Dewasa ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat memprihatinkan dalam urusan pengelolaan sampah, bahkan hingga saat ini penumpukkan sampah masih terjadi.
Dikutip di lifestyle.bisnis.com, bahwa selama Kuartal I-2021, total sampah botol plastik yang berhasil dikumpulkan PT Inocycle Technology Group Tbk. (INOV) adalah sebanyak 11.600 ton.
Sebagian dari jumlah tersebut dikumpulkan melalui Plasticpay, sedangkan sebagian besar berasal dari sampah botol plastik yang dikumpulkan dari pengepul atau aggregator.
Data tersebut menjadi bukti bahwa saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang belum mampu mengelola sampah dengan baik.
Tentu, dengan menumpuknya sampah akan memiliki dampak buruk untuk kesehatan lingkungan dan juga masyarakat sekitar serta dapat menimbulkan berbagai macam penyakit menular dan pencemaran air dan tanah.
Tentu hal ini dapat dicegah dengan cara Zero Waste yaitu perubahan gaya hidup masyarakat yang sangat bergantung pada barang berbahan dasar plastik untuk sekali pakai.
Zero Waste menjadi pemantik untuk pengelolaan sampah serta langkah awal untuk merubah kebiasaan menggunakan barang yang memakai bahan dasar plastik untuk sekali pakai.
Dikutip dari zerowaste.id, Bea Johnson dari Zero Waste Home mempopulerkan 6 R, yaitu: “Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot” atau di dalam bahasa indonesia “Menolak, Kurangi, Gunakan Kembali, Daur Ulang, Membusuk”. 6 R ini menjadi pegangan atau rujukan sebagai dasar dalam Zero Waste dalam gerakannya.
Sampah plastik menjadi salah satu sampah yang sulit untuk terurai, dikutip dari BBC.com sampah plastik khususnya dalam bentuk kantong, membutuhkan waktu 20 hingga 1.000 tahun untuk akhirnya dapat terurai.
Intinya, Zero Waste memberikan solusi dalam langkah awal untuk mengubah pola hidup kita yang sangat memiliki ketergantungan dengan plastik dan berdampak sangat buruk bagi lingkungan, masyarakat dan juga makhluk hidup lainnya.