Lihat ke Halaman Asli

Iqbal Alfajri

Filmmaker

Renungan 28 Ramadan: Puasa Membentuk Kesalehan Sosial

Diperbarui: 8 April 2024   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin. (Dok. islamina.id)

Ramadan merupakan bulan penuh keberkahan dan kemuliaan. Hikmah dan kebajikannya bersifat multidimensional, tak hanya moral dan spiritual, tetapi juga sosial. Puasa tak hanya membentuk kesalehan individual melainkan juga kesalehan sosial. 

Dalam kenyataannya, masih terdapat ketimpangan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Masih ada orang yang saleh secara individual, namun kurang saleh secara sosial. Kesalehan individual kadang disebut juga dengan kesalehan ritual, karena lebih menekankan  dan mementingkan pelaksanaan ibadah ritual.

Disebut kesalehan individual karena hanya mementingkan ibadah yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan dan kepentingan diri sendiri. Sementara pada saat yang sama mereka tidak memiliki kepekaan sosial, dan kurang menerapkan nilai-nilai islami dalam kehidupan bermasyarakat.  

Sedangkan kesalehan sosial menunjuk pada perilaku yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami, yang bersifat sosial. Dalam Islam, kedua corak kesalehan itu merupakan suatu keniscayaan dan harus dimiliki seorang Muslim. Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritualnya, tetapi juga dilihat dari output sosialnya.

Islam bukanlah agama individual melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin). Agama yang tidak hanya untuk kepentingan penyembahan dan pengabdian diri pada Allah semata tetapi juga menjadi rahmat bagi semesta alam. Puasa implikasi sosialnya juga sangat jelas, diharapkan dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, seseorang akan mampu merasakan kaum dhuafa dan mampu bersimpati terhadap derita orang lain. Puasa memiliki multifungsi, fungsi puasa adalah tazhib, ta'dib dan tadrib.

Puasa merupakan sarana untuk mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta'dib), serta medium latihan untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya bermuara pada tujuan akhir puasa yakni takwa. Takwa dan kesalehan sosial tak bisa dipisahkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline