Ketika saya masih duduk di bangku 6 SD, terdapat keluarga beragama minoritas pindah ke daerah sekitar rumah saya. Saat itu saya diwanti-wanti oleh ibu saya untuk berhati-hati terhadap mereka dan kalau bisa jangan sampai terlibat dengan mereka, selain itu warga sekitar juga tampak waspada terhadap pendatang teresebut. Hal ini terjadi karena masyarakat disini beragama Islam sebagai mayoritas dan hampir tidak pernah tinggal bersama dengan beragama yang berbeda, dan menganggap kehadiran orang asing ini sebagai pengganggu keteraturan yang sudah ada.
Perlakuan masyarakat tersebut sesuai dengan teori etika yang di kemukakan oleh Zygmunt Bautman. Karena didalam teorinya manusia modern cenderung mengucilkan atau merendahkan orang asing atau kelompok minoritas.
Saya mengenal teori etika masyarakat modern saat membaca buku "Kisah Sosiologi" (2020). Dalam buku ini Bautman menjelaskan bahwa bagi masyarakat modern, masyarakat yang ideal adalah kehidupan masyarakat yang rasional, teratur sekaligus dapat diprediksi. Hal ini terjadi karena moderisme menuntun kehidupan masyarakat untuk efisien, efektif, nasionalis, konformitas, dan mudah terprediksi. Akibatnya manusia modern bergerak menurut nilai rasionalitas dan progresivitas semata, yaitu gaya hidup mengelompokkan dan menempelkan kategori-kategori sosial pada setiap orang. Masyarakat modern mencoba untuk mengendalikan kehadiran individu.
Jadi kembali cerita saya diawal, bisa dikaitkan bahwa perilaku yang dilakukan oleh masyarakat sekitar saya dengan mengucilkan penganut agama minoritas adalah bentuk dari etika masyarakat modern yang tidak mudah terprediksi. Seperti yang Bautman sampaikan ketika masyrakat modern berhadapan dengan keberadan orang asing akan ada dua reaksi yaitu antara menjadikan orang asing sama dengan mereka (antropophaegic) atau mengeliminasi supaya tidak lagi hadir untuk mengganggu kehadiran mereka (antropoemic).
Dari dua reaksi tersebut masyarakat tempat saya yang mayoritas Islam memiliki reaksi yang kedua. Karena mereka takut bahwa dengan kehadiran orang asing yang tidak terprediksi ini bisa saja membawa pengaruh yang buruk bagi mereka, seperti misionarisasi Kristen. Berkaca dari pandangan Bautman, masyarakat tempat saya ini hidup dengan memuat nilai-nilai modernism, seperti keteraturan dan konformitas, sekaligus dengan perilaku merendahkan atau mengabaikan kelompok minoritas. Dengan sikap tersebut tentunya rentan untuk melakukan diskriminasi atau pengabaian terhadap kehadiran pihak yang dianggap menggangu kenyamanan mayoritas.
Zygmunt Bauman lahir di Pozna, Polandia pada tanggal 19 November 1925. Beliau adalah seorang ras yahudi yang lahir dalam keluarga sekular. Sewaktu muda dia pindah ke Rusia bersama keluarganya untuk melarikan diri dari kekuasaan Nazi jerman. Bauman belajar sosiologi di Akademi Ilmu Sosial Warsawa dari Sekolah Tinggi Partai.
Kemudian ia melanjutkan studinya di Fakultas Filsafat Universitas Warsawa dan sempat mengajar di sana. Tak lama kemudian ia dipecat dari jabatan pengajar di universitas tersebut karena diketahui menyimpan identitas ayahnya yang adalah penganut zionisme.
Dia pergi ke Israel bersama keluarganya, kemudian dia berada di Amerika Serikat dan di Kanada. Di tiga negara ia bekerja sebagai profesor universitas, hingga pada tahun 1971 ia secara definitif membangun tempat tinggalnya di Inggris, sebuah negara yang nantinya akan memberinya kewarganegaraan. Kemudian beliau Meninggal pada 9 Januari 2017 di Leeds, Britania Raya.
refrensi :
Nobel Kurniawan, Kevin. 2020. Kisah Sosiologi. Pustaka Obor: Jakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI