Lihat ke Halaman Asli

Sri Ken

Swasta

Islam dan Harmonisasi

Diperbarui: 18 Februari 2023   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suymber: arabnews.com

Beberapa tahun ini banyak sekali pihak yang mendesak agar kita mengganti Pancasila dengan syariat islam. Lalu mereka memimpikan ada kekhalifahan di dunia dan Indonesia diharapkan salah satu negara endukung kekhalifahan itu.

Pihak-pihak yang mendesak itu agaknya lupa bagaimana Bangsa Indonesia terbentuk. Negara Majapahit yang mampu memiliki Nusantara bahkan bukan beragama Islam, namun Hindu Syiwa. Selain itu banyak bagian masyarakat yang memiliki aliran kepercayaan masing-masing yang cenderung berbentuk animism dan dinamisme.

Perdagangan berkembang di Nusantara lalu kerajaan Majapahit menyusut karena kerajaan-kerajaan kecil ingin mengatur daerahnya sendiri. Lalu pedagang Gujarat yang berasal dari India melakukan perdagangan di Nusantara. Pedagang Gujarat ini umumnya berasal dari Yaman yang bermigrasi ke India. Di India mereka berdagang. Mereka membawa agama Islam dan kemudian menyebar ke warga lokal dengan melihat kebiasaan mereka.

Penyebaran kedua adalah melalui para wali. Para wali ini juga berasal dari yaman yang kemudian memutuskan untuk tinggal di Jawa. Mereka menyebar dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Ada sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Gunungjati dll. Seluruhnya berjumlah sembilan orang dan menyebarjan agama Islam.

Yang harus dicatat adalah cara penyebarannya yang berlangsung damai. Itu karena mereka menghargai budaya lokal. Malah menyebarkan Islam melalui budaya itu. Ini yang harus diingat bagi kita.

Sehingga sebenarnya usulan untuk syariat Islam itu sama saja dengan mengingkari sejarah. Toh masyaakat non muslim juga tidak menganggu apa yang menjadi ajaran di Islam. Non muslim dan muslim seharusnya bisa hidup berdampingan dengan baik.

Nabi Muhammad diketahui menerapkan kehidupan harmoni dengan non muslim saat di Madinah. Ada non Muslim dan muslim dalam satu tempat. Ada aturan yang harus dihormati bersama. Antar mereka juga tidak saling menganggu. Sehingga digambarkan bahwa Nabi Muhammad baru bisa Tidur nyenyak saat di Madinah. Ini sangat berbeda ketika beliau berada di Makkah dimana satu kelompok selalu menyerang umat muslim dan sebaliknya.

Dari sini kita bercermin diri, bahwa jangan melihat perbedaan dengan sempit. Karena sejarah memperlihatkan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline