat 200 gram di Samporna baru berupa bibit. Semoga tulisan ini juga bisa menginspirasi petani dan pengusaha rumput laut di negeri ini. Amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H