Lihat ke Halaman Asli

Cucu Raksasa

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cucu Raksasa

Tetangga selatan datang
Seperti biasa Ia menantang
Hari sudah siang
Seperti biasa raksasa masih pincang

Tidak lama lagi
Tetangga utara, timur, barat
Berdada tebal dan besar
Siap menyusui si raksasa pincang

Raksasa pincang belum juga sadar
Cucunya telah tenggelam
Ia berteriak membelalak mata
Kerabat jauh beranjak dari tidurnya

Lewat dinding retak
Kerabat jauh meruncingkan pupil
Semut hitam tak kalah sigap
Ia pun ikut mengibaskan pandang ke cucu raksasa

Buaya sungai telah membenteng di muara
Cucu raksasa masih bersuara lantang
Sayang satu hal yang tidak bisa Ia lakukan
Mengambang dan berenang ke tepi

Si Ikan sungai berteriak
Percuma saja
Berulang ulang
Tidak mempan menembus pikiranya

Cucu raksasa tak henti bersuara
Berkokok, melolong, mengaum
Ikan sungai tak kuasa sanggup menahan
Gelombang air terlalu berat

Dedaunan sedih bertitik air mata
Mereka ikut berguguran
Walaupun hutan tak mengijinkan
Dedaunan tetap pergi melayang ke arah cucu

Di istana megah berlian
Raksasa pincang sedang asyik bermain dada
Jangankan peduli akan cucu nya
Mengingat nama aslinya saja segan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline