Lihat ke Halaman Asli

Iqbal Alfajri

Filmmaker

Jalan-jalan di Musim Pemilu 2024 (5)

Diperbarui: 22 Februari 2024   05:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengunjungi Masjid Jogokarian yang legendaris (Dok. pribadi)

Dua hari di Magelang kami rasa cukup untuk kali ini. Perjalanan kami lanjutkan menuju Jogja. Sahabat kami berbaik hati untuk mengantarkan dengan mobilnya. Karena belum makan siang, sesampainya di daerah Jogja kami langsung meluncur ke Jalan Professor Dr Herman Yohanes. Yup, kami menikmati kuliner khas Jogya yaitu Gudeng Sagan yang ngehits itu. Gudeg Sagan merupakan gudeg basah dengan ayam kampung dan tidak memakai vetsin. Awalnya Gudeg Sagan hanya berupa kaki lima, namun kemudian ada salah satu stasiun TV swasta yang meliputnya. Setelah itu Gudeg Sagan mulai terkenal dan ramai seperti sekarang.

Gudeg Sagan rasanya tak terlalu manis dan lembut di lidah (Dok. pribadi)

Sore menjelang maghrib kami sampai di penginapan. Kami menginap di Jalan Ngadinegaran, daerah Mantrijeron. Kami sengaja menginap di daerah ini karena berdekatan dengan Masjid Jogokariyan, tujuan jalan-jalan kami selanjutnya. Selepas maghrib kami menuju Malioboro untuk menikmati suasana malam. Kami juga sempatkan untuk membeli souvenir dan penganan khas Jogja. Malioboro sangat ramai karena sedang liburan tahun baru imlek.

Paginya, selepas shalat Shubuh dan sarapan pagi, sekira pukul 6 kami berjalan-jalan di sekitar penginapan. Suasana pagi di sekitar penginapan kami sangat cocok untuk jalan-jalan. Udara yang segar dan matahari belum terlalu tinggi membuat suasana nyaman. Para pedagang pun mulai membuka warung dan menjajakan penganan. Kami menyusuri gang dan jalan-jalan kecil untuk bisa mencapai Masjid Jogokariyan. Dari penginapan kami di Ngadinegaran ke Jogokariyan berjarak kurang lebih 900 meter.

Berpose di bagian dalam Masjid Jogokariyan yang asri (Dok. pribadi)

Masjid Jogokariyan merupakan salah satu masjid yang sangat populer di kalangan warga Jogja maupun wisatawan yang sedang berkunjung. Masjid ini dikenal karena memiliki berbagai festival dan kegiatan saat hari-hari besar Islam, terutama saat memasuki bulan Ramadhan. 

Salah satu program yang membuat masjid ini menjadi istimewa adalah Program Saldo Infak Nol Rupiah nya. Program ini bertujuan untuk membuat saldo infak yang masuk ke Masjid Jogokariyan selalu habis digunakan untuk keperluan masjid dan juga warga sekitar. Pengelola masjid tidak ingin menimbun hasil infak yang ada, dan selalu menggunakannya untuk membantu sesama.

Ketika memasuki bulan suci Ramadhan, pengelola dari masjid ini juga membagikan berbagai takjil gratis dengan menu yang beragam setiap harinya. Ditambah lagi di sekitar area masjid juga terdapat Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ) yang selalu dipenuhi oleh banyak UMKM yang menjajakan berbagai macam takjil makanan ataupun minuman untuk berbuka puasa. Selain itu, saat bulan suci Ramadhan pengurus masjid mengundang berbagai tokoh penting untuk menjadi imam ataupun penceramah tarawih ataupun subuh.

Setelah menyempatkan shalat Dhuha dan membeli souvenir di Jogostore, kami kembali ke penginapan. Di perjalanan kami menemukan spot-spot yang menarik untuk sekadar foto-foto. Perjalanan dengan berjalan kaki menjadi sangat menyenangkan walaupun agak sedikit melelahkan.

Salah satu spot di pinggir jalan yang menarik untuk berfoto (Dok. pribadi)

Kami istirahat sejenak di penginapan untuk selanjutnya kembali berjalan kaki ke Keraton Yogjakarta. Penginapan kami memang cukup strategis letaknya. Selain berdekatan dengan Masjid Jogokariyan, Alun-alun Kidul (Selatan) Jogja dengan penginapan kami hanya berjarak sekira 1,3 Km.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline