Opini publik adalah pendapat kelompok masyarakat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan. Dalam menentukan opini publik, yang dihitung bukanlah jumlah mayoritasnya (numerical majority) namun mayoritas yang efektif (effective majority). 1)
Opini publik memainkan peran penting dalam sebuah gerakan perubahan. Sejarah islam telah mencatat keberhasihan Mus’ab bin Umair dalam mendakwahi masyarakat Madinah. Ditandai dengan berhasilnya sahabat Rasulullah SAW tersebut untuk:
- Mengajak penduduk Madinah masuk islam secara menyeluruh (Islam Kaffah).
- Menguasai opini penduduk Madinah, sehingga awan opini islam mempengaruhi penduduk Madinah.
Dua Keberhasilan tersebut nyata dan menyakinkan Rasulullah SAW untuk pergi berhijrah ke Madinah dan mendirikan sistem pemerintahan islam disana dengan Rasulullah SAW sebagai kepala pemerintahan.
Era kekinian tampaklah peran opini sangat besar, bahkan sistem demokrasi menjadikan opini sebagai pilar ke 5 agar tetap bisa eksis.
Menyadari hal inilah maka Hizbut Tahrir Indonesia sangat intens untuk membina masyarakat dengan opini atas peristiwa politik yang telah ditetapkan penyelesaiannya berdasarkan syariat islam. Dan dalam #RapatdanPawaiAkbar sepanjang Mei 2015 di 36 kota Indonesia, maka opini yang dikembangkan adalah #IndonesiaKitaTerancam Neoliberalisme dan Neoimperialisme #BersamaUmmatMenegakkanKhilafah.
Apakah neoliberalisme itu? Neoliberalisme adalah paham yang menghendaki pengurangan peran negara dalam bidang ekonomi. Dalam pandangan neoliberalisme, negara dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat. Pengurangan peran negara dilakukan dengan privatisasi sektor publik, seperti migas, listrik, jalan tol dan lainnya; pencabutan subsidi komoditas strategis seperti migas, listrik, pupuk dan lainnya; penghilangan hak-hak istimewa BUMN melalui berbagai ketentuan dan perundang-undangan yang menyetarakan BUMN dengan usaha swasta. Jadi, neoliberalisme sesungguhnya merupakan upaya pelumpuhan negara, selangkah menuju corporate state (korporatokrasi). Ketika itu, negara dikendalikan oleh persekutuan jahat antara politikus dan pengusaha. Sehingga keputusan-keputusan politik tidak dibuat untuk kepentingan rakyat, tapi untuk kepentingan korporat baik domestik maupun asing.
Sementara itu di lapangan legislatif, kita juga dapat melihat bagaimana intervensi asing juga terjadi dengan sangat nyatanya. Ada lebih dari 76 UU yang draft-nya diberikan dari pihak asing, seperti UU Migas, UU PM, UU Kelistrikan, UU SDA, UU Perbankan dan sejenisnya yang jelas-jelas telah meliberalisasi sektor-sektor vital di Indonesia. Dari fakta-fakta inilah kita menyebut bahwa negeri ini juga sedang dalam ancaman neoimperialisme.
Oleh karena itu, neoimperialisme dapat kita katakan sebagai: penjajahan cara baru yang ditempuh oleh negara kapitalis untuk tetap menguasai dan menghisap negara lain. Dulu dikenal dengan semangat gold (kepentingan penguasaan sumber daya ekonomi), glory (kepentingan kekuasaan politik) dan gospel (kepentingan misionasi Kristiani). Meski mungkin kepentingan yang ketiga (gospel) kini tidak begitu menonjol, tapi kepentingan pertama dan kedua (gold dan glory) nyata sekali masih berjalan.
Bagaimana cara memenangkan opini ? Jawabannya adalah setiap anggota Hizbut Tahrir Indonesia dibekali dengan tsaqofah islam yang mampu memandang kondisi masyarakat dari atas, ibarat burung elang yang mengawasi kondisi dibawahnya. Sehingga semua anggota dan orang yang dibina oleh HTI adalah orang yang siap memenangkan opini di masyarakat. Disisi lain HTI juga mempunyai tim pemenang opini(infokom) yang terus belajar dengan berbagai macam inovasi teknologi. Barangkali bisa disebut tim infokom adalah tim pemenang opini terbesar di Indonesia, karena mereka ada di setiap daerah, paling tidak ada di 36 kota dimana #RapatdanPawaiAkbar dilakukan.
Tulisan ini didekasikan kepada tim infokom HTI yang bekerja keras tanpa pamrih, terus bergerak untuk memenangkan opini #RapatdanPawaiAkbar #IndonesiaKitaTerancam Neoliberalisme dan Neokolonialisme. Saatnya #BersamaUmmatMenegakkahKhilafah
Bahan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H