Terik matahari dimusim panas tidak menghalangi masyarakat Tokyo dan sekitarnya pergi menonton pertandingan bisbol derby antara Tokyo Giants dengan Yakult Swallow pada tanggal 22 Agustus 2012. Pertandingan dilaksanakan di Meiji Jingu Yakyujo (Stadion Kuil Meiji Jingu) yang merupakan Home base Yakult Swallow. Meiji Jingu Yakyujo, umumnya disebut Jingu Kyujo atau Stadion Jingu, yang dimiliki oleh salah satu kuil terbesar di Jepang, Meiji Jingu dan terletak di sekeliling Taman Kuil Meiji Jingu ini. Di sekitar Kuil Meiji Jingu ini terdapat juga Stadion Rugby terbesar di Jepang dan Stadion Bisbol yang luasannya lebih kecil. Meiji Jingu Yakyujo didirikan pada tahun 1925 dan merupakan stadion bisbol tertua di Jepang setelah Koshien Yakyujo (Stadion Koshien) di Kobe yang didirikan pada tahun 1924. Pada saat dibuka pada tahun 1925, belum ada liga bisbol profesional Jepang dan yang paling populer pada masa itu adalah liga bisbol perguruan tinggi. Sejarah mencatat Stadion Jingu ini bukan hanya homebase dari Yakult Swallows tetapi juga merupakan Mekkah liga bisbol perguruan tinggi. Tidak heran kalau ada suatu hari, Stadion Jinggu digunakan untuk tiga kali pertandingan, dua pertandingan antar perguruan tinggi di siang hari dan pertandingan malam hari oleh Yakult Swallow. [caption id="attachment_201672" align="aligncenter" width="300" caption="Di depan meiji jingu yakyujo (koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_201654" align="aligncenter" width="300" caption="Meski tidak hujan menyiapkan payung (menghindari bola yang nyasar)"]
[/caption] Meskipun hari itu adalah hari Selasa sore yang merupakan hari kerja bagi orang Jepang, stadion tetap dipadati kurang lebih 38.000 orang penonton. Kurang lebih sepertiga dari keseluruhan penonton merupakan pendukung Tokyo Giants. Yang menarik dari para pendukung adalah mereka membawa simbol-simbol klub kesukaan mereka. Pendukung Swallows ditandai dengan dengan warna kebesaran mereka yaitu biru dipadukan dengan warna putih dan membawa payung kecil yang berwarna biru dan hijau. Ketika Swallows mencetak angka para pendukungnya akan menarikan Kasa Odori, sebuah tarian payung sambil menyanyikan lagu populer rakyat Jepang, Tokyo Ondo (lagu tari Tokyo). Sejak jam 17.00 sore sejam sebelum pertandingan di mulai, jalur kereta bawah tanah Ginza line dan JR line sudah dipadati para pedukung kedua klub ini. Seluruh pintu keluar dari Stasiun Gainmae, Sendagaya dan Shinanomachi sesak dan harus antri untuk keluar. Walaupun harus jalan perlahan karena banyaknya orang, semua orang dengan sabar melakukan antrian di bahu jalan yang diperuntukkan untuk pejalan kaki. Tidak ada teriakan-teriakan yang lazim kita lihat di Indonesia pada saat pertandingan sepakbola. Tidak ada raungan motor yang knalpotnya dibuka dan orang yang naik motor serta mobil melebihi kapasitas semestinya. Tidak ada saling ejek antar pendukung. Para pendukung jelas sekali terlihat dari atribut-atribut yang di gunakan tetapi mereka saling menghormati satu sama lain. Tidak terlihat polisi dan tentara di sepanjang jalan. Hanya ada para panitia yang menggunakan selendang kepanitiaan yang mengarahkan jalan para penonton menuju pintu masuk stadion. Semua pendukung berjalan mengikuti alur jalan yang disediakan dan tidak menganggu orang lain. Di sepanjang jalan menuju Stadion Jingu yang berjarak kira-kira 5-10 menit jalan kaki dari pintu keluar stasiun-stasiun banyak dijual makanan dan minuman. Makanan yang banyak dijual adalah yaki soba (mie goreng), takoyaki (makanan khas jepang yang berbentuk bola dan berisi gurita) serta karage (ayam goreng tepung). Sedangkan minuman yang banyak di jual adalah bir dari berbagai macam merek seperti Kirin, Asahi, Sapporo dan Suntory. Minuman seperti Coca Cola dan sejenisnya tidak banyak di jual. Walaupun begitu kita bisa membelinya di mesin-mesin penjualan yang banyak terletak di sekitar Stadion. Di sekeliling stadion banyak terlihat kios-kios yang menjual merchandise Yakult Swallow dan dikemas sangat rapi. Memasuki pintu stadion tidak ada terlihat penjagaan super ketat seperti yang biasa kita lihat di Indonesia, disetiap pintu masuk hanya ada dua orang wanita dengan senyum yang menanyakan tiket. Saya iseng bertanya, kenapa tiketnya tidak disobek atau di cap untuk menandakan bahwa tiketnya sudah terpakai atau mencegah digunakan oleh orang lain. Dengan ramah si penjaga mengatakan bahwa itu bisa digunakan sebagai kenang-kenangan bahwa kami pernah menonton pertandingan Yakult Swallow. Tidak terlihat adanya polisi dan tentara yang menjaga di dalam stadion seperti yang biasa kita lihat di Indonesia. Pada saat memasuki “aroma” Yakult Swallow sangat terasa, para pendukung mengelu-elukan para pemain yang melakukan pemanasan di sekeliling lapangan. Di sekeliling lapangan dipenuhi dengan papan iklan yang di tata rapi. Para SPG (Sale Promotion Girl) dan SPB (Sale Promotion Boy) berkeliaran di sekeliling para penonton dengan warna pakaian yang menyolok sambil mengangkat tangan untuk memberi tanda ke para penonton yang ingin membeli jualan mereka. Sebahagian besar dari para SPG dan SPB ini menjual minuman bir dari berbagai macam merek, sisanya menjual kakigori (es serut yang diberi sirop) dan soft drink. [caption id="attachment_201658" align="alignleft" width="300" caption="penjual bir di dalam stadion"]
[/caption] [caption id="attachment_201657" align="alignleft" width="300" caption="penjual bir dengan merek yang lain"]
[/caption] Saya bisa membayangkan besarnya perputaran uang dari sponsor, uang tiket, hak penyiaran TV dan Radio. Tidak mengherankan kalau para pemain bisbol ini di bayar sangat mahal. Tidak ada intrik antar pengurus liga bisbol profesional Jepang seperti yang kita lihat dengan kasat mata di banyak perkumpulan olahraga di Indonesia. Semuanya dikemas secara profesional dan mengedepankan kepentingan dan tujuan bersama. Hari itu Yakult Swallows takluk dari Tokyo Giants dengan skor 3-5 tetapi semua pendukung Swallows melakukan standing ovation buat para pemain Swallows begitu inning terakhir selesai. Tidak ada kemarahan dengan melemparkan apa saja yang ada di dekat para pendukung, padahal kalau dipikir para pendukung ini mengkonsumsi banyak bir selama pertandingan. Semestinya tingkat emosional mereka akan meningkat dengan semakin banyaknya mereka minum bir yang memiliki kadar alkohol antara 4.5-6 %. Salah seorang pendukung yang duduk di sebelah saya selama pertandingan menghabiskan 6 gelas bir plastik ukuran besar, tetapi tetap terkontrol. Saya amati teriakan-teriakannya tidak ada yang mengandung umpatan, makian ataupun ejekan ke para pemain. Teriakan-teriakan terkontrol dengan tetap menyemangati para pemain yang didukungnya, luar biasa. Pada saat tim lawan melakukan hit, para pendukung ini bukannya mengejek para pemain tetapi terus menerus memberi semangat dengan meneriakkan “ganbarou swallows”. Sebaliknya pada saat Swallows melakukan hit, para pendukung menari dengan payung-payung kecilnya. Suatu pemandangan yang sangat menarik. Dua baris di depan saya ada 5 orang pendukung Tokyo Giants dengan selendang kebesaran berwarna jingga dan hitam yang begitu semangat memberi dukungan ke pemain Tokyo Giants. Walaupun mereka minoritas di tengah-tengah pendukung Swallows, mereka tidak terganggu oleh para pendukung Swallows. Sepertinya dimanapun mereka duduk, tidak akan ada gangguan dari pendukung lawan. Mungkin mereka menganggap bahwa menonton pertandingan bisbol adalah rekreasi sambil meminum bir dan menikmati pesta kembang api yang dipersembahkan oleh panitia di inning ke 7 dari pertandingan. Pada saat memasuki inning ke 9, para staf pertandingan yang didominasi oleh wanita memasuki tribun stadion dengan membawa kantong plastik besar untuk mengumpulkan sampah para penonton. Dengan kesadaran yang sangat tinggi para penonton memasukkan sampahnya ke dlm kantong sampah yang dibawa oleh para staf ini. Tidak semua penonton memasukkan sampahnya tetapi ada juga yang memasukkan sendiri sampahnya ke dalam kantong plastik kecil serta membawanya ke luar stadion dan memasukkan ke kantong-kantong sampah yang banyak disediakan di luar tribun. Saya mencoba untuk keluar dari tribun bersamaan dengan meredupnya lampu stadion untuk memastikan apakah banyak sampah yang tercecer atau tidak. Luar biasa, jumlah sampah yang tercecer tidak sebanding dengan jumlah penonton yang ada. Tidak terbayangkan bahwa bahwa stadion ini bersihnya sama pada saat saya memasuki stadion di sore hari. Para pendukung ini mungkin tidak paham betul sebuah kutipan terpopuler dalam dunia kesehatan dan olahraga yaitu Mensana in corporesano, yang berasal dari sebuah mahakarya seorang pujangga Romawi yang ditafsirkan dalam bahasa Indonesia, “di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”. Kemungkinan itu besar adanya dan jarang terlihat di jargon-jargon olahraga Jepang, tetapi semangat itu merasuk dalam jiwa para pemain dan penonton sehingga mereka tidak mempertontonkan semua pikiran yang “tidak sehat” dan jauh dari penjunjungan nilai-nilai sportivitas yang merupakan nilai universal buat seluruh cabang olahraga. [caption id="attachment_201659" align="aligncenter" width="300" caption="Sampah para pengunjung diatur oleh petugas"]
[/caption] Sembari berjalan mengikuti para penonton yang menyemut untuk kembali ke rumah masing-masing, saya berdoa semoga suatu saat bangsa kita mempertontonkan nilai-nilai yang bisa menggambarkan karakter kita sebagai suatu bangsa yang mempunyai peradabaan berolahraga yang baik. Tidak hanya sebatas jargon-jargon yang tidak membumi dan terimplementasi dengan baik. Bangunlah jiwa dan raga Indonesiaku!. Tokyo, 23 Agustus 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H