Lihat ke Halaman Asli

Hasil Buruh

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ijazah sekolahku

serta hidup keluargaku

berasal dari keringat buruh

meski peluh, tak pernah aku dengar  eluh darimu

malah kau minta maaf,

saat tagihan yang aku ajukan tak bisa kau berikan

kau tak pernah menganggap ini siksa hidup

meski aku sangat tahu,

kau menyiksa hidupmu

untuk mendapatkan lembaran penukar barang dan jasa

tak lain untuk adikmu

ayah ibumu

serta anakmu

hingga kau lupa akan diri sendiri

tak mengurus suami yang pula bekerja

malam dan siang hari

yang terpenting bagimu adalah Uang untuk mereka

ya, mereka yang menjadi perjuanganmu

mesin-mesin tak berhenti mengayak barang

konglomerat serta pejabat tak hirau lagi masalah juang kemanusiaan
katanya merata ?
tapi mana ?

kau mudah membuang pekerja yang upahnya tak seberapa

belum lagi di gedung sana asik merapatkan proyek

proyek Negara,

Negara untuk komunitasnya saja

mencuri hasil yang tak semestinya

Aku masih ingat wajah itu

wajah buruh penuh peluh

yang tak patah semangat untuk mencari upah

untuk keluarganya

wajah yang dulu cantik perawan

hingga sekarang beranak dua

dan mulai terlihat guratan di kulit matanya

masih saja menjadi buruh



Kairo, selasa pagi, 7 Mei 2013. Pukul 2.38.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline