Jika ada satu dari sejumlah hal yang paling terdampak karena pandemi, mungkin angkatan kerja termasuk di dalamnya.
Tak ada seorang pun yang dapat memprediksi signifikansi Covid-19 terhadap angkatan kerja.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebutkan angka pengangguran bertambah 2,7 juta orang akibat Cocid-19. Angka ini terus bertambah setiap hari, dan mungkin saja jauh lebih tinggi dari itu.
Dengan ketidakpastian di beberapa waktu ke depan, persaingan untuk masuk ke dunia kerja pun kian ketat dan berdarah-darah, baik bagi pencari kerja fresh graduate maupun profesional. Jangankan pekerjaan, mencari tempat magang yang sesuai saja sulitnya bukan main saat ini.
Tak berhenti di sana, pencarian kerja semakin kompetitif ketika banyak pekerja full-time yang juga berencana untuk shift career dalam waktu dekat.
Seolah tak peduli pandemi, kelompok ini percaya diri meninggalkan pekerjaaannya saat ini untuk menggaet opportunity dan benefit yang lebih baik.
Langkah berani saat pandemi
Kepada saya, seorang teman, melalui pesan singkat, sedikit banyak bercerita tentang ini. Saya mengenalnya kurang lebih empat tahun belakangan. Dan kami berasal dari lingkungan kerja yang sama.
Tepat enam bulan yang lalu, atau setelah hampir tiga setengah tahun bekerja, Ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya saat itu, dan mengejar mimpinya menjadi profesional dengan jenjang karier yang lebih jelas.
Namun, Ia menyadari, kemampuannya saat itu belum memadai. Artinya, sejak mengundurkan diri dari pekerjaan lama, Ia belum punya modal skill yang mumpuni untuk masuk ke industri baru.
Ia melakukan career shift, yang bagi banyak orang, termasuk saya, merupakan langkah berani, kalau bukan nekat, di tengah pandemi.
Dengan kondisi itu, sudah pasti Ia tak begitu saja dapat pekerjaan lain yang lebih baik. Mengerti kondisinya, Ia mengambil online bootcamp yang sifatnya serial dan jangka panjang.