Di balik hiruk pikuk kota Malang, tersembunyi permata bernama Desa Jambuwer. Berada di lereng Gunung Kawi yang menawan, desa ini menawarkan pesona alam yang memukau, budaya yang kaya, dan potensi ekonomi yang menjanjikan.
Udara segar pegunungan menyambut Rani dan Anton saat mereka memasuki desa. Hamparan sawah hijau membentang luas, dihiasi aliran sungai jernih yang berkilauan di bawah sinar matahari. Di kejauhan, Gunung Kawi menjulang gagah, menambah keindahan panorama desa.
"Rasanya seperti berada di dunia lain," kata Rani, terpesona dengan pemandangan yang indah.
"Ya, Jambuwer memang seperti surga tersembunyi," sahut Anton, menghirup udara segar dengan penuh semangat.
Langkah kaki mereka membawa mereka ke sebuah kedai kopi kecil. Aroma kopi robusta yang khas menggoda mereka untuk masuk. Di dalam, mereka bertemu Pak Darma, pemilik kedai kopi yang ramah.
"Silakan dicoba kopi Cap Topeng kami," ujar Pak Darma dengan senyum hangat. "Kopi ini terkenal dengan kelezatannya yang khas."
Rani dan Anton menyesap kopi hitam pekat itu. Rasa pahit yang kuat dan aroma yang menggoda langsung memikat mereka.
"Benar saja, kopinya luar biasa!" seru Rani.
"Tidak heran kopi ini bisa digemari banyak kalangan," tambah Anton.
Sambil menikmati kopi, mereka berbincang dengan Pak Darma tentang desa Jambuwer. Pak Darma menceritakan tentang budaya tradisional yang masih terjaga, keramahan penduduk desa, dan potensi desa yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai desa wisata.