Lihat ke Halaman Asli

Hari Pertama Puasa di Ramadhan Keempat

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kali ini Mesir dan Indonesia berpuasa secara kompak, setelah tahun lalu harus kembali berbeda. Mufti Mesir  Dr. Syauqi 'Alaam menetapkan bahwa awal puasa jatuh pada hari Rabu, 10 Juli 2013. Puasa kali ini mungkin tidak jauh berbeda dengan puasa sebelumnya, ketika saya mulai menginjakkan tanah Fir'aun ini sejak empat kali Ramadhan yang lalu. Hanya saja gejolak penurunan presiden sedikit mewarnai ramadhan kali ini. Hingga mahasiswa Indonesia tidak bisa tarawih di masjid favorit mereka--Rob'ah 'Adawiyah-- gara-gara tukang demo-nya.  Namun, permasalahan politik Mesir tidak merubah budaya orang Mesir dalam menyambut Ramadhan.

Masyarakat mesir sangat bersuka-cita dalam menyambut bulan Ramadhan, terlihat dari tiap sudut kota, pinggiran jalan, toko-toko, dan rumah mereka banyak dihiasi oleh lampion-lampion dan segala gemerlap cahaya. Masjid-masjid di penuhi jama'ah kali pertama tarawih, pasar-pasar ramai dikerubungi pembeli untuk meracik menu sahur pertama. Hingga ketika saya keluar untuk membeli bahan masakan harus antri dan berpindah-pindah tempat karena bahan yang saya cari sudah kehabisan. Ya, inilah salah satu berkah Ramadhan, termasuk dagangan laris manis.

Setiap jalanan banyak tulisan "Ramadhan Karim" dengan berbagai hiasan. Petasan diledakkan, para santri, tokoh  sufi dan pengikut thoriqohnya khusyuk merapal wirid. Segala jenis kesuka-citaan mereka luapkan.  Namun, bukan kesuka-citaan yang diutamakan, namun ikhlas-khusyuknya yang diperhatikan. Apalah arti suka, jika hanya bungkus berat hati dalam menjalankannya.  Lantas juga bagaimana tak suka jika merasakan tenang di dalamnya. Maka sederhana dan biasa saja adalah yang terbaik, tidak berlebihan dan kekurangan. Begitulah masyarakat mesir pada umumnya.

Awal puasa kali ini lebih cool, tak sepanas tiga Ramadhan yang lepas. Meski seharusnya bulan ini merupakan penanjakan musim panas di Mesir. Jika tahun kemarin berada di puncak musim panas, antara bulan Agustus dan September, kali ini berada di bulan Juli yang  panasnya tak seperti kemarau padang pasir, Hehe. Bisa kita bayangkan bagaimana lebih beratnya orang dulu ketika berpuasa, kita bisa berbuka dengan Es buah, atau cendol, dan segala varian minuman manis dan dingin yang tersedia. Tempat berteduh yang nyaman untuk terjaga. Kipas angin untuk mendinginkan kulit yang panas.  Segala hal yang memudahkan puasa kita lebih melimpah, dibanding jaman belantara. Maka, sungguh tak tahu diri jika kita bersyukur pun lupa.

Tidak jauh berbeda dengan Mesir, Indonesia pun juga begitu. Bedanya saya belum bisa sahur dan berbuka dengan keluarga. Hehe. Terlepas dari itu semua, nilai Ramadhan Sungguh luar biasa, Segala rujukan hadits dan al-Qur'an memuliakannya dengan segala keutamaan. Kita hanya tinggal melaksanakan dan memperoleh manfaat, begitulah perilaku agama kita (Islam). Tidak ada yang tidak manfaat segala perintah dan tuntunan-Nya.

Meski Mesir sedang bergejolak, semoga masyarakatnya-- kususnya mahasiswa Indonesia--, bisa tetap bekerja dan beribadah dengan tenang. Selamat menunaikan ibadah puasa 1434 H bagi yang menjalankannya, Kullu 'Amm Wa Antum Bi Khoir.

Kairo, 10 juli 2013. Selepas Ashar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline