Pak Bor nama panggilannya. Lengkapnya Boradi. Berkulit hitam dengan usia 50 – an awal. Setiap masuk kelas beliau selalu menenteng kitab sucinya (buku catatan sejarah) lengkap dengan senyum ramah. Seusai memberi sapaan, beliau akan mengatakan ,“Keluarkan buku catatan”. Selanjutnya selama setengah jam kami semua akan serius menuliskan diktean dari buku catatan sejarahnya ke buku kami masing-masing. Semua murid menulis, tanpa terkecuali. Satu jam berikutnya adalah waktu beliau untuk mengisahkan apa yang telah kami catat sebelumnya. Beliau benar-benar mengisahkan seperti mendongeng. Sangat menyenangkan.
Sudah 12 tahun silam semenjak saya diajar Pak Boradi. Beliau salah seorang guru favorit karena berhasil membuat saya menyukai sejarah. Baru sekarang saya bisa memahami ‘cara’ beliau dalam mengajar. Meski memiliki banyak buku pegangan tetapi beliau tidak lantas menjadikan buku tertentu sebagi literatur. Beliau membaca beberapa buku kemudian dengan rajin menyarikannya dalam bentuk tulisan tangan. Beliau menulis ulang setiap bab yang perlu diajarkan kepada kami. Setiap buku literatur memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing menurutnya, sehingga menuliskannya kembali merupakan cara untuk mengambil kelebihan di tiap buku.
Jika ingin menyingkat dan mengefisiensi waktu sebenarnya beliau bisa mengopikan catatan beliau pada kami sehingga di jam pelajaran kami tinggal mendengarkan penjelasannya. Atau bisa juga dengan meminta kami untuk membaca buku literatur tertentu kemudian membahasnya. Namun tidak demikian, beliau tetap menggunakan metode setengah jam 'memaksa' kami menulis dan sisanya baru menjelaskan sejarah ala mendongeng. Bagi saya metode yang diajarkan cukup berhasil. Hasil metode kreasi mengajarnya kira-kira seperti ini:
Kami menulis maka kami mengingat dan kami mendengarkan maka kami memahami.
***
Dari pengalaman itu saja belajar bahwa menulis memang salah satu hal penting dalam kegiatan mengajar. Cerita Pak Boradi yang suka menulis ulang literatur dan memaksa muridnya untuk ikut menulis ulang adalah kisah sekian taun yang lalu sebelum internet marak seperti sekarang. Namun bukan berarti menulis bagi seorang guru bukan hal yang penting lagi. Justru menurut saya, tulisan guru bisa menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan.
Menulis merupakan salah satu komponen dalam mengajar yang perlu di kembangkan dan dipertahankan setiap guru. Mengapa menulis menjadi hal yang penting dewasa ini. Jika kita mencoba menelisik lebih jauh, ada beberapa hal yang membuat seorang guru penting untuk membiasakan diri menulis.
- Berbagi Materi Ilmu dan Literatur yang Bisa dipertanggungjawabkan
Apa yang tidak bisa dijawab internet sekarang?. Bahkan mungkin pernyataan ‘Malu bertanya sesat di jalan’ sudah tidak sesuai lagi. Jika ada orang bertanya justru sering dijawab dengan kalimat "Hari gini, memangnya tidak bisa browsing dulu?". Duh, miris. Memang benar, melalui browsing di internet kita bisa mendapatkan banyak dari apa yang kita ingin ketahui. Namun, justru karena luar biasanya banyaknya kadang kita justru dihadapkan pada jawaban yang membingungkan pula. Dari yang benar, agak benar, salah bahkan sampai yang menjerumuskan. Semua ini tidak lepas dari banyaknya pula konten dan tulisan yang ditulis oleh pihak yang tidak kompeten. Sehingga isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dalam artian apa yang tertulis belum tentu terbukti secara ilmiah. Jika banyak orang yang mengamini tulisannya tentu akan jadi kesalahan yang beranak pinak.
Dalam konteks pendidikan dan belajar mengajar hal ini tentu akan merugikan murid yang 'terkena' konten-konten yang kurang. Mereka secara asal mengambil pendapat orang, namun ternyata salah.
Nah, era internet ini bisa dijadikan guru sebagai sarana mengajar pula. Dalam sebuah tulisan tentang pelajaran yang diunggah ke internet maka murid akan mudah mendapat tambahan materi yang meyakinkan. Semakin banyak guru menulis tentang materi sesuai kompentensinya dalam hal tertentu tentu akan semakin banyak literatur yang bisa dipertanggungjawabkan.
- Berbagi Inovasi Metode dalam Mengajar
Era semakin kritis. Kurikulum yang berbeda mengakibatkan tuntutan yang berbeda pula. Murid dituntut untuk lebih mengglobal dan tentunya seorang guru dituntut dua kali lipat untuk mewujudkannya. Bukan perkara mudah.
Seorang guru di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta membuat sebuah inovasi. Beliau mengatakan sudah bukan saatnya guru mengajar dengan hanya mengajari melainkan dengan saling belajar. Beliau banyak mendengarkan murid-muridnya dalam berkeluh kesah serta menampung segala aspirasi mereka. Bagi beliau itulah alasan kenapa kita diberi dua telinga dan satu mulut. Untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan berbicara. Inovasi lainnya yang ia terapkan adalah tidak pernah ada ujian tertulis melainkan ujian empat mata dalam mata pelajaran yang beliau ampu. Selain itu murid-muridnya diwajibkan membaca sebuah buku setiap tahunnya. Metode yang ia terapkan dinilai cukup berhasil membuat mengantarkan murid-muridnya menjadi pribadi yang lebih baik secara keilmuan maupun emosional. Pendekatan mengajar beliau inipun akhirnya banyak diulas di stasiun TV, radio, dan talkshow.
Beliau adalah J. Sumardianta atau sering dipanggil dengan si Guru Gokil. Bagaimana metode mengajar beliau sampai menyebar seantero Nusantara? Jawabannya karena beliau menuliskannya. Ya, salah satu sebab utama yang membuat metode mengajar beliau terdengar dimana-mana adalah karena semua itu beliau tuangkan dalam sebuah buku. Tanpa menuliskannya dalam sebuah buku, kita mungkin tidak akan tahu inovasi apa yang telah beliau lakukan yang bisa kita contoh.
Saya yakin, di luar sana masih banyak J. Sumardianta lain yang penuh inovasi dalam metode mengajar. Namun belum menuliskannya dalam sebuah wujud tertentu, sehingga kita belum mendengarnya.
- Mengabarkan dan Membagi Inspirasi
Inovasidi dunia pendidikan patut diacungi jempol, salah satunya program pengiriman tenaga pendidik ke daerah-daerah terpencil. Tidak jarang para pendidik tersebut menuliskan kisah mereka dalam media cetak maupun internet. Dan dari tulisan itulah saya bisa tahu ternyata ada banyak 'kisah' dalam sebuah sekolah. Ada sekolah-sekolah yang minim infrastruktur. Ada murid-murid luar biasa di ujung Papua yang memiliki tekad kuat bersekolah meski menempuh perjalanan belasan kilometer. Ada pula mutiara-mutiara pintar di sebuah pulau Rote yang sebelumnya tak diketahui.
Tulisan-tulisan tersebut akhirnya bukan sekadar berita, namun juga menjadi media untuk mengabarkan pada dunia luar. Dengan tulisan yang diunggah kebutuhan sekolah tersebut dapat diketahui dan berujung pada bantuan. Dengan tulisan tersebut kita juga mendapat banyak inspirasi dalam pendidikan . Tanpa ada orang yang menuliskannya kita tidak akan pernah tahu.
***
Betapa pentingnya guru menulis mungkin belum dihayati oleh setiap guru. Mungkin ini jugalah yang menjadi alasan beberapa pihak gencar menyosialisasikan, salah satunya Tanoto Foundation milik Sukanto Tanoto. Melalui programPelita Guru Mandiri (Mantap, andal, niat, dermawan, intelektual, ramah, dan berintegritas) Tanoto Foundation mengadakan serangkaian pelatihan untuk guru mengubah paradigma mengajar secara sistemik. Pentingnya seorang guru menulis tentu menjadi bagian yang akan di latih di sini.
Semoga program ini berbuah manis, sehingga semakin banyak tulisan para pahlawan pendidikan yang akan menghiasi sejarah. aamiin.
Saya jadi ingat kalimat cantik, Pram.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
- Pramoedya Ananta Toer -
Untuk itu, maka menulislah, wahai Guru..
Salam
Kachan
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sumber:
http://www.tanotofoundation.org/id/program/pendidikan/sekilas/peningkatan-kualitas-pendidikan.html