Lihat ke Halaman Asli

Iqlima RK

Student | Announcer

Menggali Potensi Lokal: Ekspedisi Bersama Mahasiswa dalam Menjelajahi UMKM di Desa

Diperbarui: 27 Januari 2024   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi 

Dalam perjalanan eksplorasi mereka di Desa Undaan Turen, Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Kelompok 188 menemui dua UMKM yang berada di Desa Undaan. Kedua UMKM ini, yang masing-masing menghasilkan batu bata dan genteng, memiliki cerita unik yang mencerminkan kreativitas, ketahanan, dan ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan.

Sumber: Google Maps (maps.google.com)

Pertama-tama, UMKM produksi batu bata yang dimiliki oleh Pak Bronto merupakan respons terhadap peluang usaha yang timbul dari kondisi lokal. Didirikan karena pasar batu bata di desa tersebut menunjukkan permintaan yang terus meningkat, sementara produsen lokal belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pak Bronto melihat peluang ini sebagai panggilan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan pasar yang ada. Namun, pandemi COVID-19 memberikan dampak signifikan terhadap operasional UMKM ini. Jika sebelumnya melibatkan banyak karyawan, kini produksi batu bata dari awal hingga jadi dilakukan oleh Pak Bronto, istri Pak Bronto, dan dua orang karyawan. Meski proses produksi memakan waktu setidaknya satu bulan dengan harga bahan baku yang relatif mahal, produk akhir dijual seharga Rp 350 per batu bata kepada distributor. Dalam satu proses produksi, mereka mampu menghasilkan setidaknya 50,000 batu bata.

Sumber: Dokumen Pribadi 

Di sisi lain, UMKM produksi genteng milik Pak Agus dan Bu Lucyana telah berdiri kokoh selama 30 tahun. Usaha ini diteruskan dari generasi ke generasi, dimulai oleh ayah dari Pak Agus. Dengan reputasi yang baik dan jaringan pelanggan yang mapan, mereka memutuskan untuk memasarkan genteng mereka sendiri tanpa perantara distributor. Proses produksi genteng ini dilakukan sepenuhnya oleh Pak Agus dan Bu Lucyana tanpa melibatkan karyawan. Meskipun waktu produksinya lebih singkat dibandingkan batu bata, satu kali proses menghasilkan sekitar 10,000 genteng dalam sebulan. Genteng ini dijual langsung kepada konsumen dengan harga Rp 1300 per biji.

Sumber: Dokumen Pribadi 

Mahasiswa KKM Kelompok 188 bukan hanya mengunjungi UMKM tersebut, tetapi juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif pada perkembangan dan eksistensi mereka. Salah satu strategi yang mereka terapkan adalah menambahkan profil bisnis UMKM di Google Maps, memungkinkan konsumen untuk dengan mudah menemukan dan menghubungi mereka melalui internet. Selain itu, mahasiswa juga membuat banner yang menampilkan nama usaha, dipasang strategis di sekitar desa untuk meningkatkan visibilitas UMKM tersebut.

Sumber: Dokumen Pribadi 

Eksplorasi ini bukan hanya tentang kunjungan, melainkan sebuah upaya mendalam untuk memahami dan mendukung UMKM lokal. Dengan melibatkan teknologi, kreativitas pemasaran, dan kolaborasi dengan pemilik UMKM, Mahasiswa KKM berharap dapat membantu mengangkat potensi lokal ini ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan kontribusi positif pada perkembangan ekonomi dan sosial di Desa Undaan Turen.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline