Lihat ke Halaman Asli

Iqbal Djawad

Pengajar di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar

Membangun Bangsa Berpendidikan

Diperbarui: 16 April 2020   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semenjak Nadiem Makarim menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud), dunia pendidikan nasional kita seolah dilanda "tsunami". 

Tatanan yang sudah cenderung mapan selama ini, seperti dijungkir balik olehnya. Sang Menteri seolah mengemban misi besar untuk merevolusi sistem pendidikan kita yang mungkin sudah dianggap usang dan tak sesuai lagi dengan perubahan zaman.

Lantas, apa yang salah? Tidak. Mungkin kita hanya merasa "shock" saja karena tidak pernah membayangkan akan mengalami benturan.  Akan tetapi, karena perubahan itu adalah suatu yang niscaya, maka penulis mencoba melihat dan berusaha memahami sisi Menteri Nadiem sebagai sosok yang mereprensentasi generasi milenial Indonesia, yang tumbuh dan dibesarkan oleh teknologi digital.

Beberapa tahun silam, kita sebenarnya telah menyadari kalau teknologi digital yang mulai berkembang pada saat itu, akan mengubah seluruh aspek kehidupan kita. Sebagaimana yang terjadi pada hampir semua bidang industri, teknologi itu juga akan merevolusi sistem pendidikan di Indonesia. Suka tidak suka, kita harus meresponnya sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman.

Sebab, apa? Di tengah situasi pengetahuan yang berubah begitu cepat, memang sudah tidak rasional lagi bagi seorang mahasiswa menghabiskan banyak uang untuk membeli buku teks yang hanya digunakan beberapa kali pertemuan di kelas. 

Mengapa? Ketika teknologi merambah dunia pendidikan, maka seorang mahasiswa akan jauh lebih mudah dan cepat mengakses beragam informasi dan pengetahuan yang diperlukan melalui komputer mereka masing-masing.

Pada konteks itu, kita bisa memahami perubahan paradigma pendidikan yang berkembang dalam pemikiran Menteri Nadiem, ketika meluncurkan konsep "Merdeka Belajar". 

Menurutnya, semua pemangku kepentingan dunia pendidikan, harus berpikir tentang mandiri belajar. Sebab, sistem pendidikan yang masih cenderung mengedepankan aspek administrasi pendidikan, sudah tidak kompatibel lagi dengan spirit zaman. Sehingga, paradigma merdeka belajar mesti dipahami sebagai suatu upaya adaptasi terhadap perubahan yang terjadi.

Menteri Nadiem mungkin tidak salah. Hanya saja, untuk membangun bangsa berpendidikan merdeka, konsep merdeka belajar itu masih perlu dirumuskan secara lebih konkrit, karena berpotensi untuk ditafsirkan secara sendiri-sendiri oleh para pihak, sesuai kebutuhannya masing-masing. Jika sampai itu terjadi, maka, akan timbul kekacauan dalam dunia pendidikan kita.

Sebab, coba bayangkan, kira-kira apa yang terjadi kalau seorang mahasiswa kedokteran - atas nama merdeka belajar - lebih banyak belajar Ilmu Ekonomi melalui internet dari pada Ilmu Kedokteran? Yakin, mahasiswa bersangkutan, tidak akan pernah lulus dan menjadi Sarjana Kedokteran.

Merdeka belajar dapat pula diinterpretasi sebagai gagasan yang membebaskan peserta didik untuk mengakses ragam informasi ilmu pengetahuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline