Pandemi COVID-19 yang pertama kali muncul di akhir 2019 telah menjadi ujian berat bagi dunia dalam menangani krisis kesehatan global. Jurnal berjudul "Governance, Technology, and Citizen Behavior in Pandemic: Lessons from COVID-19 in East Asia" menggali pengalaman berharga dari tiga negara Asia Timur, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan. Artikel ini mengulas bagaimana kombinasi tata kelola pemerintah, pemanfaatan teknologi, dan solidaritas masyarakat menjadi kunci sukses menghadapi pandemi.
Dalam menghadapi pandemi, setiap negara memiliki pendekatan tata kelola yang berbeda. China, misalnya, mengadopsi langkah-langkah kontrol yang sangat ketat. Pemerintah memberlakukan lockdown wilayah, membangun rumah sakit darurat dalam waktu singkat, dan memperkenalkan sistem kode kesehatan berbasis QR untuk memantau pergerakan individu. Di sisi lain, Korea Selatan menonjol dengan pendekatan transparansi informasi. Pemerintah Korea secara proaktif membagikan informasi kepada publik, menggunakan data besar (big data) untuk melacak pergerakan pasien, dan melibatkan warga secara aktif dalam pelaksanaan kebijakan. Sementara itu, Jepang memilih pendekatan yang lebih hati-hati dengan fokus pada meratakan kurva penyebaran virus. Meskipun tidak memberlakukan lockdown total, Jepang mengandalkan saran dari pakar medis untuk memastikan kebijakan yang diterapkan dapat mengurangi tekanan pada sistem kesehatan.
Teknologi memainkan peran sentral dalam strategi ketiga negara ini. Di China, big data dan kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk melacak penyebaran virus dan mempercepat diagnosa. Selain itu, teknologi drone dan kendaraan otomatis membantu pengiriman kebutuhan medis di wilayah yang terdampak parah. Korea Selatan mengembangkan sistem tes drive-thru yang memungkinkan ribuan orang menjalani tes COVID-19 dengan cepat dan aman setiap hari. Di rumah sakit darurat China, jaringan 5G dimanfaatkan untuk mendukung telemedis, memungkinkan pasien mendapatkan perawatan tanpa kontak langsung. Inovasi-inovasi ini menunjukkan bagaimana teknologi modern dapat menjadi senjata ampuh dalam menghadapi pandemi.
Namun, keberhasilan kebijakan pemerintah dan teknologi tidak akan tercapai tanpa partisipasi aktif masyarakat. Di Korea Selatan, warga dengan sukarela mematuhi aturan isolasi mandiri dan menjaga kebersihan pribadi. Kelompok agama juga menunjukkan tanggung jawab sosial dengan mengalihkan kegiatan ibadah ke platform online. Di China, solidaritas masyarakat terlihat dari upaya warga menjaga ketat pintu masuk lingkungan mereka untuk mencegah penyebaran virus, sekaligus memberikan dukungan moral kepada tenaga kesehatan yang berada di garis depan.
Dari pengalaman ketiga negara tersebut, jurnal ini menyimpulkan bahwa respon terhadap pandemi bersifat lokal. Meskipun penyebaran COVID-19 adalah masalah global, solusi efektif harus disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, dan tata kelola masing-masing negara. Selain itu, inovasi teknologi menjadi elemen penting dalam mitigasi risiko, sementara kesadaran dan kepatuhan masyarakat merupakan faktor krusial yang tidak boleh diabaikan.
Sebagai kesimpulan, pengalaman China, Korea Selatan, dan Jepang menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, teknologi, dan masyarakat dalam menghadapi krisis. Indonesia dapat mengambil pelajaran dari pendekatan mereka dengan memperkuat koordinasi pemerintah, memanfaatkan teknologi secara maksimal, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi aktif dalam mematuhi protokol kesehatan. Bagi para pembaca, menjadi bagian dari solusi adalah langkah penting. Mulai dari mematuhi aturan kesehatan, mendukung inisiatif lokal, hingga menggunakan media sosial secara bijak untuk menyebarkan informasi yang valid, setiap tindakan kecil dapat memberikan dampak besar dalam menjaga kesehatan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H