Lihat ke Halaman Asli

M. Iqbal

Part Time Writer and Blogger

Lumba-lumba Bukanlah Hewan Sirkus

Diperbarui: 2 Februari 2017   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.airtransat.com/


Sirkus menyajikan sejumlah atraksi menarik para penonton terutama sirkus yang menjadikan hewan sebagai salah satu aksinya. Kemampuan dari hewan tersebut mengikuti instruksi sang pawang seakan menjadi daya tarik dan decak kagum dari penonton. Salah satunya hewan tersebut adalah lumba-lumba. Pertunjukannya jadi hiburan apalagi lumba-lumba adalah hewan pintar, periang dan sangat penurut kepada pawangnya. Namun dari itu semua ada beberapa fakta mengejutkan dan mengerikan yang dirasakan oleh lumba-lumba. Atraksi tersebut kini hanya di Indonesia yang masih menjalankannya dan di negara lain sudah dilarang keras.

Sirkus jalanan ini pasti dilakukan dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak tempuh yang jauh kadang mengharuskan lumba-lumba menahan derita begitu berat. Tanpa air dan ia hanya dibungkus dengan spon, kain basah atau lotion saja selama perjalanan. Wadah yang membawanya juga relatif berukuran sebesar tubuhnya saja. Sejumlah maskapai sudah melarang membawa hewan sirkus berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Mengakali hal tersebut, para pelaksana sirkus harus berpindah tempat dengan menggunakan moda transportasi darat. Sudah pasti lumba-lumba sangat tersiksa saat perjalanan jauh.

dokpri

Proses pemindahan lumba-lumba juga tergolong sadis, ia kadang harus dijaring dari dalam kolam sebelum dipindahkan ke dalam wadah tadi. Pasti sangat tersiksa dan itu terjadi berulang kali terjadi terutama saat ada tur sirkus. Derita yang panjang itu makin berlanjut di lokasi pertunjukan, kandungan kolam yang mengandung klorin tinggi dan bersalinitas rendah berpengaruh pada lumba-lumba. Pertunjukan pun dimulai, teriakan dan tepuk tangan penonton yang sudah membayar tiket masuk dengan mahal membahana. Kebisingan ini sangat mengganggu pendengaran lumba-lumba. Sedikit mengulas bahwa kemampuan mendengar lumba-lumba adalah ultrasonik, daya komunikasi tersebut mampu menangkap jarak suara hingga mencapai 220 km jauhnya.

Kebisingan yang begitu tinggi sudah melewati batas pendengaran lumba-lumba, ia merasakan stres berat dan berpengaruh pada pendengarannya. Berapa banyak lumba-lumba yang tidak mampu menahan tekanan tersebut, berdampak stres dan berujung kematian.Proses pelatihan menjadi lumba-lumba sirkus kadang di luar akal sehat, berbagai cara dilakukan oleh para pawang salah satunya dengan menyiksanya. Penyiksaan beragam dan yang paling sering dilakukan adalah dengan tidak memberi makan. Mau tak mau lumba-lumba belajar berbagai atraksi seperti melewati lingkaran api, mengambil makanan di tangan penonton hingga ditunggangi.

Memang sekilas atraksi yang kita lihat sangat menakjubkan, namun di balik layar mereka begitu tersiksa dan kadang harus merenggang nyawa akibat eksploitasi di dunia hiburan oleh para pawang. Pundi-pundi uang yang masuk kadang harus dibayar mahal. Jadi sudah saatnya stop hentikan eksploitasi kepada hewan khususnya lumba-lumba.

Lumba-lumba juga ingin hidup bebas di habitatnya. Bermain-main dan berenang ke sana kemari bukan atas instruksi pawang tapi karena keinginannyya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline