- Deskrispi Manuskip
Naskah kuno yang kita kenal dapat disebut sebagai sebagai Manuskrip bila telah nerusia lebih dari 50 tahun. Nenek Moyang kita semua sudah menulis Manuskrip sejak abad 14 dan Sejarah dimulai dari Eropa yang mana dulu pernah datang dan menjajah Indonesia karena menginginkan Bahasa Melayu dan mulai belajar mengkaji Naskah Nusantara. Manuskrip Nusantara banyak yang telah diambil oleh Penjajah yang salah satu contohnya adalah Inggris yang membawa 26 ribu Naskah Indonesia.
Cara koloni mengambil Manuskrip antara lain karena mempunyai kekuasaan yang kuat ketika sedang menjajah dengan menggunakan cara perjualan. Sejarah perkembangan dari filologi dimulai pada saat era Yunani yang mana Yunani mulai mempunyai Tradisi menulis sejak abad ke-8, pada masa ini Manuskrip sebagai salah satu Ilmu Pengetahuan dan Barang dagangan sehingga karena ini Yunani dapat menjadi dasar dari Peradabana di Dunia. Pelopor Filologi berasal dari Iskandariah atau kita kita Alexandria yang bernama Erasthotheness. Beliau adalah seorang Pustakawan yang membaca dan memperbaiki Manuskrip Kuno dan memberikan komentar pada teks lama.
Untuk Naskah yang tidak disalin oleh Penulisnya biasanya disalin oleh pembantu atau budak dari pekerjaan menyalin itu. Suatu teks yang dibuata dari tulisan tangan bisa dibilang kuno dan menjadi Manuskrip jika telah berusia lebih dari 50 tahun. Pada Masa ini Manuskrip bisa kita akses melalui website dan Perpustakaan. Manuskrip bisa disebut lengkap jika mempunyai kolofon, yang mana seperti Nama Pengarang dan Watermark atau cap yang terbuat dari air yang biasanya digunakan untuk sebagai penanda, Pada ada juga Manuskrip yang tidak mempunyai Kolofon. Biasanya jika Petugas menemukan Manuskrip yang sudah sangat rapuh, maka akan dilakukan proses digitalisasi agar Teks dari Manuskrip tersebut tetap ada walau dengan bentuk digital dan tidak hilang.
- Mengenal Manuskrip "Abr al-aira f awl al-qjma"
Teks Manuskrip ini berjudul Abr al-aira f awl al-qjma yang mana mempunyai arti terjemahan dari yandex translate sebagai Tinta kebingungan dalam kondisi Al-Qagama dan dibuat oleh Nr ad-Dn Ibn-Al ar-Rnr pada tahun 1847, Yang mana Manuskrip ini mempunyai watermark dan 189 halaman. Manuskrip ini biakses pada website : Digital Collections of Staatsbibliothek zu Berlin Workview: Abr al-aira f awl al-qyma(PPN688828507 - PHYS_0181 - overview-toc) (staatsbibliothek-berlin.de) Teks ini merupakan jenis Manuskrip Jawi yang bisa dikenal sebagai Manuskrip yang menggunakan Bahasa Melayu dengan huruf Arab. Dalam website diatas terdapat banyak jenis Manuskrip yang mana terbit di Kota Berlin tepatnya di Negara Jerman. Berikut adalah salah satu contoh dari isi Manuskrip ini :
Teks ini ada pada halaman 7, dan bunyi dari bacaan bahasa melayu pada teks dalam manuskrip ini adalah seperti :
- Baris 1 : Ujinya itu bagi Allah Tuhan
- Baris 2 : Yang adaaya tatkala itu tiada disetaraka
- Baris 3 : Suatu juwapun daripada segala
- Baris 4 : Kelak bagi suka ragapun adanya
- Baris 5 : Seperti adanya yang pada hawal itu juwa
- Baris 6 : Ialah Tuhan yang hidup ajal
- Baris 7 : Lagi abadi ialah Tuhan yang tiada
- Baris 8 : Berlaku padanya Masanya
Dalam teks ini menggambarkan tentang prinsip dari ketuhanan yang mana tiada Tuhan selain Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang karena Allah adalah Tuhan semesta alam dan hanya kepadanyalah kita kembali dan atas kehendaknyalah kita hidup di dunia ini sebagai khalifah yang mana mempunyai tugas untuk menjaga dan melestarikan bumi.
Setiap makhluk hidup di dunia ini tidak pernah luput dengan adanya masalah didalam kehidupan, Dan itulah yang disebut dengan ujian dari Allah SWT yang tidak pernah memberikan ujian diluar dari kemampuan hambanya dan inilah bukti kasih sayang Allah kepada hambanya yang tiada henti. Karena Allah ingin melihat bagaimana tingkat kesabaran dan ketakwaan yang dimiliki oleh hambanya dengan memberikannya sebuah cobaan ujian.
Maka bertaubatlah dan mohonlah ampunan sebesar-besarnya kepada Allah atas segala dosa kehilafan yang telah kita lakukan dan serahkan segala urusan kehidupan kita hanya pada Allah karena pada dasarnya kita hidup di dunia ini dengan mengikuti skenario yang telah dibuat oleh Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H