Lihat ke Halaman Asli

Iqbal Bahrul Alam

Mahasiswa S1 Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Memahami Pemikiran Pierre Bourdieu tentang Habitus

Diperbarui: 15 Desember 2022   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sosiologi79.com

Pierre Felix Bourdieu lahir di Denguin, Perancis pada tanggal 1 Agustus 1930. Pada awal 1950-an, Bourdieu kuliah dan memperoleh ijazah dari institusi Prancis Ecole Normale Superieure. Bourdieu belajar filsafat di bawah Louis Althusser di Higher Normal School di Paris. Setelah memperoleh lisensi mengajar, Bourdieu bekerja sebagai guru di Moulin Lyce dari tahun 1955 hingga 1958. Pada tahun 1956, Bourdieu mengikuti wajib militer Prancis dan menerima posisi sebagai dosen di Aljazair. 

Setelah dua tahun mengikuti wajib militer, Bourdieu kembali ke Prancis dan mengikuti kursus Levi Strauss di Collge de France, kemudia bekerja sebagai asisten sosiolog Raymond Allon. Bourdieu pindah ke Universitas Lille selama tiga tahun dan pada tahun 1964 mendapatkan posisi yang kokoh sebagai Direktur Riset L'Ecole Practique des Hautes.

Pemikiran Bourdieu banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Thomas Aquinas, Hegel, Marx, Durkheim, Max Weber, Picasso, Levi Strauss, dll. Bourdieu meramu pemikiran beberapa pemikir tersebut menjadi bentuk pemikiran baru yang menekankan peran aktor atau subjektivitas yakni yang dikenal dengan metode struktural konstruktif. Latar belakang pemikirannya adalah konflik tajam antara dua kubu yang berseberangan, yaitu strukturalisme dan eksistensialisme. Bertitik tolak dari pemikiran kedua aliran ini, Bourdieu membuat teori struktural konstruktif atau sering juga disebut teori praktik sosial.

Penulis mengenal teori praktik sosial oleh Pierre Bourdieu dari jurnal yang berjudul Teori "Gado-Gado" Pierre-Felix Bourdieu karya M. Siregar. Berdasarkan pemaparan jurnal tersebut, teori ini terlahir karena adanya dualitas yang menjadi pertentangan dalam keberadaan ilmu sosial yang berkembang pada masanya sehingga keberadaan teori praktik sosial dari Pierre Bourdieu tersebut telah berhasil menjembatani diantara paham subjektivisme dan objektivisme melalui teori praktik sosial yang disebut juga dengan struktural konstruktif.

Dalam upaya untuk menjembatani subjektivisme dengan objektivisme, terletak pada konsep habitus dan arena dan hubungan dialektis antara keduanya. Dalam konsep pemikiran Bourdieu, habitus digambarkan sebagai perilaku yang dibentuk secara tidak sadar oleh norma, nilai, dan praktik keluarga dan lingkungan melalui pola asuh dan pendidikan agen. 

Habitus dipahami sebagai dasar alami dari kepribadian individu, yang berfungsi sebagai benturan perilaku dengan lingkungan sekitarnya, dengan demikian habitus didefinisikan sebagai rangkaian rencana (instruksi) yang memungkinkan agen membentuk orientasinya untuk mengadaptasi atau mengubah praktik, disesuaikan dengan situasi yang selalu berubah. Agen adalah individu yang bebas bergerak dan bertindak seturut dengan keinginannya, namun di sisi lain agen merupakan individu yang terikat dalam struktur sosial.

Habitus adalah kebiasaan yang dibangun dan dipraktekkan secara berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini bisa kita lihat dalam perilaku maupun tindakan yang dilakukan, seperti saat antri di ATM, SPBU, maupun tempat publik yang tanpa kita sadari budaya antri sudah dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian budaya antri telah menjadi habitus atau kebiasaan dalam masyarakat yang disepakati bersama dalam masyarakat.

Referensi :

Siregar, Mangihut. (2016). "Teori 'Gado-Gado' Pierre-Felix Bourdieu."  Jurnal Studi Kultural: VoL 1 No. 2 Juni: 84-87.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline