Lihat ke Halaman Asli

Felixsiauw dan Vulgarisme Beragama

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Coba perhatikan mungkin ada kenalan kita yg tiba-tiba berubah menjadi "manusia serba anti", tiba-tiba menyerukan anti valentine, anti imlek, anti tahun baru masehi, anti mengucapkan selamat Natal, dengan alasan itu semua bukan budaya Islam, budaya barat atau budaya kaum kafir. Ada yg mengungkapkan lewat status facebook, status BBM, BC BBM, membagikan link tulisan atau membagikan status facebook orang lain, misalkan milik felixsiauw.

Entah kenapa orang mudah terpukau Felixsiauw, mungkin awalnya sederhana berangkat dari simpati karena dia seorang Muallaf, lantas menelan semua apa yg dikatakan, hanya di Indonesia, seorang Muallaf dalam sekejap dibaiat jadi Ustadz.

Felixsiauw lebih tepat kalau bicara motivasi hidup positif karena dia motivator, tapi kalau sudah bicara ranah fikih dan tauhid sungguh patut kita sedih, dan lebih sedih lagi banyak yg merujuknya. Saya kasih contoh ngawurnya pendapat felixsiauw yg mengatakan: "membela nasionalisme nggak ada dalilnya, kalau membela Islam jelas pahalanya", padahal dalam konteks Indonesia 'Resolusi Jihad' yang dikeluarkan oleh Ulama nusantara terjadi setelah proklamasi bangsa Indonesia, artinya adalah 'Resolusi Jihad' tersebut dikeluarkan untuk membela bangsa Indonesia sebagai manifestasi dari cinta tanah air (nasionalisme).

Ada gejala bahwa orang yg berpandangan seperti Felixsiauw, dirinya telah mengidap vulgarisme dalam beragama, artinya agama dipahami secara tidak mendalam, hanya permukaannya saja dan selalu menggunakan agama sebagai alat untuk menjelaskan sejumlah hal.

Proses vulgarisasi dalam agama ini sungguh meresahkan dan memprihatinkan, padahal orang-orang sebelum kita dulu tidak pernah meributkan hal-hal semacam bagaimana hukumnya merayakan tahun baru masehi atau foto Selfie. Kini karena vulgarisasi beragama isu-isu seperti itu diributkan, semua harus dijelaskan atas nama agama, orang menjadi mudah curiga pada agama lain. Orang membantu bukan lagi atas dasar kemanusiaan akan tapi melihat-lihat dulu status agamanya, ketika umat agama lain membantu umat Islam dicurigai sebagai upaya pemurtadan.

Vulgarisme dalam beragama berbahaya bagi kelangsungan hidup antar umat manusia, akibat Vulgarisme beragama Ukhuwah (persaudaraan) dibonsai menjadi Ukhuwah Islamiyah saja dan menafikan prinsip Ukhuwah lainnya seperti Ukhuwah Basyariah (kemanusiaan) dan Ukhuwah Wathoniyah (kebangsaan).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline