Lihat ke Halaman Asli

M. Iqbal

Part Time Writer and Blogger

Cerpen | Gadis yang Menutup Diri

Diperbarui: 4 Desember 2017   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah seorang gadis yang mencoba menutup diri dari hingar-bingar sosial media dan semua kegaduhan dunia. Dahulu aku sangat sulit lepas dari itu semua, meracuni dan kadang menyita hampir separuh hidupku. Berkat sosial media diriku begitu tenar dan siapa tak kenal diriku. Jumlah followerku kadang buat siapa saja iri. 

Memamerkan kemesraan dan segala keluh kesah di sosial media ialah diri dahulu. Kejar-kejaran punya teman maya sebanyak-banyaknya, eksis sana dan sini. Itu semua bak pencapaian menakjubkan yang begitu kubanggakan.

Tapi kini aku bukanlah remaja lain, beranjak jadi wanita dewasa yang berpikir rasional. Terbukti dengan titel sarjana jurusan kenamaan yang melekat di belakang namaku. Mungkin ini caraku melawan jenuhnya dunia maya. Pengalaman cintaku yang pedih dan pernah disakiti menjadi pelajaran di masa depan. Banyak lelaki yang memanfaatkan keelokan wajah dan kepintaranku sebagai taruhan menaklukkan hatiku.

Kini aku sadar, menutup diri dari hiruk-pikuk itu semua buat jiwa ini tenteram. Tak ada lagi chat nyeleneh, godaan serta rayuan penuh modus, dan curhat colongan. Kini hanya sahabat terdekat dan keluarga tempatku menumpahkan segala keluh kesah. Bukan orang yang aku kenal di chat tadi siang.

Manusia punya titik jenuh, ia kadang menutupi kesedihan di dunia nyata dengan kesenangan semu di dunia maya. Terlihat biasa saja di dunia maya bisa jadi hidup di dunia nyatanya begitu bahagia. Aku bukan sombong karena tak merespons semua itu, tapi quality time dan kepercayaan yang aku perlukan. Hidupku yang ramah dan terlalu welcome kepada siapa saja jadi bumerang buat diriku.

Menjalani cara hidup yang tertutup adalah cara terbaik dan bijak. Aku melakukan ini semua agar cita-citaku tak padam. Mungkin semua akan terlihat sulit dari luar tapi aku bahagia dari dalam. Menjaga jarak dan perasaan kepada siapa saja aku lakukan, cara ini aku pilih dengan berbagai modus yang buat hidupku dari segala harapan tak pasti. Maafkan sifatku yang terkesan acuh dan begitu sombong bagi kalian.

Menyaring mana yang sebagian kurang penting dan sebahagian lagi amat penting. Itu wajar diriku lakukan, pertimbangan dan sejumlah skala prioritas kini jadian acuan. Namun bila kalian adalah kolega lama, aku pasti welcome dalam segala keadaan. Sejumlah perasaan tak enak dan salah menanggapi tak ingin membayangi semalaman suntuk. Menutup diri sementara hingga keadaan benar-benar kondusif. Sampai hati ini kembali siap menerima orang yang tepat.

Itu segenap alasanku menutup diri, dan lelaki idaman janganlah berkecil hati. Kita mungkin bisa bersatu andai kau datang di waktu yang tepat dan mengerti diriku ini memilih menutup diri untuk saat ini. Semua untuk kehidupan kelak yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline