Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Iqbal

TERVERIFIKASI

Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Cerpen: Distorsi Ingatan Itu

Diperbarui: 27 Agustus 2020   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Darwis Alwan dari Pexels

Aku melihat sebuah cahaya kecil, aku baru menyadari bahwa ada celah kecil, aku merasa tidak aman di dalam sini, aku takut. Namun aku teringat pesan ibu ku, namun ingatan itu samar-samar karena ketakutan yang ku rasakan ketika kulihat celah itu semakin membesar.

Aku beranikan diri ku untuk melihat keluar celah itu, aku melihat laut, aku melihat bulan, aku melihat bintang ternyata diluar sana sangat indah, aku ingin keluar dari cangkang telur ku, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya, aku berusaha untuk mendorong namun sepertinya cangkang ku terhimpit oleh sesuatu, aku tidak tahu apa itu, aku merasa sedih. 

di sudut cakang aku termenung, mengapa aku begitu lemah, mengapa aku tak berdaya, namun aku teringat pesan ibu ku yang tadi sempat samar-samar di dalam ingatan ku, aku ingat ibu ku berkata 

"pergilah menuju cahaya, berlarilah, bergulinglah dan kejarlah cahaya itu.. kejarlah cahaya itu nak!".

ya.. itu suara ibu ku, aku ingat ibu bicara itu ketika aku masih di dalam cangkang ini.

aku harus bangkit, aku harus bisa keluar dari cangkang yang sudah melindungi ku selama 90 hari ini, akan aku gunakan tangan kecil ku untuk merobek cangkang ini, akan ku gunakan kaki ku untuk mendobraknya, namun aku sudah berusaha sekuat tenaga, ya sekuat tenaga yang aku punya, namun cangkang ini tetap utuh dan kokoh. Aku belum menyerah akan ku tarik, akan ku robek cangkang ini.

dalam usaha ku merobek kulit cangkang ini, kaki dan tangan ku tergores oleh sampah pecahan kaca yang menindih cangkang ku, aku hanya kura-kura kecil yang lemah dan luka ini mengeluarkan banyak darah namun aku tetap berusaha keluar dari cangkang ini, aku tidak menyerah aku ingat pesan ibu ku, aku harus mengejar cahaya.

semakin lama, luka ini semakin membesar karena usaha ku untuk bisa keluar dan mengejar cahaya itu namun aku telah berhasil keluar dengan banyak sekali luka-luka disekujur tubuh ku, aku melihat cahaya bulan itu, aku berlari dengan cucuran darah, tapi mata ku sepertinya berat, aku tidak dapat melihat dengan jelas, dan aku tak sanggup lagi berlari, aku terhenti.

dalam gelap aku teringat ibu ku berpesan

"pergilah menuju cahaya, tidak perlu tergesa-gesa karena cahaya itu akan selalu ada, berlarilah  tidak perlu terburu-buru karena cahaya itu banyak yang memburu, bergulinglah dengan keyakinan dan kejarlah dengan keikhlasan karena cahaya itu milik tuhan" 

-TAMAT-

M.I. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline