Lihat ke Halaman Asli

Hasil Survei SEM Institute 2014, tentang masalah keumatan: 72% Rakyat Setuju Syariah

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alhamdulillah, kami bisa menyapa Anda kembali di awal Maret 2014 ini. Semoga kehadiran kami dapat memberikan manfaat bagi Anda. Amin.

Pembaca yang dirahmati Allah, ada momentum yang sangat penting dalam bulan Maret ini, 90 tahun yang lalu. Tepatnya 3 Maret 1924, pemimpin kaum Muslim seluruh dunia ditumbangkan oleh para pengkhianat di bawah pimpinan Mustafa Kamal Attaturk. Sejak saat itulah, kita tidak memiliki Amirul Mukminin/Khalifah.

Saat itu berbagai upaya dilakukan oleh kaum Muslim di seluruh dunia untuk mengembalikannya. Dr Deliar Noer menulis bahwa penghapusan kekhalifahan di Turki menimbulkan kebingungan pada dunia Islam pada umumnya, yang mulai berpikir tentang pembentukan suatu kekhilafahan baru. Masyarakat Islam Indonesia bukan saja berminat dalam masalah ini, malah merasa berkewajiban memperbincangkan dan mencari penyelesaiannya.

Kebetulan Mesir bermaksud mengadakan kongres tentang khilafah pada bulan Maret 1924. Sebagai sambutan atas maksud ini, dibuatlah sebuah Komite Khilafah yang didirikan di Surabaya pada 4 Oktober 1924 dengan ketua Wondosudirdjo (kemudian dikenal dengan nama Wondoamiseno) dari Sarekat Islam dan Wakil Ketua KHA Wahab Hasbullah. Guliran usul ini selanjutnya diperkuat dalam Kongres Al-Islam ketiga di Surabaya bulan Desember 1924, yang antara lain memutuskan untuk mengirim sebuah delegasi ke Kongres Kairo, terdiri atas Surjopranoto (Sarekat Islam), Haji Fachruddin (Muhammadiyah) serta KHA Wahab dari kalangan tradisi. Namun upaya menegakkan kekhilafahan itu gagal.

Bahkan hingga hari ini, kita kaum Muslim bagai ayam kehilangan induk. Tak ada yang melindungi, mengayomi, dan melayani. Padahal para shahabat telah berijma’, kaum Muslim tidak boleh kosong dari kepemimpinan (adanya khalifah) lebih dari tiga hari.

Pertanyaannya sekarang, sudah berapa lama kita tidak memiliki pemimpin? Hampir satu abad. Bukankah ini sebuah keharaman? Pantas kalau nasib umat Islam di berbagai dunia terpuruk. Mereka dihinakan dan dilecehkan oleh orang kafir tanpa ada yang menolong. Para penguasa negeri Islam terkungkung oleh nasionalisme (nation state). Perasaan persaudaraan karena iman telah hilang digantikan oleh fanatisme kebangsaan.

Walhasil, saatnya kita bangkit. Kita adalah umat terbaik (khairu ummah). Dan predikat itu akan terwujud nyata bila kita bersatu dan melaksanakan syariah Allah secara kaffah di bawah pimpinan seorang khalifah. Di sanalah akan muncul izzah.

Pembaca yang dirahmati Allah, sebenarnya seperti apa potret kita di Indonesia saat ini? Bagaimana persepsi umat Islam Indonesia terhadap syariah dan khilafah? Media Utama kali ini akan mengupasnya.

Tak kalah menariknya, kami sajikan bagi Anda tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah dilaksanakan oleh BPJS. Akankah ini menyejahterakan rakyat? Ataukah sebaliknya malah menyengsarakan? Ikuti dalam rubrik Fokus.

Akhirnya, kami sampaikan selamat membaca. Kritik dan masukan kami nantikan…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline