Lihat ke Halaman Asli

Sri Ken

Swasta

Perempuan dan Radikalisme

Diperbarui: 11 Maret 2023   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

antara

Jika kita membuka data beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa Lembaga semisal SETARA atau Wahid Institute, mereka menemukan bahwa kian banyak perempuan yang terlibat pada terorisme. Mereka juga tak hanya bertindak dibelakang layar seperti istri-istri para teroris seperti istri Noordin M Top atau juga Imam Samudra.

Banyak yang tidak tahu bahwa setelah para pelaku bom Bali dihukum mati, sebagian besar keluarga mereka tidak bersikap menyesal dalam berpandangan radikal. Anak dan keluarga Imam Samudra misalnya. Sang anak kemudian diketahui berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Diketahui kemudian bahwa sang anak tewas dalam pertempuran dengan pemerintah Suriah.

Lalu jika sempat membaca beberapa penelitian soal radikalisme, sejak tahun 2000 sampai 2021  ada sekitar 50 orang perempuan yang terlibat erat dengan terorisme. Penelitian itu membuktikan bahwa perempuan tidak hanya menjadi factor pendukung dalam aksi terorisme tapi menjadi factor utama  atau lebih kita kenal sebagai eksekutor.

Hal ini tidak hanya berlaku di kota-kota tertentu yang selama ini dikenal sebagai "kota teroris" tapi menyebar di beberapa kota di Indonesia. Sehingga kita tidak saja bertemu dengan peristiwa radikal di Medan, Jakarta atau Bali saja. Tetapi juga Surabaya, Makassar dll. Kita bisa melihat fenomena ini pada bom Surabaya yan dahsyat dan berhasil meledakkan tiga gereja sekaligus dalam satu waktu. Yang lebih menyakitkan bahwa hal ini dilakukan oleh sebuah keluarga yang kelihatannya ideal dan harmonis, termasuk sang istri dari pelaku utama. Seluruh anggota keluarga pelaku tewas.

Bisa juga para wanita itu bersama-sama para pria mengeksekusi sesuatu. Hal ini kita bisa melihat dari peristiwa pengeboman gereja Katedral di Makassar. Lalu kita juga melihat aksi seorang wanita  bernama Zakiah Aini yang menyerang Mabes Polri seorang diri. Di luar negeri kita mendengar juga sepasang suami istri asal Sulawesi mengebom gereja di Filipina.

Ini tentu menyedihkan karena ini berkenaan dengan persepsi yang salah tentang jihad. Jihad dipercaya banyak orang sebagai amalan tertinggi dari satu keyakinan. Padahal persepsi itu keliru. Sehingga pekerjaan besar kita adalah  menhentikan itu semua. Terutama juga kepada para wanita yang dinilai strategis untuk "melanjutkan " ideologi jihad.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline