Lihat ke Halaman Asli

Ijen Crater, Kawah Kehidupan Penambang Belerang

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="605" caption="Kawah Ijen dan Belerangnya"][/caption]

Kawah Ijen dan penambang belerangnya ibarat dua sisi mata uang. Tak terpisahkan. Setiap waktu, belerang Kawah Ijen ditambang oleh para penambang yang tak kenal lelah. Rata-rata belerang seberat 70 kg dipanggul berjalan kaki sejauh 3 km menuju Pos Paltuding – tempat belerang Ijen dikumpulkan dan diangkut dengan truk. Kawah Ijen telah memberikan penghidupan bagi para penambang belerang.

Panorama indah Kawah Ijen yang berwarnakan hijau tosca berpadu dengan langit biru pun makin sempurna. Lereng-lereng tebing yang terjal putih kecokelatan serasa landai dengan senyum keramahan para penambang belerang. Sungguh pemandangan yang penuh kehangatan di ketinggian 2.386 meter dari permukaan air laut. Tak salah, inilah yang mengundang wisatawan penjuru dunia untuk berkunjung ke Kawah Ijen. Pagi itu, saya dan tiga kawan saya adalah satu-satunya wisatawan lokal Indonesia.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Diangkut truk. Rutinitas berangkat menuju Paltuding. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Berjalan kaki 3 km menuju kawah. Mengambil belerang. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Ladang belerang di Kawah Ijen. Ladang kehidupan penambang. @iqbal_kautsar"][/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Seorang penambang belerang mengangkut dari tepian dasar kawah. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Penambang belerang dengan para wisatawan asing di belakang. Pengunjung Ijen didominasi oleh turis mancanegara. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Bule Perancis mengamati kawah Ijen dan penambang belerangnya. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Menaiki tepian tebing kawah dengan berat sekitar 80 kg. Ijen Warrior. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Kami bersama sahabat penambang belerang, Mas Rudi dan kawannya. Persahabatan tak mengenal jarak. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Beban belerang ditimbang di Pos Bunder. Per kilogram dihargai Rp 900. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Para penambang bergegas menuju truk yang mengangkut pulang mereka beserta belerangnya ke Licin. @iqbal_kautsar"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu bukti nota harga belerang milik penambang. Bukti perjuangan menjalani kehidupan. @iqbal_kautsar"][/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Truk pengangkut penambang beserta belerang berangkat pulang menuju Licin. Selanjutnya dikumpulkan untuk menuju proses pengolahan. @iqbal_kautsar"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline